SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Ilustrasi

DENPASAR–Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali mengeluhkan persaingan bisnis online semakin ketat sehingga merugikan biro perjalanan karena banyaknya akomodasi baru di pulau ini.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Bagus Sudibya, Wakil Ketua Asita Bidang Pemasaran, Humas dan Litbang, mengatakan menjamurnya akomodasi di Bali setahun terakhir ini memberikan dampak yang besar pada bisnis biro perjalanan karena semua bisa diakses secara online seperti hotel, tiket dan jasa penyewaan mobil.

“Setahun terakhir ini bisa dikatakan biro perjalanan tidak terlalu meraup untung yang tinggi dan peningkatan pengguna jasa tidak meningkat secara signifikan. Semua bisa didapatkan secara online karena prosesnya lebih cepat untuk mendapatkan informasi,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/1).

Dengan begitu, lanjutnya, dengan ruang bisnis yang semakin kecil diharapkan para pemilik biro perjalanan yang bernaung di bawah ASITA bisa semakin kreatif membuat promo destinasi baru jangan hanya di wilayah Bali Selatan, masih banyak destinasi yang bisa ditawarkan kepada para wisatawan.

“Jika tidak berbenah maka semakin sulit karena harus berkompetisi dengan bisnis online lainnya. Inilah yang menjadi tantangan bagi industri biro perjalanan di Bali,” katanya.

Menurutnya, jumlah akomodasi yang tersedia tidak sesuai dengan permintaan pasar dimana kunjungan wisman dan wisdom naik tidak kurang dari 10% saja tetapi akomodasi diprediksi bertambah sekitar 25%. “Dampaknya dalam waktu 3-4 tahun ke depan kondisi semakin tidak kondusif jika pemerintah tidak mengontrol dengan baik.”

Untuk itu, ia berharap pemerintah bisa mengembangkan pariwisata berbasis kerakyatan bukan bangunan hotel lagi yang diprioritaskan melainkan untuk kesehjateraan masyarakat dan membenahi segala infrastruktur seperti air, listrik dan jalan serta masalah lingkungan.

“Jangan hanya hotel saja yang terus dibangun, dengan begitu biro perjalanan bisa membuat suatu destinasi baru yang berbasis rakyat yang secara langsung memberikan pendapatan kepada mereka seperti di Bali Timur dan Bali Utara banyak desa wisata yang masih bisa dikembangkan.”

Hal senada diungkapkan oleh anggota ASITA Dwi Nurdayati, pemilik Bali Indah Cahaya Turs & Travel mengatakan setahun terakhir biro perjalanan merasa dirugikan karena banyaknya pembangunan hotel.

“Wisatawan lebih memilih menggunakan online untuk booking kamar dari pada menggunakan biro perjalanan mereka juga bisa membanting harga dan promosi besar-besaran,” katanya hari ini kepada Bisnis.

Menurutnya, wisatawan domestik sudah tidak bisa diharapkan karena mereka lebih memilih untuk mencari sendiri melalui online.

“Kerugian yang dirasakan mencapai 50%, seharusnya pemerintah punya jalan keluar untuk ini dengan membatasi pembangunan hotel di Bali dan bisa memfasilitasi biro perjalanan untuk berpromosi di luar negeri,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya