SOLOPOS.COM - Pengasuh anak, Srimurdini memakaikan popok usai memandikan balita di Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB Permata Hati), Jebres, Solo, Sabtu (21/12/2013). (Ardiansyah Indra Kumala)

Solopos.com, SOLO — Apa makna ibu bagi Anda? Kendati ditetapkan sebagai peringatan terbentuknya Badan Kongres Perempoean Indonesia dalam Kongres Perempoean Indonesia II oleh Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI) di Jakarta, 22 Desember 1935, kini Hari Ibu di Indonesia bermakna tak jauh berbeda dengan Mother’s Day di belahan barat Planet Bumi.

“Kami memiliki tugas bagaimana mendidik mereka untuk menghormati seorang ibu, biarpun saya bukan ibu kandung mereka.”

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sejatinya, dalam Kongres Perempoean Indonesia II disepakati fungsi utama perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya. Kiprah para pengasuh anak terlantar di Soloraya mungkin mampu memberikan inspirasi bagi Anda di Hari Ibu 2013 ini.

Satu dari mereka adalah Mamiek Sri Sumarni, yang biasa dipanggil Bunda Mamiek, oleh anak-anak di YPAB Jebres, Solo, tempatnya bertugas sebagai pengasuh sejak 1994. “Anak yang di sini dan di sana [di rumah] ya sama. Kalau di rumah malah kangen sama anak-anak di sini,” ujar perempuan berambut pendek tersebut.

Mamiek menjelaskan anak kandungnya justru diasuh sang nenek. “Yang di rumah malah kalah, yang momong malah simbahe,” canda Mamiek. Mamiek tidak sendirian mengurus 15 anak yang ada di YPAB. Ia ditemani dua orang pengasuh lainnya saat bertugas pada Sabtu (21/12/2013) sore. Yayuk dan Dini menemaninya memandikan maupun membuat susu.

Pengasuh anak, Sri Sumarni (kiri) dan Srimurdini (kanan) berpose di Panti Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB Permata Hati)anak, Jebres, Solo, Sabtu (21/12/2013). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Pengasuh anak, Sri Sumarni (kiri) dan Srimurdini (kanan) berpose di Panti Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB Permata Hati)anak, Jebres, Solo, Sabtu (21/12/2013). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Mamiek, Yayuk, maupun Dini sebagai pengasuh mempunyai satu pantangan sepertu tertulis di salah satu boks bayi: “tidak boleh menggendong, nanti malamnya rewel.” “Enggak boleh gendong, ndhak tuman [jadi kebiasaan]. Kalau malam jadi nangis terus, pengin digendong,” terang Yayuk yang mempunyai nama lengkap Sri Rahayu.

Selama sembilan tahun merawat anak-anak, hal yang paling membuat Yayuk bahagia adalah satu hal. “Senang ketika mereka sehat. Kalau mereka sakit, saya juga ikut sakit,” ungkapnya.  Mamiek mengiyakan pendapat Yayuk. “Kalau mereka panas, kami enggak tidur. Mereka rewel semalaman,” terangnya.

Merelakan waktu untuk anak-anak juga dilakukan, Sarni, 35, warga Kecamatan Eromoko, Wonogiri, yang menjadi pengasuh di Tempat Penitipan Anak (TPA) Permata Hati, Wonogiri. Dia berangkat kerja sekitar pukul 06.00 WIB dan pulang jam 15.00 WIB. Praktis separuh waktunya dimanfaatkan untuk kasih sayang anak orang lain, sedang anak kandungnya diasuh sang nenek. “Saya mendapat pengalaman cara mendidik anak di PAUD ini. Cara mendidik anak di sini (TPA) saya praktikkan untuk anak kandung,” tuturnya.

“Ada 113 anak terdiri atas 35 anak yang dititipkan dan 78 anak tergabung dalam kelompok bermain. Mayoritas anak yang dititipkan dari para pegawai kantor,” ujarnya. Anak-anak dititipkan sejak pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB. “Sabtu hingga pukul 12.00 WIB agar anak bisa berkumpul lebih lama dengan orang tua. Pembentukan TPA ini berawal kebiasaan orangtua yang telat menjemput anak.”

Di Hari Ibu tahun ini, Susilowati meminta para ibu meluangkan waktu tiap hari untuk berbicara langsung dengan anak. Menurutnya, karier tak menghalangi orangtua untuk lebih akrab. “Anak yang jauh dari kasih sayang akan merugikan orangtua. Untuk itu orangtua hendaknya menghilangkan kata-kata larangan pada anak namun diganti dengan kata-kata tolong,” jelasnya.

Berbicara dengan nada tinggi dan benturan fisik, jelasnya, juga tidak mendidik anak. “Keceriaan menjadi ciri mendidik anak,” sarannya.

Sri Rejeki, pengasuh dan pengelola Yayasan Pemeliharaan Bayi Terlantar (YPBT) Klaten juga figur keibuan yang mungkin tepat untuk sarana merenungi Hari Ibu kali ini. Ia bertugas di Jl. Sindoro No. 14 B Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten. Ia beranggapan ibu pengasuh seperti dirinya harus mampu mendidik agar semangat anak-anaknya kembali bangkit.

“Anak-anak juga tidak boleh menjadi objek kekerasan. Kami memiliki tugas bagaimana mendidik mereka untuk menghormati seorang ibu, biarpun saya bukan ibu kandung mereka,” paparnya. (Trianto Hery Suryono/ Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya