SOLOPOS.COM - Mas dan Mbak Boyolali 2022 mengikuti tradisi padusan di Umbul Ngabean, Pemandian Tirtomarto, Banyudono, Boyolali, Selasa (21/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, SOLO — Asal usul padusan yang merupakan tradisi penyucian diri untuk menyambut datang bulan Ramadan ternyata sudah ada sejak ajaran Islam belum masuk ke Jawa.

Tradisi ini banyak dilakukan masyarakat di berbagai daerah di Jawa Tengah, khususnya di Klaten, Solo, Boyolali, dan sekitarnya. Berasal dari kata adus yang berarti mandi. Padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan suci.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

Mengutip laman resmi Indonesia.go,id, tradisi warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun ini dijalani dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air. Tujuan dari padusan ini adalah agar saat Ramadan datang, kita dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Selain itu, bila ditelisik lebih jauh, padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu. Oleh karena itu, semestinya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi.

Dalam sepi diharapkan muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Dalam kondisi hening, akan hadir keyakinan dan kesadaran untuk melangkah memasuki bulan Ramadan yang suci sebagai pribadi yang lebih baik lagi.

Dalam penelitian skripsi yang diterbitkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS) Solo, asal usul padusan sudah ada sejak ajaran Islam belum masuk ke jawa. Di masa Kerajaan Majapahit, para pujangga, ksatria, brahmana, dan empu biasanya melakukan padusan untuk menyucikan diri.

Meski dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam, tradisi padusan merupakan adopsi dari tradisi Hindu, Buddha, dan Aminismne. Namun, karena peran Wali Songo, tradisi tersebut dimasukkan ke dalam adat Jawa dengan nafas Islam, yakni padusan. Hingga sekarang, tradisi padusan masih dilestarikan masyarkat Jawa.

Tradisi padusan dalam adat Jawa mempunyai makna simbolis hubungan diri orang Jawa dengan para leluhur, dengan sesama, dan Allah SWT.

Demikian asal usul padusan yang menjadi tradisi penyucian diri untuk menyambut datangnya puasa di bulan Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya