SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyeri bahu (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Anda tentu tidak ingin mengalami frozen shoulder atau nyeri bahu dengan keterbatasan lingkup geralk sendi bahu. Meski secara pasti belum diketahui penyebab frozen shoulder, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi tersebut.

Melansir informasi dari laman resmi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof Dr R Soeharso, rso.go.id, beberapa hal yang disebut sebagai faktor risiko dan penyebab frozen shoulder adalah sebagai berikut:

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

– Berjenis kelamin perempuan
– Berusia 40 tahun ke atas
– Menderita penyakit sistemik, seperti diabetes, penyakit Parkinson, tuberkulosis, penyakit jantung, atau gangguan hormon tiroid (hipertiroid atau hipotiroid)
– Mengalami imobilitas (tidak dapat bergerak) dalam waktu lama, misalnya akibat stroke, patah tulang lengan, pemulihan setelah operasi, atau cedera pada rotator cuff (otot di sekitar bahu)

Gejala frozen shoulder yang harus diperhatikan adalah munculnya kesulitan dalam melakukan beberapa gerakan. Misalnya saja saat memakai baju, menyisir rambut, menggaruk punggung, memasang bra, atau meraih barang di tempat yang tinggi.

“Gejala frozen shoulder umumnya berkembang secara perlahan dalam tiga tahap, yang setiap tahapnya bisa berlangsung selama beberapa bulan,” bunyi keterangan pada artikel yang diunggah di rso.go.id tersebut. ketika tahap tersebut di antaranya:

1. Tahap pertama atau freezing stage

Tahap ini ditandai dengan nyeri di setiap kali sendi bahu digerakkan, sehingga membuat pergerakannya terbatas. Periode ini berlangsung 6–9 bulan.

2. Tahap kedua atau frozen stage

Tahap kedua ditandai dengan mulai berkurangnya nyeri, tetapi sendi bahu menjadi semakin kaku dan sulit digerakkan. Periode ini bisa berlangsung selama 4 bulan sampai 1 tahun.

3. Tahap ketiga atau thawing stage

Tahap ketiga ditandai dengan pergerakan bahu yang mulai membaik. Tahap ini umumnya terjadi selama 6 bulan sampai 2 tahun.

“Pada beberapa penderita frozen shoulder, nyeri pada sendi bahu bisa memburuk di malam hari dan bahkan mengganggu tidur,” lanjut keterangan dalam artikel itu.

Meski dapat mereda dengan sendirinya, frozen shoulder dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya karena membuat pergerakan dan aktivitas menjadi terganggu. Untuk itu, penderita disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya agar dokter dapat memberikan pengobatan untuk meredakan gejala dan mempercepat pemulihan.

Untuk penanganannya, ada beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi keluhan akibat frozen shoulder:

1. Menggunakan obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan dokter bertujuan untuk meredakan nyeri dan peradangan. Contoh obatnya adalah aspirin, ibuprofen, dan sodium naproxen. Jika nyeri terus terjadi, dokter mungkin akan memberikan suntikan kortikosteroid ke area bahu yang bermasalah.

2. Fisioterapi

Terapi fisik (fisioterapi) bertujuan ngembalikan jangkauan lengan semaksimal mungkin. Pada fisioterapi untuk frozen shoulder, pasien akan diajarkan gerakan-gerakan yang dapat membantu proses pemulihan. Penting untuk diingat, pengobatan dengan metode ini memerlukan komitmen pasien agar hasil terapinya maksimal.

Selama sesi fisioterapi, dokter juga dapat melakukan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation). TENS adalah terapi listrik yang dilakukan dengan menghantarkan arus listrik kecil melalui elektroda yang ditempelkan di kulit. Arus listrik tersebut bertujuan untuk menghambat impuls saraf yang menyebabkan rasa nyeri.

Selain itu pasien juga dapat secara mandiri melakukan kompres dingin di bahu selama 15 menit, beberapa kali dalam sehari. Hal ini dinilai cukup efektif untuk meredakan nyeri di bahu.

Jika terapi fisik dan obat-obatan tidak membantu, dokter dapat melakukan beberapa pilihan prosedur lain, seperti manipulasi sendi bahu, distensi bahu, atau artroskopi.

Sebagai upaya pencegahan frozen shoulder, bagi pasien yang dalam proses pemulihan dari cedera atau operasi, disarankan untuk selalu menggerakkan lengan agar tidak terjadi frozen shoulder. “Jika sulit menggerakkan bahu, diskusikan dengan dokter mengenai jenis gerakan yang dapat diterapkan untuk mempertahankan jangkauan gerak bahu,” jelas keterangan pada artikel itu.

Selain itu, pada pasien stroke juga disarankan untuk segera menjalankan fisioterapi setelah serangan stroke. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekakuan pada sendi bahu dan sendi lainnya yang terdampak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya