SOLOPOS.COM - Ilustrasi cek hipertensi. (Freepik)

Solopos,com, SOLO – Pada tahun 2020, Indonesia ikut terkena dampak pandemi Covid-19. Pada masa awal pandemi Covid-19 diterapkan kebijakan social distancing untuk menanggulangi penyebaran dari virus tersebut. Pada awal-awal masa pandemi, pasien-pasien penderita penyakit kronis, seperti komplikasi hipertensi, yang rutin berobat ke rumah sakit atau klinik tiap bulan ikut terdampak kebijakan social distancing tersebut.

Banyak pasien, termasuk penderita komplikasi hipertensi yang takut datang ke fasilitas kesehatan karena takut risiko terjangkit Covid-19. Masyarakat kemudian mulai banyak mengalokasikan dananya untuk membeli alat kesehatan seperti oksimetri (alat untuk mengukur saturasi oksigen), alat pengukur gula darah mandiri, dan juga alat pengukur tekanan darah (tensimeter). Masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga dan memantau kesehatannya sendiri secara mandiri. Alat-alat tersebut mudah didapatkan di berbagai aplikasi marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan lain-lain. Alat-alat tersebut juga cukup praktis dan mudah untuk digunakan secara mandiri di rumah.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Dalam dunia kesehatan, hipertensi masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Hipertensi merupakan penyebab terbanyak kematian prematur di seluruh dunia. Sekitar 1,28 triliun penduduk dunia yang berusia 30-79 tahun menderita hipertensi. Sekitar 46% penduduk tidak tahu menderita hipertensi (Sumber: WHO, 2023).

Risiko hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia, keturunan, kegemukan/obesitasi, kurang olahraga, makanan yang tinggi garam, dan minum alkohol. Walaupun seringkali tidak ada gejala, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh, seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, otak, dan retina. Komplikasi yang dapat timbul karena hipertensi antara lain lemah jantung, serangan jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah, dan gangguan penglihatan.

Pengukuran tekanan darah mandiri di rumah dapat digunakan untuk membantu mendeteksi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tensimeter (alat pengukur tekanan darah) yang dianjurkan adalah tensimeter yang otomatis, sehingga memudahkan penderita. Selain itu, akurasinya juga bisa dipertanggungjawabkan walaupun tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pengukuran tekanan darah di rumah dapat juga digunakan untuk menegakkan diagnosis hipertensi jas putih maupun hipertensi terselubung, yang tidak dapat terdeteksi dengan pengukuran tekanan darah yang dilakukan di klinik.

Hipertensi jas putih adalah kondisi tekanan darah yang tinggi saat di fasilitas kesehatan saja, tetapi normal jika diukur di rumah. Sedangkan hipertensi terselubung adalah suatu kondisi dimana tekanan darah di rumah terukur tinggi, tetapi normal jika di fasilitas kesehatan, seperti di klinik, puskesmas, maupun di rumah sakit.

Kapan disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi?

Pada pemeriksaan tekanan darah, kita akan mendapatkan hasil dua angka. Angka yang atas disebut sebagai tekanan darah sistolik, sedangkan angka yang bawah disebut sebagai tekanan darah diastolik. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) bila pada pengukuran tekanan darah di klinik atau di rumah sakit didapatkan tekanan darah sistolik >140 milimeter air raksa (mmHg) dan/atau tekanan darah diastolik >90 milimeter air raksa (mmHg). Tetapi, jika kita menggunakan metode pengukuran tekanan darah di rumah, ternyata hipertensi sudah bisa ditegakkan bila rata-rata hasil pengukuran tekanan darah sistolik >135 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >85 mmHg.

Bagaimana cara pengukuran tekanan darah di rumah secara benar?

Memantau atau mengukur tekanan darah di rumah dilakukan selama 3-4 hari berturut-turut dan lebih baik jika dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Alat yang digunakan adalah tensimeter otomatis dengan manset yang diletakkan pada lengan atas, bukan dengan manset yang diletakkan di pergelangan tangan.Manset dipasang kira-kira setinggi jantung, dengan ukuran manset yang sesuai.

Pemeriksaan dilakukan selama 3-4 hari berturut-turut dan lebih baik jika dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari dan malam hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada posisi duduk tenang, tidak sambil berbicara, dengan telapak kaki yang diletakkan di lantai dan tidak boleh duduk bersilang. Pasien duduk tenang dengan bersandar di kursi. Sebelum dilakukan pengukuran, sebaiknya pasien duduk santai terlebih dahulu selama 5 menit. Selain itu, 30 menit sebelum dilakukan pengukuran, jangan merokok, minum kopi maupun teh, dan tidak berolahraga.

Pada pagi hari, tekanan darah diukur 1 jam setelah bangun tidur, pada kondisi telah buang air kecil (BAK) ke toilet, tetapi belum sarapan dan belum minum obat. Lakukan pengukuran tekanan darah yang pertama, kemudian beri jeda 1-2 menit, lalu lakukan pengukuran tekanan darah kedua. Hasil dari kedua pengukuran tersebut dicatat. Pada malam hari, tekanan darah diukur lagi sebelum tidur. Tekanan darah pada malam hari ini juga diukur dua kali dengan jeda waktu 1-2 menit dan hasil pengukuran tersebut dicatat semua.

Berikut ini adalah contoh hasil pencatatan pengukuran tekanan darah mandiri di rumah.

Contoh tabel hitung tekanan darah ok
Contoh tabel hitung tekanan darah ok

*Hasil pengukuran hari pertama tidak dimasukkan dalam perhitungan rerata tekanan darah.

Semua hasil pengukuran tekanan darah (kecuali pada hari pertama) tersebut dijumlahkan dan kemudian dirata-rata. Contoh cara penghitungannya sebagai berikut.

Rerata tekanan darah sistolik = (130+121+118+117+141+136+128+119+139+129+121+119)/12
= 127

Rerata tekanan darah diastolik = (78+85+82+80+78+81+73+74+89+85+73+82)/12
= 80

Sehingga, dapat disimpulkan, rerata tekanan darah pada contoh tersebut adalah 127/80 mmHg (tekanan darah pada contoh tersebut normal).

Nah, sekarang sudah tahu kan cara pemeriksaan tekanan darah di rumah yang betul ? Tidak sulit kan? Yuk, kita mulai lakukan pemantauan tekanan darah secara mandiri untuk mencegah sedini mungkin komplikasi hipertensi.

 

Artikel ini ditulis oleh Risalina Myrtha, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Rumah Sakit UNS, dan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya