Lifestyle
Rabu, 11 Januari 2012 - 10:52 WIB

Huahhh, Pedasnya Keripik Priangan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Suka makanan ringan untuk camilan dengan rasa yang menyengat pedasnya? Sejak setahun terakhir warga Solo dan sekitarnya sudah mulai merasakan berbagai produk keripik pedas dari Bandung, Garut dan beberapa tempat lain di Jawa Barat.
Advertisement

Uniknya, produk keripik ini tidak dijual di toko- toko makanan atau supermarket tapi dijajakan di tepi jalan menggunakan mobil. Penjaja keripik bermobil ini mudah ditemui sehabis Magrib di Jl Slamet Riyadi, pintu belakang UNS dan Jl Adisucipto, kawasan Stadion Utama Manahan pintu selatan.

Bagus, agen Keripik Bojes (Kribo) yang ditemui Espos di kawasan Stadion Utama Manahan pintu selatan ini berjualan sejak setengah tahun lalu. Camilan pedas ini, menurutnya, tak hanya disukai warga Jawa Barat. Wong Solo pun menyambut antusias. “Omzet penjualan bahkan pernah mencapai Rp2,5 juta per malamnya,” kata Bagus.

Di Jl Slamet Riyadi, tepatnya di depan Hotel Dana, menjadi tempat mangkal produk keripik pedas lainnya, Keripik Pa’Icih. Nama produk keripik ini memang mirip dengan pionir keripik pedas Maicih. Agen Keripik Pa’Icih, Agus, tidak memungkiri namanya mirip dengan sang pionir. Meski demikian, ia memastikan keduanya memiliki perbedaan signifikan dalam rasa dan kualitas. “Pa’Icih memilih kuat pada rempah-rempahnya. Irisan singkongnya juga tipis,” terang dia.

Advertisement

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Setiap malam, Agus bisa menjual 20-30 pak. Walau baru sebulan, ia mulai menyebar subagen di Karanganyar, yang menurutnya masih luas dan belum ramai digarap agen keripik lain. Bahan utama keripik tersebut adalah singkong, cabai rawit dan rempah- rempah. Selain keripik, produk Pa’Icih lainnya adalah bakso goreng (Basreng) dan tahu bulat. Harganya per bungkusnya Rp15.000.

Agus mengatakan strategi penjualan yang membuat orang tertarik yaitu keripik khas ini memiliki beberapa level rasa pedas. Umumnya, keripik tradisional baik asin atau pedas tidak memiliki level rasa, bahkan produk pabrik pun. “Level ini membuat penasaran orang,” kata Agus. Saat mencicipi level pedas terendah, konsumen akan penasaran dan ingin mencicipi level yang lebih tinggi. Produk Pa’Icih memiliki tiga level, slowdown, warning dan X-treme.

Advertisement

Demikian juga keripik Bukan Si Emak memiliki beberapa level rasa. Agen Bukan Si Emak, Jiwa, mengaku baru sebulan menjual keripik ini. “Buka dari pukul 19.00-23.00 WIB dan sambutan masyarakat Solo ramai,” kata Jiwa. Ia mengaku ada beberapa hal yang dilakukan sehingga dikenal warga Solo, seperti promosi via BlackBerry Messenger (BBM), Twitter dan Facebook. Harga keripik Bukan Si Emak bervariasi, Rp15.000 hingga Rp17.000 tergantung level rasa pedasnya.

Selain keripik singkong, juga ada keripik tempe pedas dengan merek Tempe Gila. Salah satu agennya di Solo, Agus, mengatakan produsen Tempe Gila ini juga berasal dari Bandung. Keripik tempe yang umumnya memiliki rasa gurih dan asin, namun tempe seharga Rp17.500/bungkus ini memiliki rasa pedas. Kuliner Jawa Barat memang dikenal pedas, berbeda dengan Solo dan sekitarnya yang lebih dominan rasa manisnya. “Baru dua bulan berjalan, tiap bulan 500 bungkus,” kata Agus.
Keripik tempe ini tidak dijajakan di tepi jalan namun dititipkan di koperasi pegawai.

JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif