Lifestyle
Selasa, 21 Agustus 2012 - 08:59 WIB

Gadai Barang Sebelum Lebaran

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pegawai Pegadaian melayani perempuan muda, Kamis (16/8/2012). Pegadaian menjadi pilihan bagi banyak orang, termasuk mahasiswa dalam mendapatkan dana cepat. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Pegawai Pegadaian melayani perempuan muda, Kamis (16/8/2012). Pegadaian menjadi pilihan bagi banyak orang, termasuk mahasiswa dalam mendapatkan dana cepat. (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Kamis (16/8) pagi, puluhan penggadai barang memadati Kantor PT Pegadaian di Jl Slamet Riyadi 357. Di tengah-tengah antrean itu ada anak-anak muda yang berstatus mahasiswa.

Advertisement

“Saya sudah menggadaikan barang sebulan lalu. Sekarang mau nebus dan mengambilnya lagi,” kata Andika Putra, mahasiswa Fakultas Hukum UMS semester VIII yang ikut antri di sana hari itu.

Andika bukan mahasiswa perantauan yang membutuhkan uang untuk mudik. Pemuda asal Karanganyar ini melakukannya karena sedang kekurangan uang untuk membayar SPP kuliah. Kebetulan, deadline pembayarannya terjadi saat Ramadan tiba menjelang Lebaran. Selama ini dia sudah tidak mengandalkan uang dari orangtua dan bekerja di luar jam kuliah.

Advertisement

Andika bukan mahasiswa perantauan yang membutuhkan uang untuk mudik. Pemuda asal Karanganyar ini melakukannya karena sedang kekurangan uang untuk membayar SPP kuliah. Kebetulan, deadline pembayarannya terjadi saat Ramadan tiba menjelang Lebaran. Selama ini dia sudah tidak mengandalkan uang dari orangtua dan bekerja di luar jam kuliah.

“Sayangnya kemarin kerjaan lagi seret pas harus bayar SPP, orangtua juga belum kasih uang. Jadi terpaksa menggadaikan laptop. Untungnya sekarang sudah ada uang,” katanya.

Menjelang Lebaran tahun ini, Andika bukan satu-satunya mahasiswa yang harus menggadaikan barang-barangnya. Tuntutan pembayaran biaya kuliah yang kebetulan jatuh pada Ramadan membuat sebagian mahasiswa belum punya cadangan uang. Apalagi orangtua mereka yang bekerja di badan usaha tertentu belum mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).

Advertisement

“Anting-anting itu untuk bayar SPP, sedangkan cincinnya buat biaya hidup sehari-hari,” ungkapnya, Kamis lalu.

Rinda memang terpaksa melakukan itu karena keluarganya yang hidup dari usaha menjual nasi goreng belum mampu membiayai SPP-nya. Sementara itu ayahnya yang bekerja di Surabaya juga belum bisa mengirim uang. Akhirnya dia membawa koleksi perhiasannya tersebut ke Kantor Pegadaian Sukoharjo. Untungnya tak sampai sebulan, sudah ada uang kiriman dan kedua barang tersebut bisa ditebus kembali. “Ini cara yang paling gampang, asal jangan sampai jatuh tempo saja. Saya cuma gadaikan selama tiga minggu,” terang Rinda.

 

Advertisement

Akrab Dengan Penggadaian

Biaya hidup dan kuliah yang cukup besar membuat sebagian mahasiswa akrab dengan urusan gadai-menggadai barang. Saat ada fasilitas penggadaian barang di sekitar kampus, respon terbesar pun datang dari para mahasiswa. Hal itu tergambar di kawasan Kampus I UMS Pabelan sebulan terakhir.

Di Jl Garuda Mas 1B, Pabelan, tepat di depan Kampus I UMS, sebuah kios kecil menawarkan fasilitas penggadaian barang secara sederhana. Baru tiga bulan buka, usaha gadai swasta ini sudah menerima puluhan barang berharga seperti laptop, notebook, smartphone dan sepeda motor dari para penggadai. Kebanyakan pemiliknya adalah mahasiswa.

Advertisement

“Yang datang ke sini kebanyakan mahasiswa. Kira-kira 60% dari kampus, 40% kalangan umum,” kata Syaifudin, Marketing Manajer usaha ini, Rabu (15/8) lalu. “Kami buka di sini karena memang mengincar pasar mahasiswa.”

Menurut Syaifudin, banyak alasan mengapa mahasiswa menggadaikan barangnya. Sebagian mahasiswa yang pulang kampung khawatir dengan keamanan barangnya saat ditinggal di kos. Demi keamanan, mereka menggadaikan barang seperti sepeda motor dan laptop hingga saat kembali ke Solo. Sebagian memang menggadaikan barang menjelang mudik, tapi kebanyakan karena para mahasiswa ini memang sedang kekurangan uang.

“Lumayan, minimal dalam sehari ada dua orang yang datang. Paling ramai saat musim pembayaran SPP kemarin. Banyak mahasiswa yang datang karena kiriman orang tuanya telat,” katanya.

Sebenarnya prinsip kerja usaha ini tidak sama persis dengan di Kantor Pegadaian. Menurut Syaifudin, usahanya itu lebih tepat disebut dengan jual beli sementara karena prinsipnya pemilik barang sudah menjual barang tersebut. “Keuntungan kami ya berasal dari selisih harga jual. Kan kami mendapatkan barang dengan harga lebih murah.”

Usaha bernama Aldrich Tech ini sebelumnya sudah beroperasi di tiga kota yaitu Jogja, Semarang dan Malang. Di tiga kota tersebut, usaha gadai ini juga membuka jasa di dekat lingkungan kampus seperti UGM, UMM dan Undip.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif