SOLOPOS.COM - Sejumlah warga menata makanan untuk sesaji saat mengikuti serangkaian acara budaya Jumadilawal Nyadran Gunung Raga Kusuma di Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (10/12/2021). Jumadilawal Nyadran Gunung Raga Kusuma yang diikuti oleh warga Silurah dengan rangkaian kegiatan budaya seperti ider-ider desa, potong kambing, selamatan, dan pentas ronggeng tersebut sebagai wujud melestarikan budaya Jawa. (Antara/Harviyan Perdana Putra)

Solopos.com, SOLO — Ilmu Kejawen dari Jawa baru-baru ini menjadi perbincangan publik di media sosial setelah pawang hujan Raden Rara Istiati Wulandari alias Mbak Rara mengaku menganut kepercayaan tersebut.

Bukan hanya Kejawen, Mbak Rara juga menyukai agama Hindu. Ia memadukan budaya Jawa, Bali, dan Tibet dalam menjadi pawang hujan.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

“Kalau saya kan mix ya. Saya dari Jawa, saya Kejawen. Tapi saya juga belajar budaya dan agama Hindu di Puri Satria. Properti wayang ini simbol Kejawen, lalu ada singing balls dari Tibet, canang dari Bali, dupa universal,” ujar Rara, sebagaimana diberitakan Solopos.com sebelumnya.

Baca Juga:  Ternyata Ini Pantangan Mbak Rara Saat Menjadi Pawang Hujan

Lalu, apa saja ilmu-ilmu yang dipelajari di Kejawen dari Jawa?

Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com dari Indonesia.go.id, Kejawen mempunyai ajaran utama untuk membangun tata krama atau aturan dalam berkehidupan yang baik.

Baca Juga: Potong Rambut Saat Puasa Bikin Batal atau Tidak? Ini Hukumnya

Sehingga penganut kepercayaan ini diajarkan untuk bertata krama baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Kejawen juga mengajarkan manusia untuk tetap taat dengan Tuhan. Maka dari itu, penganut Kejawen taat dengan agamanya masing-masing, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, maupun Konghucu. Mereka akan tetap melaksanakan perintah agama dan menjauhi segala larangannya.

Apalagi dalam ilmu Kejawen dari Jawa juga dikenal istilah Sangkan Paraning Dumadhi, artinya dari mana datang dan kembalinya hamba Tuhan. Di mana mengharuskan manusia untuk taat kepada agamanya masing-masing.

Baca Juga:  Apakah Pengganti Sri Sultan Hamengku Buwono X Bisa Perempuan?

Dalam naskah-naskah kuno sendiri, disebutkan Kejawen lebih banyak menunjukkan kesenian, kebudayaan, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi orang-orang Jawa. Hingga sekarang, tradisi Kejawen yang dikenal masyarakat ada beberapa, yakni mitoni (tujuh bulan kehamilan), nyadran (tradisi menjelang Ramadan), wetonan (syukuran yang digelar saat weton hari lahir), hingga tedhak siten (tradisi agar anak siap untuk menjalani kehidupan masa depan).

Baca Juga: Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya