SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak membaca buku. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA-Sebagian orang tua mungkin menganggap normal jika anaknya memiliki teman imajinasi atau teman khayalan. Bernarkah normal?

Apakah Anda pernah mendengar atau melihat anak Anda berbicara sendiri? Bisa jadi anak Anda memiliki teman khayalan dari imajinasinya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dikutip dari Hellosehat, Teman khayalan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sosok teman yang dibuat oleh anak berdasarkan imajinasi yang dimilikinya. Sesuai dengan imajinasi anak, sosok teman khayalan bisa beragam bentuk dan macamnya.

Teman buatan anak ini bisa berdasarkan seseorang yang dikenal si anak, karakter dari buku cerita atau mainan tertentu, atau murni karangan sendiri.

Kebanyakan anak membuat teman imajinasi dalam bentuk manusia, tetapi juga bisa berupa hewan. Keberadaan teman imajinasi juga bisa berbeda-beda menurut masing-masing anak.

Teman khayalan dapat hadir setiap saat mengikuti kemana pun anak pergi, tetapi ada juga yang datang dan pergi tanpa alasan yang jelas.

Terkadang, teman imajinasi juga bisa menetap di tempat tertentu saja berdasarkan keterangan anak, seperti dapur atau kamar.

 

Apakah normal bagi anak punya teman khayalan?

Pada umumnya, anak memiliki teman imajinasi bukanlah kondisi yang mengkhawatirkan. Ini merupakan hal yang normal sebagai bagian dari perkembangan sosial anak.

Teman khayalan paling sering dimiliki oleh anak saat berusia sekitar 2,5 tahun. Setiap anak bisa memiliki satu atau lebih teman imajinasi.

Anak biasanya akan bermain dengan teman imajinasi selama beberapa bulan sebelum akhirnya lupa atau tidak ingin bermain bersama lagi.

Namun, ada juga anak yang memiliki teman imajinasi cukup lama hingga beberapa tahun.

Ini masih menjadi hal yang normal bagi anak untuk memiliki teman imajinasi hingga anak berusia 12 tahun. Teman imajinasi kemudian akan hilang dengan sendirinya seiring waktu.

 

Penyebab atau alasan anak memiliki teman khayalan

Penyebab atau alasan anak memiliki teman imajinasi dapat berbeda-beda. Raising Children melansir, ini biasanya dipengaruhi oleh kebutuhan anak untuk memiliki seorang teman dengan sifat atau ciri tertentu, seperti berikut ini.

 

  1. Selalu mendengarkan dan mendukung anak dengan baik.
  2. Mau bermain dengan anak.
  3. Bisa melakukan hal-hal yang tidak mampu dilakukan anak.
  4. Istimewa dan hanya berteman dengan anak.
  5. Tidak suka menghakimi atau menyalahkan anak.
  6. Anak bisa mengatur apa saja yang dilakukan oleh teman khayalan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Inilah yang biasanya menjadi alasan anak ingin punya teman imajinasi.

 

Pengaruh teman khayalan terhadap perkembangan anak

Memiliki teman khayalan bukan berarti anak merasa kesepian atau tidak punya teman. Sebaliknya, teman imajinasi bisa membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan anak.

Meski demikian, terkadang kebiasaan memiliki teman imajinasi juga bisa berdampak buruk. Berikut penjelasannya.

 

  1. Dampak positif teman khayalan

Anak biasanya menciptakan teman khayalan sebagai sarana untuk melatih kemampuan sosial, berkelompok, dan komunikasi.

Berikut adalah dampak positif memiliki teman imajinasi pada perkembangan anak.

 

  1. Meningkatkan kreativitas anak.
  2. Membantu anak melihat dunia di sekitarnya dari sudut pandang yang berbeda.
  3. Meningkatkan rasa empati anak terhadap orang lain.
  4. Memahami kondisi orang lain dari sisi yang berbeda.
  5. Melatih anak terbiasa berkomunikasi dengan orang lain.
  6. Membuat anak merasa selalu ditemani.
  7. Meningkatkan semangat anak dalam melakukan aktivitas karena merasa didampingi.
  8. Memberi kesempatan pada anak untuk merasa berkuasa dan bertanggung jawab saat melakukan sesuatu sesuai keinginannya sendiri.
  9. Membantu anak melalui masa sulit yang harus dihadapi.

 



Dampak negatif teman khayalan

Sayangnya, teman khayalan terkadang juga bisa menimbulkan pengaruh buruk pada perkembangan anak. Akibatnya, si Kecil bisa memiliki kebiasaan buruk seperti berikut ini.

  1. Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak.
  2. Menjadi lebih pendiam dan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
  3. Berbohong dan berusaha menyalahkan orang lain.
  4. Menunjukkan penurunan kebersihan diri.
  5. Kehilangan konsentrasi.

 

Bagaimana cara orangtua menyikapi anak yang punya teman khayalan

Dikutip dari Cleveland Clinic, seorang psikolog anak dan remaja Dr. Kate Eshleman, PsyD, menyarankan bagi orangtua untuk ikut bermain bersama anak dengan berpura-pura menganggap teman imajinasi anak benar-benar ada.

Dr. Eshleman menyarankan untuk memperlakukan teman imajinasi anak seperti teman-teman anak lainnya.

Misalnya, tanyakan pada anak siapa nama teman khayalannya atau apa yang mereka lakukan untuk bermain hari itu.

Jika anak ingin makan bersama dengan teman khayalannya, biarkan saja asalkan tidak berlebihan, seperti menyisihkan makanan untuk teman imajinasi.

Berikut beberapa tips lain yang bisa Anda terapkan dalam menyikapi anak yang punya teman khayalan.

  1. Jangan pura-pura berinteraksi langsung dengan teman imajinasi anak.
  2. Bicara hanya kepada kepada anak, bukan dengan teman imajinasinya.
  3. Dengarkan apa yang dikatakan oleh anak tentang teman imajinasinya.
  4. Jangan langsung menyangkal jika anak menyalahkan teman imajinasi atas perbuatannya, melainkan minta anak untuk tetap bertanggung jawab.
  5. Minta anak untuk melakukan sendiri hal-hal yang diminta oleh teman imajinasinya. Sebagai contoh, membukakan pintu atau menyiapkan tempat duduk untuk teman imajinasi.

Intinya, asalkan anak tidak bermain secara berlebihan dengan teman imajinasinya, ini masih menjadi hal yang normal bagi anak untuk memiliki teman khayalan. Pada kondisi normal, Anak tahu dan sadar bahwa teman khayalannya tidak nyata dan hanya berdasarkan imajinasinya sendiri.

 

Kapan Anda perlu khawatir jika anak punya teman khayalan?

Meski umumnya bukan kondisi yang mengkhawatirkan, Anda tetap harus waspada terhadap teman imajinasi anak.

Ini terutama jika anak yang memiliki teman imajinasi menunjukan gejala berikut ini.

  1. Anak mengalami gangguan perkembangan, terutama jika memengaruhi kemampuan berbicara dan berinteraksi sosial.
  2. Teman imajinasi tidak kunjung menghilang dan anak terus berbicara padanya meski sudah berusia lebih dari 12 tahun.
  3. Anak merasa teman imajinasi mengancam atau menyuruhnya melakukan suatu tindak kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain.

Pada kondisi ini, sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter atau tenaga ahli lainnya, seperti psikiater atau psikolog. Pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan jika teman imajinasi anak memiliki sifat yang jahat atau nakal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya