SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Outbound dan pelatihan di alam bebas sering dianggap sebagai garapan lembaga-lembaga pelatihan profesional. Tapi di luar itu, lembaga-lembaga kemahasiswaan juga bisa melakukannya.

Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (Malimpa) UMS adalah salah satunya. Di luar aktivitas mereka dalam berbagai petualangan alam bebas, mereka juga bisa menggarap pelatihan untuk lembaga lain. Meskipun job untuk mereka tak sesering lembaga-lembaga profesional, kemampuan mereka juga tidak kalah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Biasanya job datang dari para senior yang punya garapan. Kemudian ada beberapa teman yang dilibatkan,” kata Ketua Malimpa UMS, Ali Muqodas, Minggu (15/7).

Kadang-kadang job pelatihan datang dari rekan-rekan mereka dari lembaga atau organisasi lain. Saat menggarap outbound atau pelatihan umum, beberapa anggota diterjunkan untuk mengoperasikan alat-alat yang dipakai untuk game. Maklum saja, salah satu kelebihan mereka adalah kemampuan dalam mengoperasikan alat yang juga sering dipakai untuk panjat tebing. “Terutama kalau ada permainan seperti flying fox, anggota kami biasanya jadi operator. Pernah juga diminta jadi mentor. Kalau untuk anak-anak biasanya cewek-cewek yang maju,” ujar Ali.

Diakuinya saat ini lembaga tersebut memang sudah jarang menerima job untuk menggarap outbond. Hal ini karena memang bukan itu spesialisasi mereka meskipun sebagian anggotanya punya kemampuan. Kini mereka lebih sering menggarap pelatihan-pelatihan khusus selain outbound, khususnya pelatihan arung jeram atau rafting.

Di Malimpa, hobi rafting diwadahi dalam sebuah divisi tersendiri. Dengan peralatan berupa perahu khusus rafting berikut sejumlah perlengkapan pendukung, rafting sudah menjadi agenda reguler bagi mapala ini. Selain berlatih di danau kampus, mereka juga sering menggelar agenda serupa di Sungai Elo, Magelang, yang dikenal sebagai salah satu medan rafting favorit. “Biasanya kami memang sering main di sana. Sering juga kami diminta untuk memberikan pelatihan buat teman mapala lain.”

Terakhir, salah satu mapala asal Palembang meminta mereka untuk memberi pelatihan di Sungai Elo. Tim dari Malimpa pun menyiapkan segalanya, mulai dari akomodasi, peralatan hingga materi pelatihan. Dengan peralatan yang cukup memadai, mereka tidak perlu membayar paket atau perahu dari pihak pengelola objek wisata setempat. “Kami bawa perahu sendiri ke sana. Soalnya di sana sewa perahu juga mahal.”

Dulu, Malimpa pernah membuat agenda rafting untuk umum di Sungai Elo. Sayangnya agenda tersebut tidak banyak mendapat peserta karena tidak bertepatan dengan musim liburan. Untungnya, mereka masih bisa balik modal dan tidak sampai merugi.

Para aktivis pencinta alam ini memang tidak melakukan semua itu untuk kepentingan komersial. Seandainya mencari untung, uang tersebut hanya untuk dimasukkan ke kas organisasi dan bukan pribadi. “Soalnya kalau mengandalkan uang dari universitas ya terlalu sedikit.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya