SOLOPOS.COM - Ilustrasi berdoa. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Kita patut bersyukur, Ramadan kali ini datang dalam kondisi yang lebih baik dari dua tahun sebelumnya.

Kemeriahan menyambut Ramadan juga kembali seperti sebelum pandemi, namun tidak demikian dengan kondisi ekonomi. Hantaman pandemi selama dua tahun, mempunyai dampak ke berbagai sektor dan akan memakan waktu yang cukup panjang untuk pulih kembali.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Mungkin sebagian dari kita bosan, dan tak mau peduli lagi dengan kondisi yang ada. Termasuk dalam menjalankan protokol kesehatan, vaksin dan lain-lain. Tetapi waspada dan berhati-hati wajib kita lakukan, apalagi di hari raya nanti.

Karena bergeraknya manusia dalam jumlah puluhan juta untuk bersilaturahmi, bukanlah masalah kecil yang pantas disepelekan. Karena itu kewaspadaan pasti akan manfaat, sedang abai dengan keadaan sangat mungkin akan membawa kerugian bagi semua.

Apa yang kita rasakan saat ini cukup menjadi bukti, bahwa dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pandemi sangat dahsyat.

Yang menarik, di tengah kondisi perekonomian yang tak kunjung normal kembali, umat dari kalangan menengah ke atas banyak yang mengeluh. Sementara sebagian kalangan menengah dan mayoritas kalangan bawah, nyaris tak menunjukkan reaksi yang berlebihan.

Hal ini bukan karena kebijakan pemerintah, atau bantuan yang mereka terima, atau alasan lain, namun tak lebih karena sudah “terbiasa” dalam kondisi yang memprihatinkan.

Mereka (maaf, mungkin) tak mengetahui ayat Al-Qur’an atau hadis Nabi SAW yang menjelaskan tentang rida menerima apa yang telah ditentukan Allah.

Namun mereka telah menjalani kehidupan dengan penuh keridaan dan kesabaran. Merekalah pemilik keimanan dan kesabaran yang mengagumkan. Mereka tak berteori, apalagi menyampaikan ayat dan mengutip hadis, tetapi itulah gambaran apa yang ada di hati yang tertanam nilai-nilai keikhlasan.

Walaupun mereka bersabar dan tak mengeluh, tetapi ajaran agama mengingatkan kita untuk tidak pernah lupa dengan kondisi mereka. Apalagi di bulan Ramadan yang dijanjikan Nabi SAW akan dilipatgandakannya amal seseorang.

“Siapa yang mendekat kepada Allah dengan berbuat kebajikan, maka bagaikan orang yang mengerjakan fardhu di bulan lain,” demikian sabda Nabi SAW yang disampaikan saat menjelang masuknya Ramadan.

Satu dari sekian tujuan dan hikmah Ramadan, agar seseorang merasakan sendiri bagaimana haus dan lapar yang sering kali dirasakan oleh saudara-saudara mereka, kaum duafa.

Mereka yang berpuasa mengetahui kapan akan berbuka, dan menyiapkan menu sesuai keinginannya. Sementara mereka yang kelaparan, tak mengetahui kapan dan dengan apa mereka akan “berbuka”.

Banyak amal kebajikan yang dapat dilaksanakan seseorang untuk mengisi hari-hari Ramadan, seperti: salat sunah, membaca Al-Qur’an, berzikir, iktikaf di masjid, dan lain-lain.

Tetapi akan lebih tepat bila amal kebajikan yang dilaksanakan seseorang, disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Misalnya bagi yang berilmu, akan lebih afdal menyampaikan ilmunya ketimbang memperbanyak zikir.

Membaca Al-Qur’an dianjurkan dan dijanjikan pahala. Tetapi bila yang memiliki harta hanya membaca Al-Qur’an tanpa bersedekah, maka akan kehilangan banyak pahala yang semestinya bisa diraih.

Karena bersedekah adalah mempraktikkan apa isi Al-Qur’an yang dibaca, apalagi bila mengingat situasi dan kondisi yang ada. Karena bagaimana pun juga, untuk meraih pahala sebanyak mungkin, dalam melaksanakan amal perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi.

Yang tak kalah penting, adalah “menyaksikan” dan berinteraksi dengan mereka, kaum duafa. Karena apa yang kita saksikan dan dengarkan, terkadang mampu menembus relung hati, yang belum tentu dapat kita rasakan dari membaca Al-Qur’an, salat, berzikir, dan amal ibadah lainnya.

Nabi SAW bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu. Karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.”

Dalam Al-Qur’an, Allah menyampaikan bahwa hanya sedikit manusia yang pandai mensyukuri nikmat-Nya. Sedang hadis Nabi SAW tersebut, merupakan cara yang ampuh agar seseorang lebih menghargai dan mensyukuri nikmat Allah.

Muhsin Al-Jufri
Mubalig dan salah seorang pemrakarsa Forum Silaturahmi Minggu Legi di Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya