SOLOPOS.COM - Ilustrasi menguap akibat mengantuk saat bekerja (Magforwomen.com)

Solopos.com, SOLO--Menguap sering diartikan bahwa sesorang sedang mengantuk. Mungkin sebagian dari kalian pernah mengalami saat orang yang di dekat kalian menguap, pasti tak lama kemudian, kalian juga akan mengikutinya menguap.

Pernahkah dari kalian bertanya apakah menguap ini menular? Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa seseorang yang menguap ini bisa menularkan ke orang lain.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Hal ini dikatakan karena menguap mampu membantu tubuh kalian mendapatkan lebih banyak oksigen dan kalian tidak boleh berusaha untuk menahannya jika merasakan ingin menguap, karena kondisi ini otomatis dan tidak dapat dikendalikan oleh tubuh.

Menurut dr. Andika Widyatama dari KlikDokter, peristiwa menguap ini merupakan momen pertukaran antara darah yang lebih hangat dari dalam otak dengan darah yang lebih dingin. “Karena itulah, menguap lebih sering terjadi saat suhu udara sedang dingin,” jelas Andika.

Ada 23 Libur Nasional Dan Cuti Bersama Di Kalender 2021

Fakta Unik

Dilansir dari Psychology Today, menularnya menguap juga diduga sebagai bentuk echophenomena. Menguap merupakan suatu tindakan meniru yang dilakukan secara otomatis, tanpa disadari oleh pelakunya.

Ahli lain menduga menguap merupakan fenomena yang terjadi akibat peranan sistem saraf cermin (mirror-neuron system) di dalam otak.

Peneliti juga menemukan fakta unik lainnya. Ketika seseorang diminta untuk menahan diri agar tidak menguap, dorongan ini justru mengalami sebuah peningkatan.

"Dorongan ini meningkat seiring dengan keinginan seseorang untuk mencoba menahan tidak menguap," ungkap Georgina Jackson, profesor neuropsikologi kognitif Universitas of Nottingham Inggris yang terlibat dalam penelitian ini, dalam sebuah artikel di Live Science.

Menguap ini bisanya menular pada orang yang saling berinteraksi dan yang sedang berdekatan terbuka atau sedang memperhatikan secara diam-diam. Tetapi di sisi lain, masing-masing individu ternyata memiliki kerentanan yang berbeda terhadap perilaku menguap. Sehingga memang ada yang mudah ditularkan menguap, serta sebagian juga tidak merasakan efeknya sama sekali jika dia memang tidak mengantuk.

Namun ada beberapa teori lain yang menjelaskan mengapa orang menguap. Berikut beberapa teori tentang menguap seperti dilansir dari berbagai sumber, Minggu (13/9/2020).

1. Membantu kita terjaga

Menguap juga dihubungkan dengan meningkatnya aktivitas dan gerakan peregangan. Meningkatnya gerakan tubuh mungkin membantu kita tetap awas di kala tekanan rasa kantuk meningkat.

Juga, otot-otot tertentu di telinga (otot tensor tympani) diaktifkan selama menguap. Hal ini memicu pengaturan ulang rentang gerakan dan sensitivitas gendang telinga dan pendengaran, yang meningkatkan kemampuan kita untuk memantau dunia di sekitar kita setelah kita mungkin kehilangan kesadaran sebelum menguap.

2. Mendinginkan otak

Teori lain mengapa kita menguap adalah hipotesis termoregulasi yang menunjukkan bahwa menguap mendinginkan otak. Menguap menarik udara dingin ke dalam mulut, yang kemudian mendinginkan darah menuju otak.

Pendukung teori ini mengklaim peningkatan suhu otak terjadi sebelum menguap, dengan penurunan suhu terjadi setelah menguap. Namun penelitian yang memunculkan teori ini hanya menunjukkan menguap berlebihan terjadi ketika suhu otak dan tubuh sedang mengalami peningkatan. Penelitian tersebut tidak mengatakan bahwa menguap memiliki tujuan mendinginkan.

Orang menguap semakin sering ketika eksperimen membuat demam buatan, yang menunjukkan korelasi antara suhu tubuh hangat dan menguap. Namun tidak ada bukti yang mengacu bahwa menguap untuk mendinginkan tubuh–hanya bahwa penghangatan suhu tubuh memicu menguap.

Ilmuwan Perbesar Dark Matter, Kerangka Alam Semesta Terungkap

3. Tugas jaga

Perilaku seperti menguap telah diamati di hampir semua makhluk bertulang belakang. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa refleks menguap itu hal yang purba. Hipotesis perilaku berdasarkan teori evolusi mengacu pada manusia sebagai hewan sosial. Ketika kita rentan terhadap serangan dari spesies lain, fungsi kelompok adalah untuk saling melindungi.

Tugas jaga adalah bagian dari kesepakatan dalam kelompok, dan menguap dan peregangan adalah bukti ketika tingkat kewaspadaan seorang individu sedang turun. Hal ini penting untuk mengubah aktivitas untuk mencegah keteledoran dan mengindikasikan saatnya mengganti orang untuk berjaga-jaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya