Lifestyle
Kamis, 27 Oktober 2011 - 17:02 WIB

Ada rupiah dalam seonggok ban bekas

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - potong ban

(Solopos.com) – Ke mana ban-ban bekas kendaraan bermotor dimanfaatkan? Ternyata di Desa Jati, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, ada satu tempat yang memanfaatkan limbah bank-ban bekas itu. Untuk apa, ternyata untuk bahan alas bantalan mebel seperti kursi.

MEMOTONG BAN -- Pekerja tengah memotong ban bekas menjadi bentuk lembaran, yang nantinya akan menjadi bahan alas mebel. (JIBI/SOLOPOS/Tikas Sekar Arum)

Advertisement
Usaha pemanfaatan limbah ban bekas di Desa jati, Gatak ini adalah Koco Winarno. Dia memiliki tiga karyawan yang bertugas meotong-motong ban untuk dijadikan lembaran-lembaran dengan lebar 5 cm. “Kerjanya sebenarnya sederhana. Tapi tidak gampang, butuh tenaga profesional,” ungkap Koco.

Memang sedikit butuh teknik untuk memotong ban-ban itu. Misalnya, pekerja harus memotong bagian ban yang berlubang atau sobek. Selain itu agar mudah saat membelah ban, pekerja harus rajin melumuri pisau pemotong dengan air. Kalau tidak dilumuri air, Koco menyebut pisau akan sulit menembus ban. Mata pisau juga harus dipastikan sangat tajam.

Menurut Koco, usahanya cukup prospektif apalagi saat kebutuhan mebel di pasaran tinggi. Lima belas tahun sudah dia menggeluti usaha tersebut. Dalam sehari, dengan enam tenaga kerja, Koco bisa mengolah 50 ban untuk menghasilkan 180-an rol ban mebel siap pakai. Koco memberikan harga yang berlainan untuk setiap rol, sesuai panjang dan ketebalan ban. Harga satu rol mencapai belasan ribu rupiah.

Advertisement

Selain menjual ban untuk mebel, sisa ban yang tak terpakai dapat pula disulap jadi uang. Untuk bagian ring dan sisa potongan ban, Koco akan menjualnya pada perusahaan pengolahan tebu atau perusahaan konstruksi. Menurutnya, sisa ban tersebut adalah bahan yang bagus untuk membakar gamping. “Usaha ini memang berasal dari ban bekas, tapi nyaris tidak ada sisa. Semua bisa jadi uang,” katanya.

Selain Koco, di desa tersebut ada lebih dari lima pengusaha yang juga mengolah ban bekas. Camat Gatak, Suseno, mengatakan usaha ban bekas memang menjanjikan. Selain diolah menjadi bahan untuk mebel, perajin di Desa Jati pernah mengolah ban menjadi kursi dan meja. Satu unit kursi bisa dijual Rp 250.000-Rp 300.000. Menurut Seno, sapaannya, kursi dan meja ban tersebut memang tak banyak peminat. Namun, bagi masyarakat yang menginginkan furnitur unik dan awet, kursi dan meja dari ban ini bisa jadi pilihan. Setidaknya, dia mengaku cukup bersyukur, sebab usaha mengolah ban bekas telah mengentaskan warga Gatak ke kehidupan yang lebih baik.

Tika Sekar Arum

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif