Lifestyle
Senin, 6 Agustus 2012 - 09:43 WIB

DAGING AYAM: Di kawasan Pinggiran, Ayam Tiren Diolah

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas perdagangan unggas di Pasar Ayam Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Minggu (5/8/2012). (FOTO: Tim Espos/JIBI/Bisnis Indonesia)

Aktivitas perdagangan unggas di Pasar Ayam Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Minggu (5/8/2012). (FOTO: Tim Espos/JIBI/Bisnis Indonesia)

Tumpukan daging ayam itu direndam di sebuah ember plastik ukuran sedang. Seorang lelaki bertelanjang dada tampak merebus daging ayam di dalam kuali. Keringatnya membulir membasahi tubuhnya yang dipenuhi tato. Di sampingnya, tampak kotoran binatang dan sejumlah anjing berkeliaran di teras rumah tanpa sanitasi. Lelaki itu tak sendirian. Sejumlah perempuan setengah baya dan seorang nenek-nenek membantu meracik bumbu di sebuah ruangan agak temaram di dalam rumah. Tak berselang lama, sang majikan datang dan menyapa Espos. “Beli daging ayam buat apa ta,” tanya perempuan itu penasaran.

Advertisement

“Buat jualan ayam bakar, Bu,” jawab Espos yang kala itu menyamar sebagai pembeli, pekan lalu. Masih belum puas, ia pun memberondong lagi dengan sekian pertanyaan.

“Kok tahu tempat di sini? Siapa yang ngasih tahu. Tinggalnya di mana sih?” tanya dia lagi penuh selidik. Pertanyaan pedagang itu barangkali cukup wajar. Sebab, sejumlah sumber Espos menyebutkan bahwa dia diduga menjual ayam tiren. Karena itu, ia akan merekam jejak pembeli baru. Apalagi, lokasi itu memang cukup tersembunyi. Meski tempatnya tak jauh dari jalan raya, kendaraan roda dua harus melalui gang-gang berkelok untuk menjangkau permukiman kumuh di tepian rel KA di pinggiran Kota Solo. Sejumlah warga sekitar ketika ditanya Espos tak langsung menjawab. Mereka akan memandang dulu agak lama. “Sebab, warga di sini itu rata-rata enggak tahu saya jualan di sini,” kata dia membantah jawaban Espos yang tiba-tiba tahu alamatnya.

Meski demikian, sejumlah pekerja sebelumnya sempat menjelaskan harga daging ayam yang direndam di dalam air itu. Harga daging ayam bagian tepong dan sebagian dada ukuran besar Rp4.000-Rp5.000. “Kami enggak jual kiloan. Kalau mau, ya sudah potongan begini. Ini ukuran besar,” jelas seorang pelayan.

Advertisement

Harga daging ayam-ayam itu memang termasuk harga miring. Sebab, tiga hingga empat potong daging itu beratnya bisa mencapai 1 kg. “Coba kalau beli di pasar, 1 kg pasti Rp27.000,” tambahnya.

Pedagang itu tak menampik bahwa daging ayam tersebut adalah hasil ayam-ayam yang cacat. Namun, ia menepis tudingan daging ayamnya itu merupakan ayam tiren. “Memang ada yang cacat dan sakit. Namun, belum mati,” demikian argumennya.

Lepas dari benar-tidaknya pengakuan pedagang itu, yang jelas usaha jual-beli daging ayam konsumsi tersebut tak layak untuk konsumsi masyarakat. Bukan hanya lokasi pengolahan dagingnya yang tak higienis. Daging ayam itu juga direndam air terlebih dahulu sebelum diedarkan kepada pembeli. Dan yang membahayakan, daging itu berasal dari ayam-ayam tak sehat yang tak layak konsumsi. “Ayam konsumsi itu harus memenuhi unsur ASUH, yaitu aman, sehat, utuh, dan halal,” kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Solo, Weni Ekayanti.

Advertisement

Menurut Weni, ada sejumlah persoalan pokok yang kurang dipahami para pedagang dan pembeli ayam. Persoalan pokok itu tak hanya terkait pemahaman akan bahaya bakteri bangkai ayam bagi kesehatan tubuh. Melainkan, juga menyangkut soal keyakinan dan akidah. “Mungkin, ada yang beranggapan bahwa bakteri bangkai bisa mati karena digoreng atau direbus. Namun, ayam itu namanya tetap bangkai dan dilarang agama,” pungkasnya seraya meminta masyarakat agar kian jeli dalam membeli ayam.

Advertisement
Kata Kunci : Ayam Tiren Diolah
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif