SOLOPOS.COM - Rumah Pemotongan Unggas (RPU) di Semanggi, Pasar Kliwon memasang tulisan Tidak Melayani Potong & Bubut Ayam Mati/Bangkai. Foto diambil akhir pekan lalu. (FOTO: Tim Espos/JIBI/Bisnis Indonesia)

Rumah Pemotongan Unggas (RPU) di Semanggi, Pasar Kliwon memasang tulisan Tidak Melayani Potong & Bubut Ayam Mati/Bangkai. Foto diambil akhir pekan lalu. (FOTO: Tim Espos/JIBI/Bisnis Indonesia)

Sebuah banner seukuran tabloid terpampang di salah satu usaha jasa pemotongan ayam di Silir Semanggi, Pasar Kliwon. Banner itu bertuliskan “Tidak Melayani Bubut & Potong Ayam Mati/ Bangkai”. Paryono, manajer rumah pemotongan unggas (RPU) itu sadar akan risiko yang ia terima. Selain dijauhi para spekulan yang mencari keuntungan dari praktik jual-beli ayam mati, ia juga akan menerima cibiran sebagai orang sok alim. “Tapi, kami tak mau peduli. Buktinya, kami sudah hampir 15 tahun berjalan,” katanya suatu hari di Semanggi, akhir pekan lalu.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Usaha utama Paryono sebenarnya ialah jual-beli ayam potong. Lantaran jasa potong dan bubut ayam adalah bagian yang tak terpisahkan, ia pun melayani usaha itu dengan tarif Rp1.000/ekor. Bersama lima karyawannya, Paryono memenuhi kebutuhan ayam potong sebanyak 2,5 ton/hari yang diambil para pedagang keliling, pedagang pasar serta restoran di Solo. “Ayam-ayam itu didatangkan dari luar Solo, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali maupun Sukoharjo,” jelasnya.

Dalam perjalanan kirim barang itulah, kondisi ayam-ayam potong tak selamanya prima, utuh, atau masih hidup. Mulai yang terjepit kurungan, kecapekan hingga yang cacat. Jumlahnya memang tak banyak. Dari 1.500-an ayam yang didatangkan, ada 10-15 ayam yang mati. “Ayam-ayam yang mati, langsung kami buang. Tapi, biasanya ada orang yang mengaku ternak lele ingin ambil. Ya, kami mau gimana lagi,” sahut Sarjoko, pimpinan usaha itu.

Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ar Ridho, Kenteng, Semanggi ini tak menampik adanya orang yang gemar menjual daging ayam bangkai kepada konsumen. Daging-daging itu biasanya disamarkan dengan berbagai cara agar tak kelihatan. Mulai diolesi tawas, dicampur formalin, hingga yang paling tradisional ialah diolesi kunir. “Tapi, kami tegas tak mau yang gituan. Uang hasil kerja bisa tak bawa berkah,” akunya.

Pengalaman yang sama juga dialami Muslim, pelaku usaha jasa RPU di dalam Pasar Ayam Semanggi. Meski di teras RPU-nya tak dipajang banner bertuliskan penolakan melayani jasa pemotongan ayam mati/bangkai, ia tak sudi memotong dan membubut ayam yang sudah tak bernyawa. “Banyak sekali orang yang datang ke sini membawa ayam yang sudah mati. Tapi, saya tolak,” akunya.

Sebagai bagian dari proses pengawasan peredaran daging layak konsumsi, peran RPU memang cukup vital. Mengacu pada UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa setiap hewan yang diedarkan atau dikonsumsi publik harus sehat dan layak. Di sinilah peran RPU menjadi pintu utama menangkal peredaran bangkai ayam. “Persoalannya, kalau dagingnya itu dibawa pulang dan diolah di rumah. Kami kesulitan memantaunya,” papar Kepala Dinas Pertanian Solo (Dispertan) Solo, Weni Ekayanti.

Penelusuran Espos, peredaran daging ayam tiren selama ini tak lagi terang-terangan. Daging ayam itu diedarkan melalui industri rumah tangga skala kecil. Daging-daging haram itu hanya dibeli oleh kalangan tertentu lalu dititipkan di sejumlah lapak-lapak PKL.

 

Ayam Berlabuh di Semanggi

– Jumlah RPU di Pasar Ayam Semanggi : 21 kios

– Jumlah pedagang unggas di los pasar  : 199 pedagang

– Jumlah pedagang unggas di pelataran pasar      : 125 pedagang

– Jumlah ayam yang masuk ke pasar      : 20.000-30.000 ekor ayam

– Omzet : Rp500juta/ hari

– Pemasok ayam potong broiler      : Dari Soloraya

-Pemasok ayam kampung terbanyak      : Jatim

-Kebutuhan ayam masyarakat Solo : 3.000-an/ hari

-Dipasok ke Jakarta    : 10.00-an/ hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya