SOLOPOS.COM - Rara Isti Wulandari pawang hujan di Sirkuit Mandalika. (Instagram: @ rara_cahayatarotindigo)

Solopos.com, SOLO — Apa itu Kajawen, ilmu dari Jawa yang dianut oleh pawang hujan Raden Rara Istiati Wulandari alias Mbak Rara?

Bukan hanya Kejawen, Mbak Rara juga menyukai agama Hindu. Ia memadukan budaya Jawa, Bali, dan Tibet dalam menjadi pawang hujan.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

“Kalau saya kan mix ya. Saya dari Jawa, saya Kejawen. Tapi saya juga belajar budaya dan agama Hindu di Puri Satria. Properti wayang ini simbol Kejawen, lalu ada singing balls dari Tibet, canang dari Bali, dupa universal,” ujar Rara, sebagaimana diberitakan Solopos.com sebelumnya.

Baca Juga:  Ternyata Ini Pantangan Mbak Rara Saat Menjadi Pawang Hujan

Lalu, apa itu kejawen, ilmu yang banyak dipelajari oleh masyarakat Jawa?

Melansir Indonesia.go.id, Kejawen merupakan kepercayaan dari sebuah etnis yang berada di Pulau Jawa dan bukan sebagai agama. Selain itu, Kejawen diyakini sebagai kebudayaan yang mempunyai ajaran utama untuk membangun tata krama atau aturan dalam berkehidupan yang baik.

Baca Juga:  Potong Rambut Saat Puasa Bikin Batal atau Tidak? Ini Hukumnya

Dalam naskah-naskah kuno, disebutkan Kejawen lebih banyak menunjukkan kesenian, kebudayaan, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi orang-orang Jawa.

Orang penganut Kejawen diklaim taat dengan agamanya masing, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, maupun Konghucu. Mereka akan tetap melaksanakan perintah agama dan menjauhi segala larangannya.

Baca Juga:  Apakah Pengganti Sri Sultan Hamengku Buwono X Bisa Perempuan?

Hal ini dikarenakan dalam ilmu Kajawen dari Jawa mendorong manusia untuk tetap taat dengan Tuhan. Sehingga dalam Kejawen dikenal dengan Sangkan Paraning Dumadhi, artinya dari mana datang dan kembalinya hamba Tuhan.

Baca Juga:  Ini Isi Lengkap Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono X

Tradisi-tradisi Kejawen yang masih bertahan hingga sekarang ada mitoni (tujuh bulan kehamilan), nyadran (tradisi menjelang Ramadan), wetonan (syukuran yang digelar saat weton hari lahir), hingga tedhak siten (tradisi agar anak siap untuk menjalani kehidupan masa depan).

Dari beberapa tradisi tersebut masih dilestarikan oleh masyarakat hingga sekarang. Hal ini dikarenakan Kajawen memang lekat dengan adat istiadat dari masyarakat Jawa.

Baca Juga:  Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya