Lifestyle
Minggu, 14 Oktober 2012 - 13:51 WIB

Cegah Depresi Dengan Komunikasi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (Reuters)

ilustrasi (Reuters)

JAKARTA — Keluarga dan komunitas dapat memainkan peran penting dalam pencegahan munculnya depresi.

Advertisement

Bahkan, kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dengan baik dalam keluarga dan komunitas merupakan komponen pencegahan depresi yang utama.

Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, perhatian dan kasih sayang dari lingkungan sekitar akan membuat penderita depresi tidak merasa sendirian. Dengan begitu, penderita depresi diharapkan patuh pada rencana pengobatan yang diberikan.

Hal itu dinyatakan Menkes dalam acara Puncak Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2012 di Lapangan Monas Jakarta, Minggu (14/10).

Advertisement

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan World Federation of Mental Health, hasil survai yang dilakukan oleh dokter keluarga, menunjukkan bahwa penderita depresi yang menunda berobat lebih dari 11 bulan, akan mengalami keterlambatan dalam pemulihan gangguan depresinya.

“Padahal depresi dan gangguan mental emosional lainnya dapat dicegah melalui program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sehingga tercapai kondisi jiwa sehat yang ditandai dengan perasaan sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, dan punya sikap positif,” kata Nafsiah.

Menurut dia, depresi ditandai dengan dua gejala utama yaitu rasa sedih, dan hilangnya minat yang berkepanjangan selama 2 minggu, dan menetap selama 2 bulan.

Advertisement

Gejala tersebut bisa menyerang siapa saja, tidak memandang usia dan latar belakang etnis, status sosial-ekonomi, atau jenis kelamin.

Penyalagunaan zat, gangguan kecemasan, dan keluhan fisik yang umumnya bersifat kronis, seperti penyakit jantung, stroke, HIV/AIDS, dan diabetes, merupakan faktor risiko terjadinya depresi.

Sedangkan faktor penyumbang yang signifikan, kata Menkes, adalah faktor biopsikososial, seperti kemiskinan, penyakit kronis, perceraian, perpisahan atau kehilangan orang yang dicintai, kesepian, dan faktor keturunan.

Untuk itu Menkes mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar masalah kesehatan jiwa, diperhatikan sejak masa kehamilan sampai usia lanjut, sehingga masing-masing individu dapat hidup mandiri, produktif, dan berkualitas.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif