SOLOPOS.COM - (Espos/Adib Muttaqin Asfar) PINDAH ONLINE--Haryono Sumadi telah menggeluti usaha sebagai florist selama 22 tahun terakhir dan 12 tahun terakhir menembus pasar nasional melalui media online.

(Espos/Adib Muttaqin Asfar) PINDAH ONLINE--Haryono Sumadi telah menggeluti usaha sebagai florist selama 22 tahun terakhir dan 12 tahun terakhir menembus pasar nasional melalui media online.

Jika ada bisnis yang susah untuk ditiru, bisnis rangkaian bunga adalah salah satunya. Selain butuh keterampilan tangan yang tidak dimiliki semua orang, ini adalah bisnis lama yang banyak digeluti oleh pemain lama.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Begitulah apa yang dirasakan oleh Haryono Sumadi. 22 Tahun bukan waktu yang lama untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang florist. Maklum, saat dia mendirikan usaha rangkaian bunganya yang bernama Eliza Florist pada 1990 silam, sudah banyak jasa rangkaian bunga yang bertebaran di sepanjang Jl Slamet Riyadi, Kauman, Solo. Dia sadar jika dibandingkan usaha florist lainnya, usahanya masih tergolong berusia muda.

“22 Tahun itu masih tergolong muda untuk bisnis florist. Saya masih terus belajar hal-hal baru,” ujar Haryono.

Tak mudah bagi Haryono untuk merintasi bisnis rangkaian bunganya yang akhirnya bertahan hingga hari ini. Usai keluar dari pekerjaannya sebagai sales, dia mulai mencari-cari usaha apa yang cocok untuk dilakukannya. Suatu hari dia pun memutuskan untuk menjalani bisnis yang masih ada kaitannya dengan hobi menggambarnya. Hobinya itu bukan dituangkan di atas kertas, melainkan ke dalam rangkaian bunga.

Meski sudah punya hobi yang sesuai, Haryono sama sekali tak memiliki pengalaman sebagai florist atau keterampilan merangkai bunga. Dia tak menyerah. Didatanginya kios-kios perangkai bunga di Kauman dan dilihatnya proses pembuatan itu dari jauh. Hingga suatu saat dia bertanya langsung pada si pemilik usaha dan dia mengajukan usulan kerja sama.

“Waktu itu saya belum bisa. Kemudian saya tanya apakah saya bisa mengambil tenaga florist dari situ untuk tempat saya. Dia bilang boleh, tapi syaratnya saya harus ambil bunga dari dia,” kenang Haryono.

Mulailah usahanya berjalan. Untuk permulaan pun Haryono tidak mau setengah-setengah. Seakan tak mau kalah dengan florist lainnya, dia menyewa sebuah kios di kawasan Nonongan yang tak jauh dari kompleks kios usaha sejenis di sepanjang Jl Slamet Riyadi. Sebenarnya Haryono punya alasan kuat untuk melakukan hal ini, yaitu mendekatkan diri dengan pusatnya florist. Dulu belum ada internet dan jejaring sosial yang bisa jadi alat promosi gratis dalam waktu singkat.

Hasilnya cukup positif. Keberadaannya di Jl Slamet Riyadi membuatnya Eliza Florist semakin dikenal oleh pengguna jasa rangkaian bunga. Sambil terus belajar, Haryono semakin mampu mendapatkan banyak konsumen. Meski relatif lebih muda dibandingkan usaha sejenis, usaha ini terus meningkatkan kualitas, khususnya dalam hal layanan konsumen.

“Dan akhirnya setelah 10 tahun berada di Nonongan, saya tidak lagi membuka kios. Saya mulai beralih ke online.” Workshop bunganya pun pindah ke rumahnya sendiri di Perumahan Klodran Indah, Colomadu.

 

Pindah Online

Kemajuan internet yang makin cepat dan murah mendorong Haryono terjun ke dunia online. Gara-gara internet pula dia berani meninggalkan kiosnya di Nonongan. Dalam hitungan ekonomis, keputusan memang berisiko tinggi. Namun untungnya dia bisa menghemat puluhan juta rupiah hanya untuk sewa kios. “Bayangkan berapa harga sewa kios di Jl Slamet Riyadi sekarang. Kecuali kalau saya punya rumah sendiri di sana.”

Internet pun akhirnya memberinya kios baru sekaligus pasar baru. Jika dulu di Nonongan pasarnya masih sebatas konsumen di Solo dan sekitarnya, maka kini blognya sudah mampu menjaring konsumen dari berbagai kota, khususnya Ibukota. Banyak orang Jakarta yang menghubunginya jika hendak menggelar acara atau mengucapkan selamat untuk rekan dan kerabatnya di Solo. Kini sebagian besar pelanggannya berasal dari luar luar kota.

Kios florist online-nya pun semakin laris setelah beberapa orang Jakarta mengajaknya bekerja sama. Di Jakarta, ada banyak mahasiswa atau anak muda yang menawarkan jasa florist untuk acara di Solo. Salah satu jasa florist yang dipercaya adalah usaha milik Haryono.

“Mereka browsing cari florist di Solo. Kemudian mereka menawarkan diri menjadi agen,” katanya.

Maka tidak heran jika Haryono sering menerima pesanan dari tokoh-tokoh penting Jakarta yang hendak memberikan bunga ucapan pada rekan atau kerabatnya di Solo. Sebut saja Pramono Anung, Sudi Silalahi hingga selebritis seperti Annisa Bahar saat mengirimkan ucapan selamat bagi pamannya di Gandekan.

Dengan konsumen yang berasal dari Jakarta, Bandung dan Medan, harga pun tidak seperti rangkaian bunga untuk konsumen lokal. Biasanya untuk konsumen lokal, rangkaian bunga dihargai sekitar Rp500.000. Namun bagi konsumen Jakarta, mereka berani membayar lebih mahal untuk satu karangan bunga. Rata-rata harga bisa mencapai Rp750.000 hingga Rp800.000. Bahkan untuk rangkaian bunga yang istimewa, harganya bisa mencapai Rp1,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya