Lifestyle
Senin, 27 Desember 2021 - 10:27 WIB

Bel Pintu di Kafe Favorit, Pemenang Lomba Cerpen FAM 2021 Kategori SMP

Nadhira Kamalia Athiya Rifa’i  /  Damar Sri Prakoso  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kring…

Bel secara otomatis berbunyi nyaring ketika pintu dari kayu itu kudorong. Alunan musik jazz terdengar lembut membuat suasana kafe terasa damai. Pengelola kafe yang terdiri atas pasangan lansia itu menyambut kedatanganku dengan hangat dari balik meja bar.

Advertisement

“Hari ini datang sendiri?” tanya sang istri menggunakan nada ramah sambil menyodorkan buku menu yang terlihat sudah sangat usang kepadaku. Aku yang amat pemalu ini, hanya bisa menganggukkan kepala.

“Mm ini, terus ini,” aku menunjuk ke tulisan cokelat hangat dan sandwich yang tertera pada buku menu.

“Seperti biasanya ya,” gumam sang suami.

Aku segera menuju ke tempat duduk favoritku, di pojok ruangan yang memiliki pemandangan langsung ke jalan. Tas sekolah kuletakkan di bawah meja yang akan kutempati. Tak langsung duduk, pandanganku mengarah ke rak yang berisi buku-buku tua, salah satu alasanku pergi ke sini setiap pulang sekolah.

Aku berjalan ke arah rak buku itu dengan semangat. Mataku menyisir rak buku itu dari bawah ke atas dan dari kanan ke kiri.

“Hari ini, baca yang mana ya?” ucapku lirih. Seakan melayang, sebuah buku tiba-tiba disodorkan ke arahku.

“Ini, cobalah baca buku ini,” sesosok gadis berdiri tepat di sampingku.

Advertisement

Aku menerima buku itu dengan kedua tanganku. Gadis itu tersenyum kecil, “Boleh aku duduk denganmu?” Walaupun aku tidak memberi jawaban, dia tetap mengikuti dan duduk di kursi depanku.

Kalau kuperhatikan lagi, seragamnya mirip dengan seragam sekolahku di hari Senin.

“Kau salah seragam ya?” mendengar pertanyaan itu, dia hanya terdiam menatapku. Melihat reaksinya yang seperti itu, aku langsung melontarkan permintaan maaf. Gadis itu pun tertawa kecil dan mengulurkan tangannya, “Perkenalkan, namaku Fey!”

Dengan salah tingkah, aku menerima uluran tangannya. Kuperkenalkan diriku juga padanya “Hai, aku Gita”.

Fey pun tertawa lagi, “Sebelum kau bertanya, perkenalkan dirimu dulu dong!”

Mukaku seketika memerah. Refleks, kututupi wajahku dengan buku yang kupegang.

“Hm, untuk pertanyaanmu yang tadi, aku saja tidak tahu ini hari apa,” kata dia.

Advertisement

Eh? Orang yang aneh. Setelah itu, aku tidak begitu menghiraukannya lagi dan fokus pada bukuku. Buku itu bercerita kan tentang pertemanan antara sesosok manusia dengan hantu. Menurutku cerita semacam ini tidak begitu menarik, tapi karena ada yang menyarankanku untuk membacanya, apa boleh buat.

Tak lama, pesananku pun datang. Secangkir cokelat hangat dengan satu potong sandwich yang terlihat lezat di taruh di atas mejaku. Segera kuseruput cokelat hangat tersebut dan menggigit bagian ujung bawah dari sandwich tersebut. Di saat itulah aku tersadar bahwa Fey hanya terdiam bengong menatap jalan raya dari balik jendela.

“Kau tidak memesan?” tanyaku padanya. Dia hanya menggeleng, dan kembali melihat ke jalanan.

“Hm, kalau semisal kau lupa bawa uang, aku akan mentraktirmu. Kebetulan, hari ini aku diberi uang saku lebih oleh orang tuaku,” aku menawarkan bantuan untuknya. Tapi dia hanya mengucapkan terima kasih, tanpa ada niatan untuk memesan. Karena tidak ingin memaksakan kehendakku, aku pun mengiyakan saja.

“Ngomong-ngomong, kau kelas berapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya di sekolah,” ingin memecah keheningan, aku pun memberanikan diri mengobrol dengannya.

“Sembilan, mungkin?”

“Mungkin?”

Advertisement

“Aku lupa, he he.”

Aku menaikkan satu alisku, orang ini benar-benar aneh. Bagaimana bisa dia lupa kelasnya sendiri jika tadi dia masuk sekolah? Tidak ingin terlibat lebih lanjut dengannya, aku melanjutkan kegiatan membacaku.

Tiba-tiba ponselku bergetar, terlihat pesan dari ayah yang memintaku untuk pulang ke rumah secepatnya. Dengan segera, aku menghabiskan cokelat hangat dan sandwich yang kupesan. Kuambil tas sekolah yang kutaruh di bawah meja dan bangkit dari kursi.

“Mau ke mana?” tanya Fey sambil menatapku dengan tajam. Tanganku dicengkeramnya dengan kuat, berusaha menahanku. Entah kenapa, hawa ruangan menjadi sangat dingin dan menusuk saat mataku tak sengaja bertatapan dengan matanya.

“Maaf, aku mau pulang, ayah sudah menyuruhku untuk segera pulang,” jawabku dengan gugup. Aku menarik tanganku, dan pergi ke meja bar untuk membayar.

“Sudah mau pulang?” tanya sang istri ketika aku mengeluarkan dompetku. Seperti saat kali pertama datang, aku hanya mengangguk.

“Karena kau pelanggan pertama untuk hari ini, kita diskon ya.”

Advertisement

“Pelanggan pertama?”

Mendengar itu, membuatku menjadi sedikit kebingungan. Tak terlalu kupikirkan, aku pun membayar sesuai harga yang telah diberikan dan mengembalikan buku yang telah kupinjam ke raknya.

Kring…

Bel di pintu kembali berbunyi, bunyi nyaring yang terdengar hingga ke seluruh penjuru kafe. Entah apa yang kupikirkan, dengan iseng menolehkan pandanganku ke kursi-kursi pengunjung. Tidak terlihat Fey di tempat duduk semula ataupun kursi yang lainnya, dan aku pun berlalu pergi.

Namun, baru saja aku berjalan dua langkah, tanpa terdengar suara bel pintu berbunyi lagi setelah aku keluar, tiba-tiba terdengar suara Fey memanggilku dengan lirih.

“Gita…” aku pun menoleh tanpa dapat berkata-kata ketika aku menatap Fey yang berdiri tepat di depan pintu kafe dengan pandangannya yang sayu, dan seragamnya yang terkoyak serta penuh dengan noda darah.

 

Advertisement

Nadhira Kamalia Athiya Rifa’i

SMP Batik Solo

Pemenang Lomba Cerpen FAM 2021 Kategori SMP

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif