SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kejadian Maret 2010 lalu masih teringat jelas dalam ingatan Yudi Purnama. Mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) itu nyaris keracunan gas sulfultara saat mendaki Gunung Merapi.
Saat itu, ia yang berangkat bersama-sama anggota Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) Vagus Fakultas Kedokteran UNS melalui pos kamp Pasar Bubrah, Selo, Boyolali, nekat mendaki puncak gunung. Padahal, kondisi puncak ketika itu tidak dapat dilihat lantaran tertutup awan dan kabut tebal serta sedang banyak-banyaknya mengeluarkan gas solfatara.
Tanpa memperhitungkan risiko itu, Yudi begitu terobsesi mendaki hingga puncak. Namun, sebelum sampai puncak, kepalanya mendadak terasa pusing, badannya lemas dan kesadarannya menurun. Beruntung, teman-temannya langsung tanggap. Yudi yang diperkirakan mengalami gejala keracunan gas solfatara.
“Setelah saya mengalami gejala keracunan gas, kami terpaksa membatalkan niat naik ke puncak. Pengalaman itu menjadi pelajaran bagi saya untuk lebih waspada dan tidak memaksakan diri naik puncak gunung jika kondisi fisik tidak memungkinkan dan kondisi alam tidak sesuai yang diprediksi,” ungkapnya saat ditemui Espos, di sekretariat Mapala Vagus, Senin (14/5).
Walaupun pernah mengalami kejadian kurang beruntung, Yudi tidak pernah kapok mendaki gunung. Pesona puncak gunung yang indah begitu memikatnya. Yang ia datangi bukan hanya Merapi, beberapa puncak gunung di Jawa hingga Gunung Agung di Bali juga pernah ia daki.
Selain menyimpan pesona keindahan alam yang menakjubkan, gunung juga menebar risiko dan ancaman bagi para pendakinya. Tidak sedikit para pendaki yang takluk di gunung bahkan hingga kehilangan nyawanya saat mendaki puncak. Aktivis muda Soe Hok Gie dan sahabatnya Idhan Lubis merupakan pendaki yang meninggal di Gunung Semeru, diduga keracunan gas solfatara. Meski begitu, tidak semua gunung menebar gas beracun karena ancaman tersebut umumnya ada di gunung berapi yang masih aktif.
Kejadian yang cukup tragis juga dialami Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Widjajono Partowidagdo yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).  Padahal, bukan kali itu saja Wamen berambut gondrong itu mendaki gunung. Hampir seluruh gunung di Indonesia pernah dia daki.
Dokter yang suka mendaki gunung, Tegar Harputra Raya, mengatakan selain serangan gas beracun maupun kecelakaan karena terjatuh ke jurang, pendaki gunung juga rawan terkena hipertemi atau kedinginan. Sementara yang dialami Wamen saat mendaki Gunung Tambora diduga karena kecapaian maupun faktor fisik lainnya seperti penyakit bawaan.
“Penyakit jantung misalnya bisa menyebabkan kematian mendadak, apalagi ketika orang punya riwayat penyakit itu naik puncak gunung bisa berisiko sudden death,” katanya.
Soal ancaman keracunan gas, dia menyarankan pendaki mematuhi aturan seperti larangan berada di puncak pada waktu tertentu.
“Saat saya mendaki puncak Semeru 2010 lalu, sekitar pukul 08.00 WIB atau 09.00 WIB,  pendaki dilarang ke puncak karena jam-jam itu  muncul gas beracun,” katanya.
Anggota sekaligus petugas humas PMPA Vagus, Jeanne Fransisca, menambahkan ancaman kesehatan ketika mendaki gunung bisa datang dari diri sendiri maupun dari luar atau faktor alam. Ancaman dari diri sendiri bisa timbul dari penyakit bawaan seperti jantung dan asma serta alergi. Sementara ancaman dari luar diri sendiri kondisi ekstrem gunung, cuaca, suhu dingin, terbatasnya oksigen yang bisa menyebabkan seseorang terkena hipoksia atau kekurangan oksigen.
Ketua PMPA Vagus, F Kantata Jati, mengatakan hal paling berbahaya saat mendaki gunung adalah ngeyel dan egois atau memaksa keinginan menuju puncak tanpa mempertimbangkan kondisi alam yang sedang terjadi.
“Kebanyakan orang meninggal di gunung karena nekat, diperparah dia tidak membawa perbekalan yang cukup seperti air dan obat-obatan. Air misalnya sangat penting untuk mengantisipasi dehidrasi, apalagi selama di gunung suhu sangat dingin dan banyak cairan tubuh yang hilang,” katanya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya