SOLOPOS.COM - GADO-GADO BANG ALI--Dua orang perempuan sibuk menyiapkan pesanan gado-gado para pelanggan di warung Bang Ali di Kampung Widoro RT 041/RW 012, Sragen Wetan, Sragen, Kamis (1/3/2012). ( JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

GADO-GADO BANG ALI--Dua orang perempuan sibuk menyiapkan pesanan gado-gado para pelanggan di warung Bang Ali di Kampung Widoro RT 041/RW 012, Sragen Wetan, Sragen, Kamis (1/3/2012). ( JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Kartini, 46, dan Maryati, 43, tampak sibuk melayani pelanggan yang memesan gado-gado, bakmi acar dan lontong acar, Kamis (1/3/2012) sore. Maklum pelanggan gado-gado warung Bang Ali yang terletak di Kampung Widoro RT 041/RW 012, Sragen Wetan, Sragen sudah menembus lintas provinsi.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Gado-gado resep Bang Ali yang memiliki nama lengkap Ali Mustofa, 60, ini sudah dikenal masyarakat di Solo, Yogyakarta, Ngawi, Wonogiri bahkan sampai sejumlah kota besar lainnya, seperti Jakarta.

Meskipun baru buka pukul 13.00 WIB pada saben harinya, pelanggan selalu membludak dan penuh sampai malam. Sebagian besar pelanggan Bang Ali didominasi anak muda.

Untuk merintis usaha dengan pelanggan antara 150-200 orang per hari tidaklah mudah. Menurut Kartini dan Maryati, warung yang dirintis kakaknya ini berumur 20 tahun. Semula Bang Ali sendiri yang berjualan gado-gado di Pasar Krapyak atau dikenal dengan Pasar Kebo pada 20 tahun silam. Seiring perkembangan waktu, sejak 15 tahun lalu, warung yang dikelola keluarga ini pindah di Kampung Widoro.

“Dulu masih kontrak saat masih di Pasar Krapyak. Karena pelanggannya banyak, kini pindah di rumah sendiri. Ternyata pelanggan juga mencari sendiri ke Widoro ini. Alhamdulillah setiap hari selalu habis. Semua tenaganya dari keluarga Bang Ali semua,” ujar Kartini saat dijumpai Solopos.com Kamis.

Dulu satu porsi gado-gado hanya dijual antara Rp250-Rp500/porsi. Kini harganya meningkat menjadi Rp5.000/porsi. Dengan pelanggan yang banyak itu, omzet warung itu mencapai jutaan rupiah.

“Selain jualan di rumah, kami juga membuka pesanan dari luar. Untuk lontongnya saja, sehari bisa habis sampai 200 batang. Kebutuhan berasnya berapa ya dihitung sendiri. Semua serba baru dan langsung saji. Makanya bukanya selalu siang,” tambah Kartini.

JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya