Lifestyle
Rabu, 4 April 2012 - 11:59 WIB

AUTIS: Mampu ke Sekolah Reguler

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sulistyandari (FOTO/aha)

Sulistyandari (FOTO/aha)

Sejumlah anak dan orangtua terlihat bergembira ria di sebuah gedung sederhana di Jl Kapten Mulyadi Solo, sisi timur Pasar Gede. Senin (2/4) siang, mereka baru saja merayakan Hari Autis Sedunia di Balekambang pada pagi harinya. Sekolah untuk anak berkebutuhan khusus ini memiliki sekitar 40 siswa mulai dari usia 1,5 tahun hingga 17 tahun. Nama sekolah tersebut AGCA Center. Sekolah di Solo itu merupakan cabang kedua setelah Semarang. AGCA sendiri berpusat di Surabaya.

Advertisement

“Sekolah ini memang menampung anak-anak spesial agar mereka dapat tumbuh dan berkembang lebih mandiri,” kata Kepala AGCA Center Cabang Solo, A Sulistyandari, saat ditemui Espos di kantornya, Senin (2/4). Sekolah yang dirintis pertama kali di Surabaya ini merupakan bentuk kepedulian pendirinya, Handoyo, yang juga memiliki anak autis. Sekolah yang berdiri pada 1999 ini meluluskan banyak anak yang kemudian mampu masuk ke sekolah reguler.

Ada dua level yaitu intervensi dan klasikal. Intervensi dikhususkan untuk anak yang memiliki IQ lebih rendah dan perilakunya sulit dikendalikan. Sedang klasikal untuk anak dengan IQ lebih baik dan perilaku anak lebih terkontrol. “Setiap anak kebutuhannya berbeda, makanya di sini metodenya satu anak satu pengasuh agar lebih fokus dan lebih baik,” tutur Sulis.

Ada dua sesi pelajaran dalam sehari. Sesi pertama pukul 08.00-12.00 WIB. Sesi kedua 12.45-16.45 WIB. “Orangtuanya sibuk kerja, kurang sempat mengasuh, ya kami siap untuk mengasuhnya,” tutur dia.

Advertisement

Menurut Sulis, anak berkebutuhan khusus spesialnya anak autis sangat membutuhkan pengasuhan yang rutin dan berkesinambungan. Untuk itulah, sekolah tersebut masuk setiap hari dengan dibuat suasana sekolah yang membuat anak senyaman mungkin dan homy. Ada beberapa anak dengan IQ baik dan perilaku semakin baik, dengan melewati materi TK dasar, intermediate (menengah) dan advance (lanjut), mereka dapat pindah ke sekolah iklusi.

Meski begitu, peran orangtua juga sangat menentukan, di antaranya tentang pola di lingkungan dan makanan. Sulis mengimbau kepada orangtua yang memiliki anak dengan autis agar hati-hati memilih bahan makanan, interaksi sosial dan terapi di rumah. Selain itu, orangtua juga lebih hati-hati dan berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif dan jauh dari bullying dengan cara ejekan dengan label anak autis.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif