SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Zara melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa. Ia sudah terlambat sepuluh menit dari jadwal minibusnya. Ia tertinggal minibus jemputan. Ia harus keluar dari gapura desa untuk mencari gojek atau ojek.

Hari ini sial, tidak ada satupun gojek atau ojek di pangkalan. Senin seperti ini memang biasanya menjadi sibuk, begitu pun tukang gojek atau ojek. Di seberang jalan, Zara melihat Elkan yang menertawakan raut wajahnya. Zara semakin kesal, Elkan semakin menertawakannya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

denganb motornya, Elkan mendatangi Zara di seberang jalan dan menawarkan kesediaannya untuk mengantarnya. Awalnya Zara menolak, karena pasti Elkan, teman masa kecilnya itu akan mengejeknya habis-habisan di jalan. Tetapi, di saat tergesa-gesa, akhirnya Zara menerima ajakan Elkan.

“Gimana rasanya telat ke sekolah, Zar?” tanya Elkan dalam perjalanan.

“Ya, sama aja kayak lo telat ke turnamenlah,” jawab Zara asal-asalan.

“Gue sih nggak pernah telat ke turnamen, Zar. Hahaaa,” sahut Elkan.

“Bodo amat, cepet ngebut!” pinta Zara. Elkan pun tertawa sambil mengencangkan gasnya.

Elkan memang atlet bulu tangkis yang tidak sekolah umum di SMP. Ia fokus menjadi atlet dan memilih home schooling. Dari teman masa kecil Zara, Elkanlah yang memantapkan diri menjadi apa yang ia mau. Walaupun berbeda dengan Zara, Elkan selalu menemukan cara menikmati masa remajanya.

Sesampainya di sekolah, Elkan berkata, “Belajar yang rajin ya Bu Dokter!”

“Iya. Makasih udah nganterin gue ya El,” jawab Zara sambil tersenyum, dan puas.

“Ya, sama-sama. Ya udah, gue mau balik,” sahut Elkan sambil meninggalkan Zara.

Zara senang bila ada yang memanggilnya Bu Dokter karena itu memang sudah mimpinya sejak kecil. Karena senangnya, ia lupa bahwa ini sudah jam masuk sekolah.

“Ya Tuhan, lupa. Ini udah masuk,” ia berlari ke dalam sekolah. Untung gerbang belum ditutup, jika gerbang ditutup Zara pasti kesulitan masuk dan ia pasti mendapat hukuman.

Sesampainya Zara di kelas, ternyata guru belum datang. “Ya Tuhan, makasih banyak. Untung di kelas belum ada guru,” batin Zara bersyukur.

Sudah pukul 14.00 WIB, bel pulang berbunyi nyaring. Siswa-siswi sudah tiba saatnya untuk pulang. Namun, Zara tidak langsung pulang. Ia pergi ke suatu kafe. Di tempat itu ia akan belajar latihan soal untuk ujian yang sebentar lagi akan datang.

Sesampainya di kafe, Zara melihat Elkan. “Dunia sempit banget ya?” batin Zara, lalukemudian memesan Vanilla Sweet Cream Cold Brew. Zara duduk tepat di belakang Elkan duduk. Elkan mematikan macbook-nya, dia melihat Zara di belakangnya dari layar hitam macbook-nya itu Elkan menoleh, memastikan. Ternyata benar, Zara. Ia tidak jadi pulang. Ia menghampiri Zara di belakangnya.

“Hai, Zar. Lo lagi ngapain?” sapa Elkan pada Zara.

“Lagi belajar,” jawab Zara singkat.

“Gue boleh gabung nggak?” pinta Elkan seraya minta izin duduk di sebelahnya.

“Boleh,” jawab Zara sambil mengizinkan Elkan duduk di sebelahnya.

“Belajar apa, Zar?” tanya Elkan penasaran.

“Latihan soal buat ujian,” jawab Zara.

“Gue boleh join nggak? Lumayan buat belajar juga,” pinta Elkan.

“Boleh. Lo agak ke sini, biar bisa baca soalnya,” pinta Zara.

“Siaaap,” jawab Elkan sambil menggeser kursinya mendekat Zara.

Sudah pukul 17.08 WIB, Zara mengemasi barang-barangnya. Ia segera pulang.

“Udah belum, El? Udah jam 5 sore. Gue harus pulang. Kalo belum selesai, boleh kok bukunya lo bawa dulu. Tapi kalo bisa secepatnya dikembaliin,” ucap Zara.

“Iya, ini udah,” jawab Elkan sambil memberikan buku latihan soal pada Zara. “Makasih ya, buat pinjeman bukunya,” ucap Elkan pada Zara.

“Iya, sama-sama. Ya udah gue mau pulang,” pamit Zara.

“Zar, bareng gue aja pulangnya. Rumah kita kan searah,” ajak Elkan.

“Hmm… Iya deh mau,” jawab Zara setelah berpikir-pikir.

Mereka bergegas keluar menuju parkiran motor. Mereka segera pulang. Di tengah perjalanan, Elkan bertanya, “Zar, mulai sekarang, ayo sering-sering belajar bareng latihan soal ujian, ntar kalo udah ujian udah nggak belajar bareng lagi. Belajarnya di kafe kayak tadi aja. Suasananya sepi. Mau nggak?” tanya Elkan.

“Mau, tapi kalo gue nggak bisa, nggak papa ya?” ucap Zara dengan suara keras. Suara angin kencang saat mengendarai motor membuat percakapan tidak terdengar jelas.



“Iya, nggak papa,” jawab Elkan.

Dua belas menit berlalu, akhirnya mereka sampai juga di rumah Zara. Zara turun dari motor Elkan.

“Makasih, El,” ucap Zara singkat.

“Iya. Ya udah, gue mau pulang,” kata Elkan lalu pulang.

“Iya. Hati-hati,” kata Zara lalu masuk ke rumah.

Sejak pertemuan yang tidak sengaja di kafe, mereka sering belajar bersama di kafe itu. Banyak yang mereka pelajari. Tidak hanya latihan soal ujian tetapi juga belajar menyiapkan ujian kelulusan kelas 9. Meskipun mereka belajar bersama, tetapi di rumah masing-masing mereka masih belajar mandiri.

Waktu berlalu dengan cepat, ujian pun tiba. Zara melaksanakan ujian di sekolah bersama teman sekelasnya. Namun, Elkan melaksanakan ujian di rumahnya diawasi oleh gurunya.

Mereka merasa mudah mengerjakan soal-soal ujian itu karena mereka sudah belajar keras sebelumnya. Setelah satu pekan berlalu, ujian selesai. Mereka tinggal menunggu hasil ujian yang telah mereka kerjakan.

Sudah ditunggu-tunggu, akhirnya hasil ujian dan rapor mereka dibagikan. Zara dan Elkan mendapatkan hasil yang bagus. Apalagi Zara, peringkat terbaik di satu angkatannya. Mereka bangga lulus dengan nilai memuaskan. Mereka merasa tidak sia-sia belajar kerasnya.



Dari berbagai peristiwa mereka menyadari bahwa usaha yang maksimal hasilnya tidak akan mengecewakan. Jika mereka berusaha sungguh-sungguh, dan tekun menjalani prosesnya. Mereka percaya bahwa hasilnya akan gemilang.

Menjalani sebuah proses memanglah tidak selalu mudah, perlu waktu, tenaga, dan berpikir keras. Untuk sukses perlu proses. Tidak ada kesuksesan tanpa proses yang dilakukan. Proses itu penting. Begitu yang ada dalam pikiran Zara dan Alken.

Mereka semakin sadar betapa pentingnya belajar untuk meraih sukses. Ketika mereka mengalami kegagalan atau sesuatu yang membuat kecewa. Mereka bangkit lagi, tidak menyerah, dan tidak banyak mengeluh. Mereka tahu bahwa orang sukses paham tentang proses, dan orang gagal biasanya lebih banyak protes.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya