Lifestyle
Sabtu, 7 Oktober 2023 - 20:06 WIB

Hubungan Intim Dipaksakan Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma

Newswire  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi suami bahagia melihat istri positif hamil. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Pakar Obstetri dan Ginekologi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Dr Beeleonie, BMedSc, SpOG, KFER mengatakan berhubungan intim yang dipaksakan bisa mempengaruhi kualitas sperma sehingga kegiatan tersebut tak disarankan bagi para pasangan suami istri yang sedang mengharapkan kehadiran buah hati. Simak ulasannya di info sehat kali ini..

“Frekuensi berhubungan yang disarankan itu setiap dua hingga tiga hari sekali. Berhubungan itu jangan dipaksa misalkan banyak wanita ini waktu subur harus berhubungan padahal demikian bisa pengaruhi kualitas sperma,” ujar dia dalam acara Empowering Women on The Path To Motherhood dikutip dari Antara pada Sabtu (7/10/2023).

Advertisement

Beeleonie merujuk sebuah studi menuturkan kualitas cairan sperma seorang pria bisa sangat berbeda bila dia diminta mengeluarkannya dalam kondisi rileks dan suasana menyenangkan ketimbang dalam situasi lain.

“Ternyata kualitas spermanya dari pria yang sama itu anjlok berbeda. Jadi sebenarnya tidak baik memaksa berhubungan di waktu yang kita pikir adalah masa subur,” tutur dia.

Dia lalu membahas mengenai posisi saat berhubungan intim yang ternyata tidak menentukan peluang pembuahan, melainkan hanya sensasi yang ingin dicapai pasangan suami istri.

Advertisement

Menurut Beeleonie, asalkan sperma dalam kualitas baik mampu mencapai sel telur, maka ada kemungkinan terjadi kehamilan. “Enggak perlu miring kiri miring kanan, nungging depan belakang, itu sama sekali enggak berpengaruh,” kata spesialis lulusan Universitas Indonesia ini.

Sebelumnya, terkait kehamilan, Kementerian Kesehatan mengingatkan pasangan suami istri tentang pentingnya perencanaan, salah satunya agar wanita dapat menjalani kehamilan dan persalinan aman, sehingga ibu sehat, dan melahirkan bayi sehat dan dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berkualitas.

Perencanaan kehamilan juga bermanfaat untuk mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin.

Advertisement

Menurut Kementerian Kesehatan, beberapa hal harus diperhatikan sebelum merencanakan kehamilan, seperti kesehatan fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil seperti usia (20 tahun-35 tahun), jarak kehamilan 2 tahun, jumlah anak kurang dari 3 serta tanpa penyakit penyerta.

Selain itu, status gizi baik serta kesiapan mental menjadi orang tua yang bertanggung jawab agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga juga hal penting yang perlu diperhatikan oleh pasangan sebelum memiliki anak.

Pasangan juga harus mudah mencapai dan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan) serta dukungan suami, keluarga dan lingkungan masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif