Lifestyle
Kamis, 29 Desember 2022 - 14:09 WIB

Jangan Biarkan Kanker Prostat Mengganggu, Kenali Risiko dan Pencegahannya

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kanker prostat. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Kanker prostat merupakan salah satu kanker yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia.

Pada 2020, jumlah kasus baru penderita kanker prostat mencapai 13.563 orang, seperti dilansir data International Agency for Research on Cancer WHO. Angka ini bertambah pada 2021 menjadi 25.012 orang. Untuk itu penting memahami mengenai apa sebenarnya kanker prostat ini, termasuk cara mengatasinya.

Advertisement

Ada yang menyebut kanker prostat sebagai silent killer. Kanker ini biasanya terjadi tanpa gejala sampai memasuki usia 50 tahun. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang sempurna untuk penyakit kanker.

Begitu pula dengan kanker prostat. Setiap pasien dan spesialisnya perlu mempertimbangkan dengan cermat manfaat dan risiko pengobatan aktif dengan mempertimbangkan banyak faktor termasuk usia dan status kesehatan umum individu.

Mengingat penyakit ini kerap muncul tanpa gejala, maka penting bagi masyarakat khususnya para pria untuk melakukan deteksi dini kanker prostat atau memahami pola hidup sehat untuk menghindari penyakit ini. Lalu seperti apa pengobatan yang tepat untuk kanker prostat?

Advertisement

Baca Juga: Mengulas Metode Penyembuhan Kanker Darah dengan CAR T-Cell Therapy

Hal tersebut dikupas dalam Solopos Talkshow Virtual bersama Parkway Hospital dengan tema “Jangan Biarkan Kanker Prostat Ganggu Usia Terbaik Anda”. Talkshow menghadirkan dr. Wong Siew Wei, sebagai dokter konsultan senior onkologi medis di Parkway Cancer Center. Dr. Wong yang juga praktik di Gleneagles Hospital dan Mount Elizabeth Novena Hospital, menyampaikan penyakit ini bisa menyasar setiap laki-laki.

“Setiap laki-laki sebenarnya memiliki risiko untuk kanker. Tergantung dari populasi mana yang kita bicarakan. Kami memiliki data dari Amerika, 1 dari 8 memiliki kanker prostat sepanjang hidupnya. Risiko kanker prostat meningkat seiring bertambahnya usia,” kata dia.

Dia juga menyampaikan fakta, 2/3 kasus terdiagnosis ada di atas usia 64 tahun. Selain usia, faktor risiko kanker lain adalah faktor keturunan. Misalnya pada orang yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker seperti kanker prostat, kanker payudara dan kanker ovarium, atau memiliki mutasi genetik yang diturunkan dalam individu.

Advertisement

“Dengan dua gen yang saya maksud tadi contohnya gen BRCA2. Dimana mungkin lebih dikenal sebagai gen kanker payudara, tapi hal itu juga meningkatkan risiko kanker prostat. Orang dengan latar belakang mutasi genetik, cenderung menunjukkan kanker terjadi pada usia yang jauh lebih muda serta memiliki penyakit yang jauh lebih agresif,” jelas dia.

Baca Juga: Perlu Tahu, Ini 7 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kanker Paru

Deteksi Dini

Lebih lanjut dia menyampaikan deteksi dini kanker sangat penting untuk dilakukan agar mendapatkan peluang terbaik dalam penyembuhan. Disebutkan, kebanyakan pasien dengan kanker tahap awal tidak memiliki gejala. Seiring berjalannya waktu, mereka akan memiliki gejala seperti sakit tulang. Dimana kanker biasanya sudah menyebar sampai ke tulang sehingga sudah tidak bisa disembuhkan.

“Jadi dengan begitu, fokus pada skrining kanker sangat penting. Skrining kanker prostat laki-laki yang sehat tanpa gejala apapun di umur antara 55-69 tahun, harus mempertimbangkan tes darah untuk prostate specific antigen [PSA], setiap dua tahun sekali,” kata dia.

Advertisement

Sedangkan untuk orang dengan risiko lebih tinggi terkena kanker prostat, termasuk karena adanya Riwayat keluarga dan mewarisi mutasi genetik, harus melakukan lebih banyak strategi skrining. Hal itu bisa dimulai dari usia yang jauh lebih dini, karena munculnya kanker prostat bisa terjadi pada usia 40-an. Untuk itu orang dengan risiko tinggi kanker prostat juga disaraknkan untuk melakukan konsultasi dengan para spesialis.

Namun juga perlu diperhatikan, setiap kondisi prostat seperti infeksi, inflamasi, setiap pembesaran karena usia, atau trauma karena mengendarai sepeda selama berjam-jam, juga dapat memicu kenaikan level PSA.

Baca Juga: Atasi Kanker Payudara dengan Herbal, Bisakah?

“Sederhananya untuk mengurangi masalah false-positive ini saya bisa memberikan saran untuk mengurangi olahraga berlebihan. Atau aktivitas seksual untuk beberapa hari sebelum melakukan skrining PSA,” kata dia.

Advertisement

Dia mengatakan tidak ada batasan spesifik terkait level PSA untuk menentukan pasien ke dalam kategori normal maupun abnormal. Level PSA bisa berubah seiring usia. Untuk pasien yang lebih muda pihaknya memiliki batasan yang lebih rendah untuk normal maupun abnormal. Sedangkan seseorang dengan usia sekitar 80 tahun, batasan itu akan lebih tinggi, sebab prostatnya juga lebih besar.

Kemudian ketika memiliki level PSA yang tidak normal, maka hal pertama yang dia lakukan adalah merekomendasikan pasien untuk melakukan tes dalam beberapa pekan. Apabila levelnya tetap atau justru lebih tinggi, pasien harus mempertimbangkan untuk menjalani tes pencitraan ekstra atau pemindaian ekstra. Misalnya saja dapat dilakukan sengan MRI prostat. Jika hasil MRI prostat menemukan sesuatu yang mencurigakan, maka pemeriksaan harus berlanjut ke tahap biopsi prostat.

“Saya benar-benar merekomendasikan untuk setiap laki-laki dengan PSA lebih dari 20 atau sedang [dilakukan] biopsi, ketika menemukan nilai kanker yang sangat tinggi, atau mendapati hasil scan MRI yang menampilkan tahapan kanker yang lebih tinggi, agar segera menjalani pemindaian tambahan yang disebut PSMA/pet scan,” jelas dia. Menurutnya tahapan itu untuk menentukan tahapan kanker secara akurat sebelum dijalankan rencana penyembuhan.

Baca Juga: Ukuran Payudara Besar Lebih Berisiko Terkena Kanker Ternyata Hanya Mitos

Pada kesempatan itu dia juga menyampaikan kasus kanker prostat awal memiliki tingkat kesembuhan tinggi. Selain itu perawatannya mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Ada dua pilihan utama dalam perawatannya, yakni dengan pembedahan atau radio terapi.

Pada beberapa pasien yang memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi, kemungkinan besar akan dipilih perawatan kombinasi, termasuk penggunaan hormone abbreviation treatment.

Advertisement

“Sekarang ketika kita bicara pembedahan, hal tersebut telah berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Dari pembedahan gaya lama dengan bekas luka yang panjang dan  kehilangan darah yang signifikan, menuju pembedahan lubang kunci yang lebih less invasive,” kata dia.

Menurut dr, Wong, pada beberapa penanganan yang dilakukan, terutama di Singapura, pembedahan lubang kunci sudah berkembang lebih jauh. Bahkan pembedahan juga dilakukan dengan bantuan dari tangan-tangan robotik untuk mengurangi lebih jauh tingkat komplikasi dari pembedahan. Hal itu juga mempersingkat masa pemulihan pascaoperasi.

Sedangkan dalam hal radio terapi, menurutnya teknologi tersebut perkembangkannya juga sudah meningkat secara signifikan. Baru-baru ini secara rutin juga digunakan yang disebut intensity modulated radiation therapy (IMRT). Dimana sorotan sinar x-ray dari berbagai sudut terfokus pada satu area pada garis dengan jelas. Hal itu berdampak pada pengiriman energi yang lebih baik untuk menyembuhkan sel kanker.

Dia juga mengatakan tidak lama lagi di Singapura, akan memiliki teknologi terapi proton. Dimana hal itu jelas akan dapat mengirimkan energi yang lebih baik dengan efek samping yang lebih sedikit pada struktur di sekitarnya. Terapi proton tersebut diharapkan akan sangat membantu perawatan pasien dengan tumor yang besar yang umumnya memiliki efek samping yang lebih banyak.

Untuk informasi lebih lanjut, pembahasan mengenai kanker prostat tersebut dapat disaksikan di Youtube Espos Live pada link berikut:

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif