Lifestyle
Kamis, 26 Februari 2015 - 20:15 WIB

DEMAM BATU AKIK : Bahaya Syirik di Balik Kegemaran Akik

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi batu akik (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Demam batu akik melanda sejumlah daerah. Oleh sejumlah warga ada yang mempercayai batu akik mempunyai kekuatan magis.

Solopos.com, SOLO — Bagi sebagian orang yang gemar mengoleksi batu akik ada yang mempercayai batu akik mempunyai kekuatan. Namun, tak sedikit pula yang menjadikan batu akik sekadar koleksi dan perhiasan.

Advertisement

Pertengahan 2013 lalu menjadi tahun yang tak terlupakan bagi Samini, 44. Saat itu ia bertekad menjalani hidup tanpa benda-benda yang selama ini dianggapnya memiliki kekuatan magis seperti keris, batu akik dan Alquran mini atau kitab stambul.

Sebagai bentuk pertaubatannya, benda-benda yang sebelumnya dia beli dengan harga mahal itu diserahkan kepada pengurus Majelis Tafsir Alquran (MTA).

Advertisement

Sebagai bentuk pertaubatannya, benda-benda yang sebelumnya dia beli dengan harga mahal itu diserahkan kepada pengurus Majelis Tafsir Alquran (MTA).

Samini berkisah benda-benda tersebut dibeli dari orang yang berbeda sejak tahun 1992. Ia menamainya jimat. Benda tersebut dipercaya bisa memberikan beragam keberuntungan seperti penglaris hingga keselamatan diri. Namun sejak memiliki jimat ia merasa jarang mendapatkan keberuntungan seperti yang dijanjikan oleh si penjual.

Alih-alih beruntung, ia justru sering ditipu orang hingga usahanya bangrut. Setelah menyadari bahwa benda tersebut tidak bertuah dan justru membuatnya menjadi syirik kepada Allah, ia, bergegas membuangnya. “Saya sebenarnya juga menjalankan ibadah salat, ngaji juga Insya Allah rutin. Tapi ya tetap menyimpan jimat sebagai keberuntungan,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com belum lama ini.

Advertisement

Kepercayaan terhadap barang yang memiliki kekuatan gaib juga dilakukan oleh Fajar. Pekerja swasta ini menggunakan batu akik sebagai jimat keberuntungan agar lancar dalam bekerja. Padahal di Sekretariat MTA Solo, barang-barang yang dianggap jimat tersebut disimpan tanpa perlakukan khusus.

Ratusan keris dan batu akik diletakkan di almari depan pintu masuk gedung MTA. Benda-benda tersebut diserahkan langsung oleh sang pemilik sebagai bentuk pertaubatan.

Pimpinan MTA, Ahmad Sukino, mengatakan sengaja meletakkan benda-benda itu di depan pintu masuk gedung dengan posisi tidak tertata. Hal itu untuk menyadarkan masyarakat bahwa benda yang selama ini dianggap memiliki kekuatan magis sebenarnya barang biasa.

Advertisement

Pimpinan MTA yang biasa dipanggil Sukino ini menjelaskan Islam tidak melarang umatnya untuk memiliki benda-benda seperti batu akik keris dan lainya asalkan hanya digunakan sebagai hiasan. Sedangkan mengenakan batu akik sebagai perhiasan hukumnya mubah.

Diriwayatkan oleh seorang sahabat bahwa Rasululullah SAW memiliki cincin perak yang dikenakan pada jari kelingkingnya. Hadis Riwayat (HR) Muslim 2094, Turmudzi 1793 mengatakan cincin Nabi Muhammad SAW terbuat dari perak dan mata cincinnya berasal dari Habasyah (Ethiopia).

“Hal yang berurusan dengan duniawi selama tidak ada larangan hukumnya mubah, termasuk mengenakan batu akik ini. Kalau punya keyakinan kekuatan gaib atau kewibawaan hla itu termasuk syirik,” kata dia.

Advertisement

Allah berfirman dalam Quran Surat (QS) An-Nisa ayat 48 bahwa segala dosa akan diampuni selain syirik. Dalam QS Al-An’am ayat 88 Allah SWT berfirman seandainya ada yang mempersekutukan-Nya, niscaya lenyaplah amal perbuatan yang telah dikerjakan orang tersebut.

Sukino mengatakan bahaya syirik sangatlah nyata sehingga umat Islam harus menghindarinya semua hal yang mengarah pada perbuatan tersebut. Bahkan sebuah hadis meriwayatkan bahwa orang yang mempercayai perkataan dukun tidak diterima amalan salatnya selama 40 hari.

Dosen Sastra Arab, Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS, Risqa Ahmadi, menambahkan perbuatan syirik dibedakan menjadi dua, syirik besar dan kecil. Syirik besar dilakukan secara terang-terangan menyembah selain Allah. Sedangkan syirik kecil merupakan wasilah kepada syirik besar.

Bahkan riya’ merupakan bagian dari syirik kecil. “Syirik kecil seperti riyak itu berhubungan dengan ketauhidan. Berarti kita dianggap belum total dalam beribadah,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif