SOLOPOS.COM - Espos/Adib Muttaqin Asfar BERBAGI PENGALAMAN-Zaki Laili Khusna (kiri) bersama rekan-rekannya alumni Indonesia Mengajar Angkatan I membagi pengalaman di Solo Meeting Point, Kamis (5/4) lalu.

Espos/Adib Muttaqin Asfar BERBAGI PENGALAMAN-Zaki Laili Khusna (kiri) bersama rekan-rekannya alumni Indonesia Mengajar Angkatan I membagi pengalaman di Solo Meeting Point, Kamis (5/4) lalu.

 

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Indonesia Mengajar mungkin sudah menjadi mimpi yang menantang setiap orang. Setahun tinggal dan mengajar di daerah terpencil di luar Jawa adalah pengalaman luar biasa. Namun jika mau jujur, masih banyak daerah di Pulau Jawa yang membutuhkan kehadiran mereka, termasuk di Soloraya.

Itulah yang menjadi alasan mengapa Solo Mengajar tidak membuat target muluk-muluk ke luar Jawa. Komunitas yang belum lama populer di Twitter ini punya rencana lain, yaitu mengakses mereka yang masih minim fasilitas pendidikan di Soloraya.

“Kami akan jalankan beberapa program dan juga rekruitmen anggota,” kata Komite Organizer Solo Mengajar, Ajeng Chitra, Kamis (5/4) malam.

Hari itu mereka mengundang para alumni Indonesia Mengajar Angkatan I untuk membagi pengalamannya pada para calon relawan Solo Mengajar. Kondisi lapangan dan tantangan yang ditemui oleh relawan Indonesia Mengajar di luar Jawa memang jauh berbeda. Namun setidaknya mereka membagi semangat mereka pada para calon relawan yang sebagian besar masih mahasiswa.

Tak ada hubungan antara Indonesia Mengajar dengan Solo Mengajar selain soal kemiripan nama. Jangkauan Solo Mengajar mungkin hanya sebatas masyarakat pinggiran Soloraya, namun mereka punya tugas yang sama, yaitu mendidik anak-anak. Mereka pun punya cara unik untuk memulai kerja mereka.

“Kami akan bikin lomba dalam tiga kategori, lomba mading untuk SMA, lomba artikel untuk mahasiswa dan reli foto untuk umum,” kata Ajeng.

Lomba ini tak berhenti sebatas event. Justru inilah cara mereka melakukan melakukan survei lapangan di lokasi-lokasi yang akan dibidik sebagai lokasi program. Ajeng tidak meminta para anggotanya untuk melakukan assessment sendiri, namun berharap masyarakat sendiri yang akan memberikan informasi.

Tak ada syarat dan tak pernah dijanjikan imbalan materi. Begitulah para calon relawan Solo Mengajar ini akan bekerja. Tak seperti Indonesia Mengajar yang mengajukan sederet persyaratan dan seleksi yang ketat pada calon relawannya, Solo Mengajar justru memanggil siapapun yang bersedia berbagi.

“Kami enggak mengajukan syarat apapun, enggak ada seleksi. Mereka daftar pun kami sudah sangat bersyukur,” kata Koordinator Volunteer Solo Mengajar, Fitta Amelia Lestari, Kamis malam.

Fitta adalah salah satu orang yang direkrut karena memang ingin membagi ilmunya pada anak-anak. Fitta sempat ingin mengikuti seleksi Solo Mengajar, namun dia masih harus menundanya karena belum menyelesaikan kuliahnya di Sosiologi UNS.

Hingga kini Fitta pun belum tahu akan ditempatkan di mana saat program berjalan nanti. Namun dia dan puluhan rekannya mengaku siap menghadapi medan apapun nantinya. “Yang penting komitmennya.”

Bagi Fitta ini bukan yang pertama kalinya mendapat kesempatan untuk mengajar secara sukarela. Beberapa waktu lalu dia bergabung bersama para pengurus BEM UNS untuk ikut mengajar di Pringgolayan dalam program Serengan Study Club (SSC). Saat itu Fitta dan rekan-rekannya juga sama sekali tak berharap mendapat imbalan materi. Semangat itu pun masih dibawanya sampai saat ini di Solo Mengajar.

“Enggak ingin imbalan, justru saya sendiri sering keluar uang sendiri untuk bensin dan pulsa.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya