Lifestyle
Selasa, 13 Desember 2022 - 20:06 WIB

Deretan Mitos Jawa setelah Melahirkan

Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu setelah melahirkan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Ada sejumlah mitos yang berlaku bagi ibu setelah melahirkan dalam kepercayaan Jawa yang berkembang dan dipercaya banyak masyarakat. Bagaimana faktanya? Simak ulasannya di tips kehamilan berikut ini.

Persalinan sudah tuntas, bayi sudah dalam pelukan, nyatanya perjalanan menjadi seorang ibu justru baru dimulai. Tak hanya tugas merawat anak saja, beredarnya mitos setelah melahirkan juga kerap menjadi hal yang membingungkan bagi seorang ibu.

Advertisement

Banyak aturan seputar perawatan tradisional setelah melahirkan, tak hanya di Indonesia saja. Bahkan di negara-negara lain pun ada saja hal-hal yang terkesan wajib dilakukan ibu baru, bahkan terkadang tidak berhubungan dengan hal medis atau ilmiah.

Baca Juga: Ibu Hamil Tidak Boleh Makan Sembarang Seafood, Ini Penjelasannya

Advertisement

Baca Juga: Ibu Hamil Tidak Boleh Makan Sembarang Seafood, Ini Penjelasannya

Berikut ini sejumlah mitos Jawa setelah melahirkan seperti dikutip dari sehatq.com pada Selasa (13/12/2022):

1. Ibu baru dilarang keramas saat masa nifas

Ada anggapan bahwa ibu baru sebaiknya tidak keramas atau cuci rambut agar tidak masuk angin atau karena alasan budaya tertentu. Faktanya, menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur justru baik dan memberikan rasa nyaman bagi sang ibu.

Advertisement

Faktanya, hal ini justru meningkatkan risiko bayi baru lahir meninggal dunia. Budaya yang berkembang bahkan mengharuskan bayi yang sakit menunggu hingga berusia 30 hari sebelum boleh dibawa ke dokter.

Baca Juga:  Awas! Berhubungan Seks saat Haid Tetap bisa Hamil

3. Minum jamu

Mitos Jawa setelah melahirkan berikutnya adalah ibu diharuskan minum jamu perawatan. Jenis perawatan tradisional setelah melahirkan yang juga populer adalah ibu setelah melahirkan diharuskan minum jamu tertentu. Tujuannya untuk membuat tubuh bersih dan lebih nyaman. Faktanya, mengonsumsi rempah seperti kunyit dan jahe memang baik karena kaya vitamin dan mineral. Terutama kunyit, disebutkan bahwa tanaman herbal ini memiliki sifat antiperadangan yang baik untuk kesehatan.

Advertisement

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2005 disebutkan, bahwa sebanyak 50% lebih ibu baru yang rutin mengonsumsi jamu merasa tubuhnya lebih segar. Meski demikian, sebaiknya tetap tanyakan dulu kepada dokter kandungan. Setiap ibu baru memiliki kondisi kesehatan yang berbeda sehingga risikonya juga bisa berlainan.

4. Mengenakan kain stagen atau bengkung setelah melahirkan

Serupa dengan fungsi korset, perawatan tradisional setelah melahirkan yang satu ini dipercaya dapat membantu ibu untuk menjaga perut agar tetap kencang. Di samping itu, kain ini juga dikatakan cukup efektif dalam menjaga bentuk tubuh ibu yang baru melahirkan.

Baca Juga: Begini Cara Cepat Hamil setelah Menikah

Advertisement

5. Tidak Boleh Keluar Rumah Sebelum 40 Hari

Mitos Jawa setelah melahirkan berikutnya adalah larangan keluar rumah sebelum 40 hari. Dikutip dari klikdokter.com, ibu yang baru melahirkan kerap dilarang keluar rumah sebelum masa nifas selesai. Katanya, hal ini bertujuan agar tubuhnya betul-betul pulih, apalagi setelah menjalani operasi caesar atau persalinan normal yang sulit.

Baca Juga: Apa Itu Resesi Seks yang Menghantui China

Namun di masa modern sering kali dibutuhkan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Misalnya saja untuk ibu kontrol pasca persalinan, atau bayi baru lahir kontrol pertama kali. Kontrol ke dokter ini penting untuk memastikan kondisi ibu dan bayi selama di rumah benar-benar sehat dan dapat beradaptasi dengan baik.

6. Tidak Boleh Turun dari Ranjang

Salah satu mitos setelah melahirkan di masyarakat Jawa adalah ibu diharuskan berbaring terus di ranjang.   Ibu baru memang butuh banyak istirahat. Namun, bila rasanya mampu dan cukup nyaman, sebaiknya segera bergerak dan berjalan.

Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan sebelum hamil pun dapat dimulai kembali secara bertahap. Hal ini penting untuk menghindari risiko terbentuknya gumpalan darah akibat tubuh yang kurang aktif.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif