Lifestyle
Rabu, 7 Juni 2023 - 21:53 WIB

Awas, Nyeri Pinggang Bisa Menahun! Begini Penangananya

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyeri pinggang. (Freepik)

Solopos.com, SOLO —Hampir setiap orang pernah mengalami sakit pinggang. Namun jangan disepelekan, sebab jika kondisinya tak kunjung sembuh, tentu akan mengganggu aktivitas orang tersebut. Bahkan nyeri pinggang disebut menjadi penyebab berkurangnya produktivitas di sejumlah negara di dunia ini.

Berdasarkan artikel yang diunggah di laman resmi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof Dr R Soeharso, di rso.go.id, nyeri pinggang merupakan gejala yang sangat umum terjadi. Nyeri pinggang juga hampir dialami oleh setiap orang, setidaknya sekali dalam hidupnya.

Advertisement

Pada umumnya nyeri pinggang merupakan gejala yang dapat menghilang dengan sendirinya, tetapi tidak jarang juga nyeri tersebut bisa menetap dan menjadi gejala yang menahun.

“Lebih dari 60% manusia mengalami nyeri pinggang mekanis, yang nyeri tersebut dapat bertahan sampai 1 tahun lamanya. Nyeri pinggang dapat menjadi penyebab utama dari berkurangnya produktivitas di lebih dari 120 negara di seluruh dunia,” bunyi keterangan dalam artikel tersebut.

Advertisement

“Lebih dari 60% manusia mengalami nyeri pinggang mekanis, yang nyeri tersebut dapat bertahan sampai 1 tahun lamanya. Nyeri pinggang dapat menjadi penyebab utama dari berkurangnya produktivitas di lebih dari 120 negara di seluruh dunia,” bunyi keterangan dalam artikel tersebut.

Disebutkan, berdasarkan penelitian yang ada, di 54 negara menyatakan bahwa, prevalensi nyeri pinggang sebesar 11,9% dan lebih banyak menyerang pada kelompok usia 40 tahun-80 tahun.

Nyeri pada tulang belakang berdasarkan distribusi dari nyerinya diklasifikasikan menjadi tiga.

Advertisement

2. Penjalaran, yakni nyeri yang menjalar dari pinggang sampai ke paha, betis, dan bahkan kaki

3. Gabungan lokal dan penjalaran.

Ada banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya nyeri pinggang, dimana kondisinya bisa menjadi menahun. Faktor risiko tersebut di antaranya adalah faktor genetic, jenis kelamin wanita, gaya hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga, obesitas, merokok, serta ada riwayat trauma. Namun ada pula faktor psikososial yang dapat meningkatkan risiko, contohnya adalah jenis pekerjaan yang dapat memberikan beban di tulang belakang seperti pegawai konstruksi dan kuli panggul.

Advertisement

Gejala dari nyeri pinggang biasanya merupakan nyeri mekanis yang dipicu oleh gerakan. Kemudian akan berkurang pada saat diistirahatkan. Penderita biasa mengeluh nyeri yang timbul pada saat akan berdiri dari keadaan duduk atau terlentang. Nyeri tersebut juga dapat menjalar ke bagian paha dan betis.

Pada kasus nyeri yang menjalar berarti sudah mengenai bagian syaraf. Jika mengalami gejala serupa maka dianjurkan untuk segera memeriksakannya ke dokter.

Untuk tata laksana dari nyeri pinggang ada berbagai cara, baik berupa tindakan konservatif maupun operatif. Terapi konservatif akan lebih dulu dilakukan, misalnya seperti perubahan gaya hidup. Sebab banyak kasus yang terjadi karena diakibatkan oleh gaya hidup yang kurang baik.

Advertisement

Untuk itu sangat dianjurkan untuk menjalani gaya hidup yang baik untuk mencegah terjadinya nyeri pinggang. Gaya hidup yang dimaksud misalnya rutin olah raga untuk menguatkan otot-otot punggung serta mengurangi mengangkat beban berat saat bekerja. Nyeri pinggang juga bisa diberikan obat-obat anti nyeri yang bisa didapatkan dari dokter.

Jika terapi konservatif sudah dilakukan namun tidak menunjukkan hasil yang efektif maka terapi selanjutnya bisa dilakukan terapi operatif. Tindakan ini bisa dilakukan oleh dokter spesialis. Tujuannya mencegah kerusakan lebih lanjut di area tulang belakang.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif