SOLOPOS.COM - Wahyu Dwi Atmoko (Espos/Lutfiyah)

Wahyu Dwi Atmoko (Espos/Lutfiyah)

Nurfajriyah, 23, sempat bertanya-tanya dalam hati saat ia membuat e-KTP atau KTP elektronik baru-baru ini. Pegawai sebuah perusahaan swasta di Solo ini heran lantaran diminta petugas merekam data seluruh sidik jarinya di mesin fingerprint.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Penasaran, ia pun bertanya kepada petugas yang melayaninya membuat e-KTP. Namun ia mengaku tidak mendapat jawaban memuaskan dari petugas tentang kegunaan rekam seluruh sidik jari di e-KTP.

“Petugas hanya bilang rekam data sidik jari untuk e-KTP sudah aturan dari pusat. Soal kegunaan, dia tidak tahu, sampai sekarang saya juga tidak tahu data itu buat apa,” ujar Fajri kepada Espos, Selasa (21/5).

Selain Fajri, bisa jadi banyak orang yang juga bertanya-tanya tentang manfaat kegunaan rekam sidik jadi di e-KTP. Begitu juga dengan data sidik jari pada Surat Izin Mengemudi (SIM), saat pembuatan paspor hingga data sidik jari di ijazah sekolah maupun data sidik jari atau cap jempol untuk keperluan tertentu.

Meski terlihat sepele namun dalam dunia identifikasi, sidik jari merupakan salah satu elemen penting untuk mengungkap jati diri seseorang seperti mayat tanpa identitas maupun korban bencana maupun kecelakaan massal yang tidak dapat dikenali.

Kepala Instalasi Forensik dan Medikolegal RSUD dr Moewardi, dr Wahyu Dwi Atmoko, mengatakan sidik jari berguna untuk mengidentifikasi. Namun, selama ini, tidak semua orang memiliki jejak data sidik jari lengkap seluruh jari tangan.

“Tapi sekarang sidik jari menjadi data penting dalam e-KTP. Kemungkinan data sidik jari di e-KTP nantinya akan digunakan sebagai acuan identitas seseorang karena sidik jari setiap orang berbeda-beda,” katanya.

Petugas Forensik RSUD dr Moewardi Solo, drg Andy Yok Mkes, menambahkan sidik jari memiliki tingkat akurasi paling tinggi di antara beberapa data primer lainnya untuk identifikasi. Di antara 5 miliar orang, yang mungkin sama sidik jarinya hanya satu orang.

Sementara pada deoxyribose nucleic acid (DNA), perbandingan manusia yang mungkin sama 1:4 miliar orang. Sedangkan pada gigi, kemungkinan gigi yang sama dapat ditemukan 1:2 miliar orang.

“Tapi orang kadang suka meremehkan sidik jari seperti cap jempol yang dilakukan orangtua sebagai pengganti tanda tangan misalnya dipandang sebelah mata, padahal sidik jari itu paling akurat,” katanya.

Kendati begitu, dalam proses identifikasi, bisa saja sidik jari tidak bisa dijadikan sebagai data primer misalnya kondisi jenazah tangannya hancur seperti yang terjadi pada sebagian korban kecelakaan pesawat Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak, Bogor.

“Kalau tangannya hancur, sulit menggunakan data sidik jari. Alternatifnya menggunakan data primer lainnya,” ujar Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya