Lifestyle
Kamis, 24 Maret 2022 - 11:35 WIB

24 Maret Hari Tuberkolosis Sedunia, Begini Faktanya di Indonesia

Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi batuk akibat TBC. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Setiap 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkolosis (TBC) Sedunia, namun faktanya penyakit ini masih menghantui dunia dan Indonesia. Mengacu pada WHO Global TB Report pada 2020, 10 juta orang di dunia menderita tuberkulosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya.

Bagaimana fakta tuberkolosis di Indonesia? Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam (WHO Global TB Report, 2020). Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TBC yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang di sekitar mereka.

Advertisement

Baca Juga: Begini Cara Mendeteksi TBC, Hanya Perlu Waktu Kurang dari 2 Jam

Fakta lain terkait tuberkolosis di Indonesia adalah penanggulangan TBC dapat dikatakan menemui banyak tantangan, di antaranya dengan munculnya pandemi Covid-19 sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi. Kondisi ini menyebabkan mereka rentan tertular TBC, ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan komitmen Indonesia dalam mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu menurunkan insiden TBC menjadi 65/100.000 penduduk agar tetap berjalan sesuai dengan trek yang seharusnya. Menteri Kesehatan menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya baru untuk mencapai target tersebut, yakni, pertama, mengupayakan penerbitan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Tuberkulosis untuk memperkuat dukungan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat; kedua, mengupayakan perjanjian kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan berbagai kementerian/lembaga untuk memperkuat peran dan dukungan lintas sektor; ketiga, integrasi penanganan TBC dengan stunting di 160 kabupaten/kota; dan keempat, digitalisasi pemantauan minum obat pasien TBC dan penerapan mekanisme agar pasien TBC dapat berobat sampai sembuh dalam situasi Pandemi Covid-19.

Advertisement

Baca Juga: Waspada! Bukan Hanya Corona, TBC Juga Jadi Ancaman Serius

”Kita harus terus melakukan tindakan promotif preventif dibidang TBC ini, sambil kita melaksanakan aksi-aksi atau program yang sifatnya kuratif,” kata Menkes seperti dikutip dari kemkes.go.id pada Kamis (24/3/2022).

Belajar dari pandemi Covid-19, persoalan data menjadi hal mendasar yang penting untuk diperhatikan. Menkes menegaskan akan terus berupaya menghadirkan data TBC yang akurat, terstruktur dan terkini, sehingga stakeholderterkait memiliki informasi yang lengkap sebagai dasar pengambilan keputusan.

Advertisement

Diungkapkan oleh Menkes, penanggulangan TBC di Tanah Air perlu dukungan dari seluruh elemen bangsa termasuk masyarakat sendiri. ”Tidak mungkin kita sukses mencapai angka 65/100.000 dengan hanya membuat program tanpa kita membangun gerakan dimana semua komponen bangsa bisa menyumbangkan modal sosial yang mereka miliki untuk mengatasi masalah ini,” tutur Menkes.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif