Lifestyle
Sabtu, 10 Maret 2012 - 11:27 WIB

DISK JOCKEY (DJ): Bisnis Kreatif di Hiburan Malam

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - FOTO/Istimewa

FOTO/Istimewa

DJ nyaris tak dapat dilepaskan dari dunia hiburan malam. Seiring dengan buruknya citra hiburan malam yang lekat dengan alkohol, profesi DJ pun ikut terkena imbasnya.

Advertisement

Padahal bisa dibilang DJ adalah satu dari sedikit orang yang tidak mabuk saat pesta digelar. Bahkan ada pula DJ yang malah antialkohol, narkoba, bahkan asap rokok sekalipun. “Untuk apa sih merusak diri kita sendiri?” ujar Sony Djoko Utama atau DJ Sony. “Bekerja di malam hari itu sudah tidak sehat, di dalam klub malam sudah penuh dengan asap rokok. Apa mau ditambahi lagi?”

Di kalangan DJ, Sony dikenal dengan sikapnya yang tidak mau merokok dan minum alkohol. Sony mengakui dirinya adalah tipe orang yang tidak mau bertingkah macam-macam. Rokok pun dia tolak meskipun di klub malam dia adalah seorang perokok pasif.

Advertisement

Di kalangan DJ, Sony dikenal dengan sikapnya yang tidak mau merokok dan minum alkohol. Sony mengakui dirinya adalah tipe orang yang tidak mau bertingkah macam-macam. Rokok pun dia tolak meskipun di klub malam dia adalah seorang perokok pasif.

Sebagai orang yang bekerja di tempat hiburan malam, Sony pun sering diejek oleh orang-orang di sekitarnya gara-gara tidak doyan rokok. Hingga kini dia bergeming dan bertahan dengan idealismenya. “Pernah saya diejek gara-gara tidak doyan rokok. ‘Mending jadi pendeta atau kiai saja,’ kata mereka. Saya juga dianggap sok alim dan sebagainya. Tapi Sony adalah Sony,” katanya tegas.

Di luar soal penolakannya kepada rokok, alkohol dan narkoba, Sony memang punya pandangan lain tentang profesi yang digelutinya saat ini. Dia tidak ingin muluk-muluk menjadi DJ top di negeri ini. Dia  ingin berkarya di dunia musik disko. Sejak awal Sony sudah punya bayangan untuk memiliki bisnis lain, yaitu usaha rental peralatan DJ. Berawal dari peralatan yang dikumpulkannya satu persatu, Sony akhirnya mendirikan Rexon Mobile DJ & DJ Equipment 1994. Ini dilakukan karena dia melihat tidak semua DJ memiliki peralatan-peralatan mahal.

Advertisement

Sony bukan satu-satunya orang yang memiliki usaha di luar profesi DJ. DJ Riefi dan Reza pun juga memiliki usaha sendiri namun tak jauh-jauh dari impian mereka memajukan profesi DJ di Kota Solo. Mereka mendirikan Decible Arena Studio, sebuah lembaga kursus DJ yang kini terbilang sangat langka di Solo. “Ini untuk memajukan Solo aja, soalnya di Solo sekarang sudah tidak ada tempat,” kata Riefi.

Reza dan Riefi juga berusaha meyakinkan orang agar tak lagi memandang negatif terhadap disko dan DJ.

Dugem sebenarnya bukan arena orang untuk mabuk dan orang datang ke sana untuk menikmati musik di luar jalur pop.

Advertisement

”Coba bayangkan kalau tiap hari kita dengar Rihanna di radio, terus di klub malam kita dengar lagi lagu itu. Pasti bosan,” lanjut Riefi.

Dan di pesta-pesta, orang-orang menginginkan suasana yang berbeda, khususnya lagu yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Banyak orang yang datang ke klub malam dalam keadaan mabuk tapi telinga mereka sangat sensitif terhadap musik. Jika ada musik yang tidak pas sedikit saja, “Mereka bisa protes, kalau di Jawa Timur malah bisa dilempari botol minuman,” kata Reza.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif