Lifestyle
Jumat, 21 Oktober 2011 - 11:17 WIB

Brambang asem dan kolak campur Mbah Romlah, digandrungi wong cilik sampai Bupati

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SELALU DICARI -- Mursiti, 60, meladeni pembeli yang memesan aneka makanan untuk dibawa pulang di warung milik bibinya, Romlah, 73, di Jl WR Supratman, Gerdu, Sragen Tengah, Sragen.(JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

SELALU DICARI -- Mursiti, 60, meladeni pembeli yang memesan aneka makanan untuk dibawa pulang di warung milik bibinya, Romlah, 73, di Jl WR Supratman, Gerdu, Sragen Tengah, Sragen.(JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

SedantenRp 20.000, bu,” ujar Mursiti, 60, setelah menghitung berbagai makanan yang dibeli Putri, 35, seorang guru asal Pilangsari, Ngrampal, Sragen. Putri merupakan langganan tetap warung milik Romlah, bibi Mursiti, yang berdiri sejak 25 tahun silam. Putri membeli kolak campur, pecel dan brambang asem serta sejumlah makanan ringan untuk kedua anak dan suaminya.

Advertisement

“Kolak campur dan brambang asem yang paling mantap memang di warung Mbah Romlah ini. Jauh sedikit tidak masalah. Saya sering jajan di tempat ini kalau pas tidak memasak,” ujar Putri kepada Espos. Langganan warung Mbah Romlah, bukan hanya guru seperti Putri. Banyak pejabat yang sering membeli makanan di warung ini. Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman dan istrinya pun sudah lama menjadi pelanggan warung Mbah Romlah. Bahkan banyak orang dari berbagai daerah kalau lewat Sragen pasti mampir di warung Mbah Romlah.

Untuk brambang asem plus tempe gembus hanya dijual dengan harga Rp 2.500/bungkus. Kolak campurnya pun juga murah, hanya Rp 2.000/mangkuk. Banyak jenis makanana lainnya, seperti bakmi, bihun, terik tempe gembus, pecel dan aneka bubur.
“Saya sudah pindah tiga kali selama 25 tahun berjualan makanan. Sebelumnya di rumah, yakni di Kampung Gerdu RT 1/RW V, Sragen Tengah. Kemudian pindah di utara Polres Sragen dan sekarang di pinggir rel KA, tepatnya di Jl WR Supratman ini,” ujar Romlah, 73, yang masih aktif meladeni pelanggan.

Selain dibantu Mursiti, Mbah Romlah dibantu Sri Barokah, 70. Tiga orangtua berusia lanjut itu bersinergi menjual makanan dengan ramah. Warung yang menempati lapak seperti pedagang kaki lima itu baru dibangun sejak tiga tahun lalu. “Semula hanya beratap terpal. Sekarang meningkat beratap asbes dan berdinding gedek. Ya, lumayan lah,”
celetuk Mursiti.

Advertisement

Warung Mbah Romlah buka mulai pukul 12.00 WIB dan tutup pada pukul 16.30 WIB. Dalam waktu empat jam 30 menit itu, Mbah Romlah mampu mengantongi penghasilan antara Rp 350.000-Rp 400.000/hari. Tapi ketika sepi tidak ada pembeli, dia hanya mendapatkan Rp 250.000/hari.

“Habis tidak habis, dagangannya ya hanya segini. Tidak ditambah atau dikurangi. Kalau pas ramai, bisa dapat Rp 400.000/hari. Tapi kalau pas sepi seperti kemarin kami hanya dapat Rp 250.000/hari. Ya, kami harus tombok. Hal itu bukan masalah bagi kami,” ujarnya.

Tri Rahayu

Advertisement

Cara mencapai Warung Mbah Romlah
Dari perempatan sebelah selatan Alun-alun Sasana Langen Putra ke timur sampai pertigaan patung Ganesha ke timur 50 meter. Lokasi di sebelah kiri Jalan WR Supratman, di pinggir rel KA.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif