Lifestyle
Rabu, 29 November 2023 - 12:40 WIB

Heboh Wabah Pneumonia Misterius di China, WHO Singgung Penyebabnya

Newswire  /  Erta Darwati  /  Nugroho Meidinata  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi pneumonia (freepik)

Solopos.com, SOLO — Wabah pneumonia misterius di China yang terjadi pada November 2023 sempat membuat heboh masyarakat dunia. Hal ini lantaran wabah Covid-19 pertama kali juga muncul di China.

Akibat wabah ini, sejumlah rumah sakit di Beijing dipadati anak-anak. Kebanyakan anak yang datang ke rumah sakit dalam kondisi demam tinggi dan peradangan pada saluran pernapasan. “Banyak anak-anak dirawat di rumah sakit. Tidak ada batuk, mereka tidak menunjukkan gejala pneumonia, tetapi mengalami demam tinggi dan peradangan pada saluran pernapasan,” kata warga setempat dilansir Antara.

Advertisement

Kementerian Kesehatan RI sendiri melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapi risiko penularan penyakit pernapasan tersebut yang menyerang ribuan masyarkat China.

“Kewaspadaan itu biasa kita lakukan di pintu masuk melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan ya, terutama orang dengan gejala flu, kemudian kita edukasi. Kemudian kalau memang bertambah berat, datang ke fasilitas pelayanan kesehatan,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi.

Mengutip Bisnis.com, wabah pneumonia misterius di China ini juga membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angkat bicara. WHO menyebut belum mendeteksi patogen baru yang menjadi penyebab penyakit menular tersebut.

Advertisement

Data menunjukkan peningkatan ini terkait dengan pencabutan pembatasan Covid-19 serta peredaran patogen yang diketahui seperti Mycoplasma pneumoniae, yaitu infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak dan telah beredar sejak bulan Mei 2023 lalu.

Kemudian, ditambah lagi influenza, virus pernapasan syncytial (RSV) dan adenovirus telah beredar sejak Oktober lalu.

Pneumonia mycoplasma yang disinggung menjadi penyebab pneumonia misterius di China ini merupakan infeksi bakteri yang tidak lazim dan telah menyebar ke seluruh dunia sejak 2015 dan seterusnya. Tetapi, kasusnya menurun setelah adanya tindakan melawan pandemi Covid-18 mulai 2019 dan seterusnya. Munculnya kembali penyakit ini, yang diobati dengan obat antibiotik, kemungkinan besar terkait dengan peningkatan resistensi antibiotik.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif