SOLOPOS.COM - Ilustrasi R.A. Kartini (JIBI/Solopos/Dok.)

Hari Kartini identik dengan kenangan tentang Raden Ajeng Kartini semasa hidup.

Solopos.com, SOLO — Hari kelahiran R.A Kartini setiap 21 April diperingati rakyat Indonesia lantaran sosok Kartini dianggap sebagai pahlawan yang mempelopori emansipasi wanita. Benarkah hanya Kartini?

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Sejumlah pihak menganggap, ada baiknya saat memperingati Hari Kartini, tidak hanya sosok Kartini yang diingat jasanya sebagai satu-satunya pahlawan wanita Indonesia. Sebagaimana ditulis beberapa pengakses Internet (netizen) di Twitter berakun @Mutthiepmasyari dan @hartoto_id.

“Bagaimana dengan Dewi Sartika, Rohana Kudus, dan para pejuang wanita lainnya? Selamat hari emansipasi wanita,” tulis @Mutthiepmasyari.

“Selain Kartini, msh banyak pejuang wanita lain. Mreka ada Cut Nyak Dien, Cut Nyak Muetia, Cristina Tiahahu, Emmy Saelan, Collie Pujie,” Sahut @hartoto_id.

Terkait dengan itu, Solopos.com himpun dari pelbagai sumber, Selasa (21/4/2015), berikut ulasan jejak perjuangan pahlawan wanita Indonesia selain R.A. Kartini yang berjuang lewat kumpulan suratnya bertajuk Habis Gelap Terbitlah Terang. [Cut Nyak Dien]

1. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien lahir pada 1848. Dalam sejarah Indonesia, Cut Nyak Dien tercatat menikah dua kali.

Pernikahan pertamanya bersama seorang pejuang Aceh bernama Ibrahim Lamnga. Sayang, suami Cut Nyak Dien ini tewas dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarum, pada 29 Juni 1878.

Sekitar dua tahun kemudian, Cut Nyak Dien dilamar Teuku Umar. Di perniakan keduanya ini, Cut Nyak Dien dikaruniai putri bernama Cut Gambang.

Dalam buku-buku sejarah Indonesia, Cut Nyak Dien digambarkan sebagai sosok wanita tangguh dan pemberani. Ia tercatat selalu ikut terjun dalam peperangan melawan Belanda.

Kata-kata Cut Nyak Dien yang cukup mengesankan adalah,”Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid [meninggal di jalan agama Islam].”

Perjuangan Cut Nyak Dien dalam berperang pernah menjadi inspirasi bagi sutradara Eros Djarot. Pada 1988 Eros membuat film drama epos berjudul Tjoet Nja’ Dhien. Film tersebut berhasil meraih penghargaan di Piala Citra sebagai film terbaik. Pada 1989, Tjoet Nja’ Dhien menjadi film pertama Indonesia yang diputar di Festival Film Cannes.

Pada 2008, gambar Cut Nyak Dien juga menjadi gambar untuk prangko Indonesia, sebagai bentuk apresiasi mengenang 100 tahun meninggalnya sang pahlawan Aceh tersebut. [Martha Christina Tiahahu]

2. Martha Christina Tiahahu

Tercatat dalam sejarah, Martha Christina Tiahahu adalah putri sulung Kapitan Paulus Tiahahu. Ayah Martha Christina Tiahahu adalah pembantu pahlawan Thomas Matulessy atau yang juga dikenal sebagai Pattimura.

Martha lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800. Sebagai remaja putri berusia 17 tahun, Martha berani angkat senjata melawan Belanda. Saat perang di Laut Banda, pada 2 Januari 1818, Martha gugur.

Sebagai bentuk penghargaan atas keberanian Martha, ia dinobatkan sebagai pahlawan Indonesia, dengan terbitnya Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969. Wajah Martha juga sempat menjadi gambar di prangko Indonesia pada 1999. [Maria Walanda Maramis]

3. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872, dengan nama Maria Josephine Catherine Maramis. Perjuangan Maria di tanah Minahasa mirip perjuangan R.A. Kartini di tanah Jawa.

Dalam sejarah Indonesia, Maria adalah pelopor terbentuknya organisasi wanita Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT), yang ia dirikan pada tanggal 8 Juli 1917. PIKAT bertujuan mendidik kaum hawa tentang mendidik anak dan cara mengurus rumah yang baik.

Tidak hanya itu, Maria juga memperjuangkan hak wanita dalam memilih pemimpin. Semasa hidup, Maria juga aktif menulis pelbagai opini di surat kabar Minahasa.

Maria menikah dengan guru bahasa bernama Joseph Frederick Caselung Walanda. Melalui pernikahannya ini, Maria dikaruniai tiga anak. Ia meninggal di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924 pada usia 51 tahun.

Masyarakat Minahasa mengenang jasa Maria dengan memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, setiap tanggal 1 Desember. [Raden Dewi Sartika]

4. Raden Dewi Sartika

Seperti R.A Kartini, Dewi Sartika yang lahir di Bandung, 4 Desember 1884 ini juga berjuang mengentaskan buta aksara di antara kaum hawa. Dewi Sartika adalah pendiri Sakola Istri atau yang kemudian diganti Sakola Kautamaan Istri.

Melalui Sakola Kautamaan Istri, Dewi Sartika mengajarkan baca tulis dan keterampilan lain, seperti menjahit dan merenda kepada kaum hawa.

Dalam sejarah Indonesia, pada usia 62 tahun, Dewi Sartika meninggal di Tasikmalaya pada  11 September 1947. Pada 1966, namanya dinobatkan Pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional. [Cut Nyak Meutia]

5. Cut Nyak Meutia

Sebagaimana Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia yang diperkirakan lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, pada 1870 ini, melakukan perjuangan dengan melawan Belanda.

Cut Nyak Meutia menikah dua kali. Pernikahan pertamanya bersama Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Sepeninggal Teuku Muhammad, Cut Meutia menikah dengan Pang Nagroe yang tak lain adalah sahabat Teuku Muhammad.

Perjuangan Cut Nyak Meutia terhenti karena meninggal di Alue Kurieng, Aceh, pada 24 Oktober 1910. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 1964 dengan terbitnya Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964. [Rasuna Said]

6. Rasuna Said



Tercatat dalam sejarah, Rasuna Said atau Rangkayo Rasuna Said lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910. Sebagai anak dari bangsawan Minang, Rasuna dikenal sebagai pahlawan wanita yang terjun di dunia jurnalistik.

Berdasarkan catatan sejarah Indonesia, tulisan-tulisan Rasuna berisi perlawanan atas kolonial Belanda. Ia memperjuangkan kesetaraan hak antara pria dan wanita. Karena pemikirannya yang kritis, Rasuna diklaim sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan, siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.

Rasuna Said meninggal pada usia 55 tahun di Jakarta, 2 November 1965. Pemerintah Indonesia menobatkan Rasuna Said sebagai pahlawan nasional melalui penerbitan Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. [Rohana Kudus]

7. Rohana Kudus

Rohana Kudus adalah kakak tiri perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir. Rohana lahir pada di Kota Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 20 Desember 1884.

Secara silsilah keluarga, Rohana Kudus juga bibi dari penyair Chairil Anwar dan sepupu Haji Agus Salim. Rohana giat dalam pelbagai bidang, yaitu pendidikan, jurnalistik, politik, dan bisnis.

Berdasarkan catatan sejarah Indonesia, pada 11 Februari 1911 Rohana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia. Tidak berhenti sampai di situ, Rohana pun mendirikan sekolah dengan nama Rohana School di Bukittinggi.

Rohana meninggal pada 17 Agustus 1972, di usia 88 tahun. Pada 1974, Rohana dinobatkan sebagai wartawati pertama Indonesia dan pada 2008, pemerintah Indonesia memberi penghargaan Bintang Jasa Utama Rohana.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya