Lifestyle
Rabu, 23 Mei 2012 - 08:57 WIB

IDENTIFIKASI: Gigi Tahan Hingga 600 Derajat Celcius

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Andy Yok (FOTO/ufi)

Andy Yok (FOTO/ufi)

Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak, Bogor, menguras perhatian hampir seluruh kalangan. Bukan cuma sebab musabab kecelakaan itu yang menarik perhatian, nasib para penumpang juga menjadi fokus utama banyak kalangan khususnya keluarga.
Meski akhirnya korban bisa dievakuasi namun tim Disaster Victim Identification (DVI) sempat kesulitan mengidentifikasi korban karena jasadnya tidak utuh lagi. Salah satu proses identifikasi yang bisa dilakukan pada kondisi yang tidak utuh, apalagi jika hangus adalah dengan mencocokkan data antemortem dan postmortem gigi geligi.
“Kalau data antemortem-nya lengkap seperti punya data odontologi identifikasi bisa dilakukan dengan mencocokkan data postmortem gigi geligi korban. Misalnya, walau jenazahnya hancur, gigi umumnya masih terlihat di tengkorak,” ujar anggota staf yang menangani forensik gigi RSUD dr Moewardi Solo, drg Andy Yok MKes kepada Espos, Senin (21/5).
Mengapa gigi tidak ikut hancur? Menurut Andy, di tubuh manusia, struktur gigi paling kuat bahkan bisa bertahan dalam suhu panas 600 derajat Celcius. Apalagi, gigi juga terlindung gusi dan mulut. “Gigi itu kandungan zat kimia anorganik dan organiknya tinggi. Walau begitu, gigi mudah patah,” terangnya.
Dia melanjutkan struktur gigi geligi setiap orang  berbeda-beda karena itu gigi geligi dijadikan sebagai salah satu data primer dalam proses identifikasi. Struktur gigi geligi juga dapat mengetahui ras hingga umur. Ras mongoloid misalnya memiliki ciri tertentu seperti pada gigi seri belakang ada bentuk seperti sekop. Sementara ras negroid juga memiliki ciri yang berbeda pada gigi serinya seperti ada tanggul sedikit.
“Kalau gigi pada ras kulit putih cirinya gigi serinya halus tidak menyerupai sekop. Karena itu pantas jika gigi disebut sangat istimewa,” katanya.
Gigi juga dapat mengidentifikasi umur seseorang. Andy menerangkan orang yang memiliki gigi geraham atau gigi tetap satu umurnya diperkirakan enam tahun, sementara orang yang memiliki dua gigi geraham usianya diperkirakan 12 tahun. Sementara orang yang memiliki gigi geraham tiga umurnya sulit dijadikan patokan namun dapat dilihat dari permukaan gigi geraham. Jika tonjolan gigi geraham terlihat datar umumrnya lebih tua, sedangkan jika permukaan gigi gerahamnya masih menonjol diperkirakan usianya masih muda.
“Gigi geraham kan untuk mengunyah. Kalau permukaannya sudah aus dan terkikis berarti usianya sudah tua. Pada pertandingan olahraga kelompok umur misalnya mungkin data bisa dimanipulasi tapi kalau dilihat dari gigi  tidak bisa menipu, pasti ketahuan kalau ada yang berbuat curang,” katanya.
Begitu istimewanya gigi, tambahnya, setiap orang sebaiknya melakukan pemeriksaan gigi rutin dan memiliki data odontogram. Menurutnya, setiap pasien gigi berhak meminta data odontogram kepada dokter gigi sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran.
“Data odontogram ini harus diperbaiki ketika ada perubahan seperti cabut gigi, giginya patah dan gembil. Idealnya data tersebut di up date satu tahun sekali, yang mencatat nanti dokternya karena yang menguasai penulisan gigi atau nomenklatur dokter gigi, tapi saat ini belum semua dokter gigi mengusai hal itu. Ditambah lagi pasien umumnya belum menyadari pentingnya data odontologi,” tukasnya. 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif