Lifestyle
Selasa, 2 Juli 2024 - 20:43 WIB

Begini Mengelola Kemarahan di Tempat Kerja, Termasuk Memahami Pemicunya

Newswire  /  Akhmad Ludiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi marah di tepat kerja. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Pada saat dan sebab tertentu, seseorang bisa saja tiba-tiba marah di mana pun ia berada, termasuk di kantor atau lingkungan kerja. Tapi bagaimana mengendalikan atau mengelola amarah di kantor? Berikut ini ulasannya.

Dikutip Antara dari Forbes, Senin (1/7/2024), berdasarkan studi terkait bahwa kemarahan di tempat kerja adalah emosi negatif yang dapat memengaruhi fokus manajer, bawahan, dan rekan kerja, serta berpotensi mengganggu produktivitas.

Advertisement

Hasil studi Sekolah Wharton oleh Maurice Schweitzer dan Jeremy Yip, mengungkapkan kemarahan menyebabkan individu lebih egosentris dan fokus pada kepentingan mereka sendiri, mengganggu pemikiran yang cermat dan mengurangi pengambilan perspektif.

Pengambilan perspektif yang terganggu dapat menyebabkan spiral konflik, di mana kemarahan membuat lebih sulit untuk menyelesaikan konflik, justru malah dapat mengeskalasi konflik. Untuk mengelola kemarahan, maka penting untuk:

Memahami pemicu kemarahan, seperti dengan menuliskan keadaan yang menyebabkan Anda merasakan emosi yang kuat. Membuat jurnal juga membantu Anda menunjukkan gejala kemarahan fisik, seperti otot tegang atau detak jantung cepat.

Advertisement

Seiring waktu, Anda akan mulai melihat pola dan mengantisipasi situasi yang mungkin memicu kemarahan. Menulis tentang pengalaman Anda juga akan membantu memroses emosi lebih produktif.

Mengembangkan mekanisme penanggulangan, seperti dengan latihan teknik pernapasan melibatkan langkah dasar, bernapas dan mengembuskan napas, yang masing-masing diselingi menahan napas selama empat detik agar pikiran santai, bersih dari stres.

Mengubah pola pikir, mulai dengan komunikasi intrapersonal (self-talk), mengganti keyakinan negatif dengan penggunaan bahasa dan pikiran yang positif di dalam diri sendiri. Sejumlah contohnya antara lain:

Advertisement

Berlatih pemecahan masalah, seperti dengan menetapkan batas-batas argumentasi yang sehat dengan tenang, memberi tahu lawan bicara bahwa Anda sudah memiliki komitmen. Atau Anda dapat membantu mereka kali ini tetapi beri tahu mereka bahwa Anda memiliki kewajiban pribadi setelah bekerja yang merupakan prioritas. Dengan menganalisis situasi, Anda dapat mengurangi kemarahan dan fokus pada perilaku konstruktif.

Berinvestasi untuk perawatan diri di luar pekerjaan, seperti dengan berkegiatan sehat yaitu olahraga, yoga atau hobi untuk mengurangi stres. Hal ini juga membantu memelihara sistem pendukung yang kuat.

Temukan teman dan keluarga tepercaya untuk berbagi perasaan Anda. Jika kemarahan Anda di tempat kerja tampaknya meningkat, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional dari terapis atau konselor. Dengan menjaga kesejahteraan mental dan fisik, Anda akan membangun ketahanan dan kepercayaan diri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif