SOLOPOS.COM - Awalnya happy water sering ditemukan di tempat hiburan malam di Thailand. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO-Apa itu happy water seperti diungkap aparat Polda DIY dan Bareskrim Polri di Bantul, Jogja, beberapa waktu lalu. Agar terhindar dari narkoba jenis baru ini, simak ulasan selengkapnya di info sehat kali ini.

Dikutip dari Solopos.com, Bareskrim Polri membongkar peredaran narkoba yang dikemas dengan makanan ringan berupa keripik pisang di Banguntapan, Bantul, Kamis (2/11/2023) malam. Para pelaku mengemas narkoba pada cairan happy water dan keripik. Kabareskrim Polri, Komjen Pol. Wahyu Widada, mengatakan ada dua jenis modus operandi peredaran narkoba yang ditemukan di Banguntapan. Yang pertama narkoba dengan model keripik pisang dan kedua narkoba dalam cairan happy water.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Dia menjelaskan harga narkoba yang diproduksi berupa happy water senilai Rp1,2 juta per botol ukuran 10 mililiter. Sedangkan keripik pisang yang mengandung narkotika ukuran 50 gran, 75 gram, 100 gram, 200 gram, dan 500 gram dijual dengan harga antara Rp1,5 juta hingga Rp6 juta per bungkus.

Bagi masyarakat Indonesia bisa jadi masih awam tentang apa itu happy water dan kenapa diklasifikasikan sebagai psikotropika? Namun sebenarnya, barang haram ini sudah mulai dikenal di China dan Thailand.

Pada 30 Mei 2022, Program SMART United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) meluncurkan laporan tahunannya bertajuk Obat Sintetis di Asia Timur dan Tenggara – Perkembangan dan Tantangan Terkini 2022 di Bangkok, Thailand. Laporan ini memberikan gambaran umum mengenai tren terkini metamfetamin, ekstasi, dan NPS di kawasan ini, serta menyoroti perubahan terkini dalam pembuatan, perdagangan, dan penggunaan obat-obatan sintetik.

Selain munculnya zat-zat baru di pasar obat-obatan terlarang di wilayah tersebut, juga terlihat munculnya produk obat-obatan baru yang dijual dengan nama jalan happy water. Produk tersebut biasanya dijual secara online melalui media sosial serta di tempat hiburan malam dalam bentuk cair atau bubuk dan dikonsumsi dalam bentuk larut dalam air atau minuman lainnya.

Dikutip dari laman unodc.org pada Selasa (7/11/2023), produk happy water mungkin mengandung berbagai zat psikoaktif berbeda dalam kombinasi dan konsentrasi yang berbeda-beda. Sampel barang haram yang disita di Thailand, misalnya, mengandung MDMA, methamphetamine, diazepam, kafein, tramadol, dan ketamine.

Dampak konsumsi produk obat yang mengandung kombinasi zat tidak dapat diprediksi dan berbahaya. Kebanyakan overdosis, termasuk yang fatal, melibatkan penggunaan lebih dari satu jenis obat.

Bahkan pada 2010 silam, campuran dengan nama sama sudah dipasarkan di China, sebelum akhirnya dilarang dan diblokir oleh pihak berwenang.

Departemen Pelayanan Medis (DMS) Thailand telah memperingatkan masyarakat untuk menghindari obat baru bernama happy water, yang dijual secara ilegal di tempat hiburan, karena dapat menyebabkan kematian.  Dikutip dari National Thailand, Selasa (7/11/2023), Wakil Direktur Jenderal DMS Dr Manus Potaporn mengatakan bahwa barang tersebut baru-baru ini ditemukan dijual di tempat hiburan oleh jaringan penyelundup narkoba.

Untuk semakin tahu apa itu happy water dan bagaimana efeknya terhadap tubuh, ketahui pula bahwa barang haram itu dibuat dari beberapa obat lain termasuk ekstasi, metamfetamin, diazepam, kafein, tramadol, atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, dan dicampur dengan air panas atau minuman manis.

Obat ini diketahui mempengaruhi pikiran dan saraf, dan penggunanya merasa melamun, aktif dan energik, serta mengalami kesenangan. Menurutnya narkoba ini semakin populer di kalangan wisatawan Thailand dan asing dan mungkin menyebar ke kalangan yang lebih luas.

Manus mengatakan hal ini mengkhawatirkan karena menggunakan beberapa obat secara bersamaan atau menggunakan obat dalam jumlah tinggi sambil meminum minuman beralkohol dapat membahayakan tubuh dan otak, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Direktur Institut Nasional Pengobatan Penyalahgunaan Narkoba di Kementerian Kesehatan Masyarakat, Dr Sarawut Boonchaipanichwattana,  mengatakan bahwa jaringan penyelundupan narkoba saat ini mencampurkan beberapa obat dan mengklaim bahwa hal itu dapat meningkatkan efeknya, lebih dari sekadar menggunakan satu jenis obat.

Selain di tempat hiburan, narkoba ini juga ditemukan dijual di platform media sosial.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya