Lifestyle
Sabtu, 10 Maret 2012 - 11:35 WIB

DISK JOCKEY (DJ): Karya Beredar di Jepang Sosial

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - FOTO/Istimewa

FOTO/Istimewa

DJ sempat menjadi profesi elite di berbagai kota besar, termasuk Solo. Di Jakarta, kesan itu masih bertahan hingga sekarang, namun tidak dengan Solo.

Advertisement

“Dulu Solo lebih maju, tidak seperti saat ini yang sepi,” kata Riefi.

Para DJ di Solo bukannya sepi job atau jam terbang namun job besar rata-rata malah berasal dari daerah di luar Solo. Sedangkan di Solo sendiri, hanya ada beberapa klub malam yang memakai jasa DJ untuk hiburan secara reguler. Banyak orang Solo yang suka disko namun tidak banyak pilihan tempat atau venue yang mempertemukan para DJ dan penggemarnya di Solo.

Advertisement

Para DJ di Solo bukannya sepi job atau jam terbang namun job besar rata-rata malah berasal dari daerah di luar Solo. Sedangkan di Solo sendiri, hanya ada beberapa klub malam yang memakai jasa DJ untuk hiburan secara reguler. Banyak orang Solo yang suka disko namun tidak banyak pilihan tempat atau venue yang mempertemukan para DJ dan penggemarnya di Solo.

Sebenarnya dulu ada banyak tempat hiburan malam yang bertebaran di Solo pada 1990-an. Dulu ada Nirwana, Legend atau Freedom yang sempat berjaya di zamannya. Namun tempat-tempat ini kini tinggal nama karena sudah tutup satu persatu.

“Solo sebenarnya kurang venue karena banyak tempat hiburan yang tutup, paling-paling hanya di Space saja yang memungkinkan DJ tampil reguler,” ujar Riefi.

Advertisement

Karya DJ memang lebih mirip dengan musisi. Bedanya, musisi mengandalkan alat-alat musik sedangkan DJ mengandalkan seperangkat <I>controller<I> untuk me-remix lagu. Mereka mengambil berbagai musik disko khusus yang tidak pernah populer untuk diolah sedemikian rupa menjadi disko yang nonsetop.

Namun karya itu sebenarnya tidak hanya muncul saat tampil di klub malam. Para DJ kini juga mengeluarkan karya mereka sendiri melalui rekaman berbentuk CD atau tape yang disebarluaskan di dunia maya.

“Kami sering membuat mix tape kemudian menguploadnya di Facebook dan bisa diunduh siapa saja,” kata Reza.

Advertisement

Lagu-lagu ini diolah dari lagu-lagu dari musisi disko luar negeri yang memang sudah ahli dalam mengaransemen musik disko. Reza dan kawan-kawan mendapatkan lagu ini tidak secara gratis tapi mengunduhnya secara legal dan berbayar. Mixing lagu-lagu inilah yang menjadi modal para DJ untuk menghasilkan karya.

Meskipun karya mereka tidak dijual dan bisa diunduh secara bebas di jejaring sosial, langkah ini juga membawa manfaat besar. Sesungguhnya eksistensi para DJ juga ditentukan oleh karya mereka yang beredar di dunia maya. “Sekarang fokus kami memang di <I>social network<I>, satu orang bikin lagu dengan durasi satu jam, kemudian bisa didownloadbebas. Enggak perlu venue bagus, apalagi beberapa radio juga sudah mendukung kami,” lanjut Reza.

Menurutnya, para DJ di Indonesia juga sudah ada yang berprestasi. Reza mencontohkan Angger Dimas yang menghasilkan banyak karya dalam musik disko dan dianggap sebagai David Gueta-nya Indonesia. Angger sendiri jarang tampil di tempat hiburan dan tak banyak dikenal namanya di dalam negeri namun musik-musiknya dipakai para DJ di banyak negara.

Advertisement

Karena itu, modal utama DJ adalah kekayaan database musik disko pribadi mereka. Mereka dituntut untuk selalu mengupdate musik disko terbaru. “Sebelum jadi DJ, saya sempat ketemu dengan DJ Winky di Prambors FM, dia lihat koleksi lagu saya kok lengkap banget. Dia malah minta kopiannya ke saya,” kenang Jojo sebelum menjadi DJ.

Jojo mengaku harus selalu mencari lagu baru yang beraliran house, techno, tribal dan sebagainya. Di panggung, tak ada standar khusus lagu atau efek apa yang akan dimainkan. Playlist lagu pun tidak pernah dipakainya karena pilihan lagu dibuatnya langsung di panggung dengan melihat kondisi orang-orang yang sedang berpesta.

Di luar jam manggung, beberapa DJ memang membuat sendiri album remix dari lagu-lagu disko barat yang diedit dan diberi efek. Lagu-lagu ini kemudian diburning ke dalam kepingan CD dan dibagikan ke banyak orang. Sama halnya dengan mix tape dari DJ di internet, CD-CD ini juga tidak dijual dan dibagikan gratis.

“Dikasih aja ke teman-teman atau tamu-tamu biar orang tahu saja bahwa DJ masih aktif,” kata Jojo.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif