SOLOPOS.COM - Warga menikmati bakso nila pelangi. (Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja)

Bakso ikan menjadi istimewa di tangan Purwanti. Tanpa mengurangi kandungan gizinya, bakso dipercantik dengan aneka pewarna alami. Seperti apa? Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Rima Sekarani I.N.

Purwanti masih ingat dengan Harian Jogja ketika bertemu kembali pada acara kampanye makan ikan di Dusun Bokesan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Selasa (16/9/2014) lalu. Dia sedang membuka stand aneka olahan ikan nila bersama suaminya, Heri Susanto.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Sekitar setengah tahun lalu, Harian Jogja berkesempatan mencicipi dawet nila buatan Purwanti. Rasanya tidak berbeda dengan dawet biasa. Bau amis ikan sudah sirna, diatasi dengan merendam ikan nila mentah dengan air jeruk selama seperempat jam sebelum diolah.

Kali ini rupanya Purwanti punya produk hasil inovasi barunya, yaitu bakso nila pelangi. Bakso cantik itu terdiri dari empat warna. Purwanti menyajikan bakso nila original yang berwarna putih dengan bakso berwarna merah, kuning, dan hijau.

“Warna bakso yang merah yang berasal dari buah bit, kuning dari wortel, dan hijaunya dari bayam,” kata perempuan berusia 38 tersebut.

Empat butir bakso warna-warni itu disajikan dengan mi yang tak kalah meriah. Purwanti mengatakan, mi dibuat dari tepung mocaf. Sesuai namanya, modified cassava flour atau mocaf dibuat dengan prinsip modifikasi secara fermentasi.

“Selain yang original, ada mi warna kuning yang dibuat dari sari tomat dan mi warna ungu dari ubi,” ujar Purwanti sembari melayani pembeli yang terus berdatangan.

Ditanya soal asal ide bakso nila pelangi, jawaban Purwanti sederhana saja. “Kalau bakso ikan sudah biasa, jadi ditambah sayuran untuk mewarnai. Kebetulan anak saya tidak suka sayuran, tapi suka ikan. Saya cuma cari cara biar mereka bisa makan sayur,” katanya memaparkan.

Sebelumnya, Purwanti memang sudah membuat bakso ikan biasa dan dijual sebagai makanan beku bersama produk olahan ikan lainnya.

“Ini perdana untuk yang bakso nila pelangi. Baru kemarin [Senin, 15/9] saya coba buat dari daging ikan nila sebanyak dua kilogram,” ucapnya.

Purwanti mengatakan, untuk membuat bakso ikan, setiap satu kilogram ikan nila yang telah digiling dicampur dengan satu ons tepung tapioka. “Kalau terlalu banyak tepung, nanti jadinya cilok,” ucapnya sambil tersenyum.

Bakso nila pelangi dijamin tidak menggunakan pengenyal maupun pengawet. “Selama penyimpanan ikannya baik, gelatin alaminya tidak akan hilang. Itu yang bisa membuat bakso jadi kenyal,” kata Heri, suami Purwanti, yang juga sambil melayani pembeli.

Heri adalah seorang petani pembesaran ikan nila yang kemudian mendapat bantuan CSR dari PT. Pertamina untuk mengembangkan usaha olahan ikan. Sejak sekitar tahun 2012, dia memproduksi aneka olahan ikan nila dibantu sang istri di rumahnya di Dusun Nayan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

Produk yang dihasilkan seperti nuget, bakso, rolade, abon, hingga aneka kripik dan camilan berbahan dasar ikan nila.

Pria kelahiran 39 tahun lalu itu merasa beruntung dengan kreativitas Purwanti. Setelah dawet nila yang kini semakin banyak pesanan, dia berharap bakso ikan pelangi meraih sukses yang sama.

Pasangan suami-istri ini membutuhkan modal bulanan hingga Rp10juta. Mereka kemudian mendapat untung sekitar 30 persen.

“Tapi itu baru olahan ikan yang biasa dan dawet nila, belum tahu kalau ditambah bakso nila pelangi ini,” kata Purwanti.Satu porsi bakso nila pelangi dijual seharga Rp8.000. Menu sehat itu semakin nikmat jika dilengkapi dengan minuman es dawet nila yang hanya dijual Rp5.000 per cup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya