Lifestyle
Senin, 25 September 2023 - 23:08 WIB

Awas! Insomnia Tingkatkan Risiko Terkena Penyakit dalam Jangka Panjang

Carissha Jati Tiara Putri  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi mengalami insomnia. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Seorang wanita asal Vietnam, Tran Thi Luu mengejutkan banyak orang lantaran wanita tersebut mengaku menderita insomnia dan tidak tidur selama lebih dari 11 tahun belakangan ini. Padahal insomnia tingkatkan risiko terkena penyakit dalam jangka panjang, simak ulasannya di info sehat kali ini.

Tran mengungkapkan bahwa perjuangannya melawan kondisinya ini dimulai dengan gejala yang sangat aneh yakni dengan munculnya air mata yang mengalir tiba-tiba tanpa alasan hingga tak dapat dihentikan, namun setelah air matanya berhenti menetes dia mulai tidak bisa tidur meskipun matanya merasa lelah.

Advertisement

Wanita ini juga mengaku, bahwa suaminya memberikan dukungan untuk mencari bantuan medis, tetapi obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal, dan memiliki efek samping yang parah. Tetangga yang tinggal di sebelahnya mengkonfirmasi kondisinya, dan berharap suatu hari bisa tidur seperti orang normal lainnya

“Kalau dicermati, dampaknya bisa terlihat. Ada lingkaran hitam di sekitar mata saya dan kulit di sekitarnya juga sangat gelap. Tapi sebelum itu, saya berkulit putih dan merah muda dan tidak ada cacat di wajah saya,” kata Luu dalam sebuah wawancara, dilansir dari odditycentral pada Sabtu (23/9/2023).

Advertisement

“Kalau dicermati, dampaknya bisa terlihat. Ada lingkaran hitam di sekitar mata saya dan kulit di sekitarnya juga sangat gelap. Tapi sebelum itu, saya berkulit putih dan merah muda dan tidak ada cacat di wajah saya,” kata Luu dalam sebuah wawancara, dilansir dari odditycentral pada Sabtu (23/9/2023).

Selama 11 tahun belakangan ini, dia hanya bisa berbaring dengan mata tertutup, sementara suami dan anak-anaknya tertidur di sekitarnya. Meskipun tengah menghadapi tantangan yang berat, Luu merasa didukung oleh suaminya. Setiap malam, suaminya memberinya nasihat untuk mencoba bersantai, menutup mata, dan tidur. Meskipun, usahanya selalu sia-sia.

Insomnia adalah gangguan sulit tidur atau mudah terbangun ketika sudah terlelap. Orang yang menderita insomnia, mungkin mengalami kesulitan tidur pada malam hari, sering terbangun di tengah malam dan sulit untuk kembali tidur, atau merasa tidur tidak memadai, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.

Advertisement

Bila kamu pengidap insomnia ketahui gangguan tidur ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jangka panjang, seperti mengutip dari healthline, Senin (25/9/2023), berikut ini:

1. Terganggunya sistem syaraf pusat

Tidur diperlukan agar tubuh tetap berfungsi dengan baik, akan tetapi insomnia kronis dapat mengganggu cara tubuh untuk mengirimkan dan memproses informasi. Kurang tidur dapat membuat otak merasa kelelahan sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Terganggunya syaraf pusat ini akan menimbulkan berbagai gangguan, seperti kesulitan berkonsentrasi atau mempelajari hal-hal baru, membuat seseorang merasa tidak sabaran atau rentan terhadap perubahan suasana hati. Jika kurang tidur berlangsung cukup lama mungkin penderita akan mulai mengalami halusinasi, melakukan perilaku impulsive, timbul perasaan cemas, mudah murung, paranoia, bahkan timbul pikiran untuk bunuh diri. Ada kemungkin penderita juga mengalami microsleep di siang hari.

Advertisement

2. Menurunnya sistem imun

Risiko lain dari insomnia yaitu menurunnya kekebalan tubuh. Saat tidur sistem kekebalan tubuh akan memproduksi zat pelindung dan melawan infeksi seperti antibodi dan sitokin, yang mana zat-zat tersebut dapat melindungi diri dari bakteri dan virus.

Apabila seseorang mengalami insomnia maka sistem kekebalan tubuh tak dapat membangun kekuatannya, sehingga tidak mampu menangkis penyakit dan tubuh mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari penyakit.  Kurang tidur dalam jangka panjang juga meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti diabetes melitus dan penyakit jantung.

3. Terganggunya sistem pernapasan

Hubungan antara tidur dan sistem pernapasan berjalan dua arah. Terdapat gangguan pernapasan malam hari yang disebut apnea tidur obstruktif atau OSA, yang mana kondisi ini dapat mengganggu tidur dan menurunkan kualitas tidur.
Saat seseorang mengalami insomnia maka hal ini dapat menyebabkan kurang tidur, yang dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan seperti flu. Kurang tidur juga dapat mengkatkan resiko penyakit pernafasan yang sudah ada, seperti penyakit paru-paru kronis.

Advertisement

4. Bertambahnya berat badan

Insomnia juga berisiko mengalami obesitas. Selain makan terlalu banyak dan tidak berolahraga, kurang tidur juga merupakan faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Tidur dapat mempengaruhi kadar dua hormon, leptin dan ghrelin, yang mengontrol perasaan lapar dan kenyang.

Leptin memberi tahu otak bahwa tubuh sudah cukup makan. Tanpa tidur yang cukup, otak akan mengurangi hormon ini dan meningkatkan ghrelin, yang merupakan stimulan nafsu maka. Insomnia juga menyebabkan tubuh melepaskan lebih sedikit insulin, padahal  hormon ini dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Selain itu insomnia juga bisa membuat tubuh merasa terlalu lelah untuk berolahraga dan menimbulkan obesitas.

5. Gangguan sistem kardiovaskular

Tidur memengaruhi proses yang menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, termasuk yang memengaruhi gula darah, tekanan darah, dan tingkat peradangan. Tidur  juga memainkan peran penting dalam kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dan memperbaiki pembuluh darah dan jantung. Orang yang mengalami insomnia lebih mungkin terkena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.

6. Sistem endokrin terganggu

Ternyata produksi hormon tergantung pada waktu tidur. Produksi testosteron memerlukan setidaknya 3 jam tidur tanpa gangguan dan jika kerap kali terbangun sepanjang malam hal ini dapat memengaruhi produksi hormone tersebut. Insomnia juga dapat mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan, terutama pada anak-anak dan remaja, yang mana hormon tersebut membantu tubuh membangun massa otot dan memperbaiki sel dan jaringan, selain fungsi pertumbuhan lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif