Lifestyle
Rabu, 8 September 2021 - 20:15 WIB

Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Kenali Jenis dan Dampaknya

Astrid Prihatini Wd  /  Newswire  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak korban pelecehan seksual atau pencabulan. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih saja terjadi di wilayah Soloraya. Setelah kejadian guru olahraga mencabuli muridnya di Wonogiri, giliran kasus dua pria cabuli anak di bawah umur di Solo.

Kasus kekerasan seksual terhadap anak yang biasanya dilakukan orang dewasa atau orang terdekat ini membuat kita semua mengelus dada.  Merujuk data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) tahun 2015, tercatat ada 21,6 juta kasus pelanggaran hak anak sepanjang tahun 2010-2014. Dari jumlah ini, 58 persennya dikategorikan sebagai kejahatan seksual yang diikuti oleh pembunuhan.

Advertisement

Namun kekerasan seksual dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik, orang tua perlu mengetahui perbedaannya. Berikut ini perbedaannya:

1.  Kekerasan seksual pada anak secara fisik

– Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya.
– Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku.
– Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya.
– Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak.

Advertisement

1.  Kekerasan seksual pada anak secara fisik

– Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya.
– Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku.
– Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya.
– Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak.

2. Kekerasan seksual pada anak non fisik

– Menunjukkan hal-hal yang bersifat pornografi pada anak, entah itu video, foto, atau gambar.
– Menyuruh anak berpose tidak wajar.
– Menyuruh anak untuk menonton video porno.
– Mengintip atau menonton anak yang sedang mandi atau sedang berada di dalam toilet.

Baca Juga: 2 Pria Solo Ini Cabuli Anak di Bawah Umur, 1 Korban Anak Kekasih Pelaku

Advertisement

1. Berdampak terhadap tumbuh kembang anak

Studi embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal bayi, anak-anak, juga remaja.

Paparan berulang terhadap kekerasan dan tekanan mental berat dapat memengaruhi respons stres otak, sehingga membuatnya menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.

Penelitian juga telah menemukan bahwa ada kaitan antara kekerasan serta pelecehan pada anak dengan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari, seperti:

Advertisement

Baca Juga:  4 Hormon Ini Terganggu, Efeknya Tubuh Sering Merasa Lelah Tanpa Sebab

– Perkembangan otak yang terbelakang.
– Ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif.
– Gangguan berbahasa yang spesifik.
–  Kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran.
–  Peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi.
– Kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan.

2. Berdampak terhadap kesehatan mental anak

Anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual cenderung tidak percaya diri dan tidak percaya pada orang dewasa. Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi.

Advertisement

Baca Juga: Kenali Ciri-Ciri Predator Seksual Seperti Guru Olahraga di Wonogiri

Trauma kekerasan juga pelecehan adalah salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis. Beberapa kemungkinan efek samping kekerasan anak pada kesehatan mental mereka dapat meliputi:

– Gangguan kecemasan dan depresi
– Disosiasi (penarikan diri; isolasi)
– Kilas balik trauma (PTSD)
– Sulit fokus
– Sulit tidur
– Gangguan makan
– Tidak nyaman dengan sentuhan fisik
– Kecenderungan melukai diri sendiri
– Usaha bunuh diri

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif