SOLOPOS.COM - Gelang batik buatan Sumartoyo (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Gelang batik buatan Sumartoyo (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Kebijakan Menteri BUMN yang mewajibkan BUMN melakukan pembinaan usaha kecil dan koperasi menjadi berkah pada dunia UMKM. Di Soloraya, banyak usaha kecil yang menikmati fasilitas kredit berbunga rendah yang disediakan beberapa BUMN.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Berbeda dengan kredit bank pada umumnya, kredit lunak BUMN ini disebut-sebut nonkomersial. Bunganya sangat rendah, bahkan paling rendah dibandingkan dengan kredit manapun, yakni 6% flat per tahun. “Kami sudah memulainya sejak 2002. Sudah ada 1.700-an usaha yang pernah menerima dan sampai sekarang ada 605 mitra binaan yang masih aktif di Soloraya,” kata Off-1 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) CD Subarea Solo, Akhmad Husein, saat ditemui Espos, Jumat (11/5) lalu.

Dengan bunga serendah itulah Akhmad menyebut fasilitas kredit ini memang bukan untuk kepentingan komersial. Maklum, dana yang dicairkan pada para mitra binaan itu merupakan 1% dari keuntungan BUMN dalam setahun. Jika ada pertanyaan mengapa masih juga kredit itu diberi bunga, sebenarnya hal itu kembali juga ke mitra namun dalam bentuk lain.

“Selain kredit, kan ada fasilitas berupa pelatihan dan pendidikan, pameran, pemagangan dan sarasehan. Semua gratis dan bunga kredit akan kembali ke mitra dalam bentuk itu,” terang Akhmad.

Dana yang tersedia setiap triwulan cukup besar. Pada triwulan pertama 2012, mereka merealisasikan dana Rp2,3 miliar untuk subarea Solo. Sementara untuk triwulan kedua mencapai Rp1,5 miliar. Para mitra bisa menerima pinjaman lunak Rp10 juta hingga Rp90 juta dalam waktu dua tahun. Nilai kredit ini ditentukan dari kemampuan usaha mitra dalam mengembalikan pinjaman.

Menurut Akhmad, pengajuan kredit ini terbilang sangat mudah. Calon mitra cukup menyusun proposal pengajuan kredit dengan besaran yang disyaratkan. Selanjutnya, tim PKBL melakukan survei usaha untuk menilai kelayakan suatu usaha dalam menerima kredit.

“Tapi proposal ini juga tidak rumit. Kami juga memahami banyak pelaku usaha kecil yang tidak memiliki kemampuan mengoperasikan komputer. Mereka juga tidak disuruh untuk presentasi.”

 

Kelayakan

Yang perlu diperhatikan oleh para calon mitra adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi. Bukan hanya syarat administrasi, melainkan juga kemampuan mereka dalam memutar uang dan mengembalikan pinjaman. Di sinilah BUMN menunjukkan peran.

Karena sifat kreditnya tidak komersial, BUMN tidak sekadar memberikan kredit dan asal lunas. Ada proses monitoring selama mitra terlibat dalam program tersebut. “Tidak seperti kredit lain yang hanya memikirkan asal angsuran lancar, kami juga memantau perkembangan mereka.”

Seandainya ada mitra tidak kuat lagi mengembalikan pinjaman, Telkom pun sudah menyiapkan sistemnya. Mereka tidak asal menyita agunan yang sudah dijaminkan oleh para mitra, namun juga membantu mitra mencairkan agunan itu ke pegadaian. “Kalau macet, kami dampingi mereka ke pegadaian, sisanya baru dilunasi di Telkom.”

Dalam hal ini, BUMN tampak belajar banyak dari proses pemberian kredit di masa lalu. Dulu, BUMN penyalur kredit tidak memberi syarat agunan bagi para penerima pinjaman lunak. Karena ada banyak kasus kredit macet, aturan diubah agar ada ikatan antara mitra dan BUMN. Jadi tak seperti lembaga kredit komersial yang benar-benar menggunakan agunan sebagai alat penjamin, BUMN hanya menggunakannya agar mitra serius mengembangkan usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya