Lifestyle
Senin, 6 Juni 2011 - 19:35 WIB

Kertas koran tak cuma jadi pembungkus makanan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KREATIF -- Aminah, warga Kadipiro, Banjarsari, Solo, menunjukkan contoh benda-benda hasil kreasinya yang dibuat dari limbah kertas koran. (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Kertas koran biasanya berakhir riwayatnya sebagai pembungkus makanan atau barang. Namun limbah kertas koran, di tangan Siti Aminah, dapat disulap menjadi tas, dompet, pigura, keranjang, perabot rumah tangga dan lainnya.

KREATIF -- Aminah, warga Kadipiro, Banjarsari, Solo, menunjukkan contoh benda-benda hasil kreasinya yang dibuat dari limbah kertas koran. (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Advertisement
Lewat industri rumahan Kertas Limbah Koran Craft, di Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Solo, Aminah menyulap kertas koran purnapakai jadi komoditas bisnis menggiurkan. Berkat kelihaiannya itu, ia berjasa terhadap lingkungan hidup karena mampu mendaur ulang 150 kilogram kertas koran per hari menjadi ratusan barang bernilai ratusan ribu rupiah.

Berkat upayanya itu pula, sekitar 120 ibu rumah tangga di Kadipiro memiliki penghasilan sampingan. “Mereka kami latih. Setelah mampu, mereka bisa membuat sendiri. Ada yang dipasarkan sendiri silakan, dijual ke kami juga banyak,” terang Siti saat dijumpai belum lama ini.

Bergelut di bidang daur ulang kertas koran ini sudah ia jajaki sejak 2008. Awalnya, ia hanya iseng memanfaatkan tumpukan koran di rumah untuk dibuat hiasan sederhana. Setelah berlangsung beberapa bulan, ia mulai menyadari kertas koran yang dipilin sangat mirip dengan rotan. Kemudian ia melakukan uji coba dengan membuat perabot rumah tangga dari bahan kertas yang dipilin tersebut. “Wah, kok jadinya bagus. Lalu saya tawarkan ke tetangga dan teman-teman. Mereka suka, banyak yang dibeli, akhirnya saya terus mengembangkan usaha ini dan terus berkreasi,” tutur dia.

Advertisement

Bahan baku yang didapat terbilang mudah dan melimpah. Ia mendapatkannya dari pengepul koran bekas dengan harga cukup murah, sekitar Rp 1.500 per kilogram. Pengalamannya selama dua tahun terakhir ini, belum pernah ia mengalami kesulitan barang baku. “Kalau rotan semakin ke sini kan semakin sedikit tapi kalau kertas malah banyak.”

Selain kertas koran juga dibutuhkan bahan baku penunjang lainnya untuk menambah daya pikat mata dan fungsi. Makin hangat tanggapan warga, ia semakin terus meningkatkan jumlah produksi dan mencoba ekspansi ke luar kota. Beberapa kali ia digandeng Pemkot Solo ke beberapa kota di Indonesia untuk mengenalkan barang-barang yang ramah lingkungan ini.

Dari situlah, barang kreasinya mulai dikenal masyarakat luas. Permintaan terus meningkat dari dalam dan luar kota. Saat itu, dirinya belum berani menerima pesanan partai besar karena terbatasnya tenaga. Seiring waktu, Siti terbantu dengan tenaga yang ia didik dari pelatihan-pelatihan yang ia gelar. Otomatis, masalah tenaga dapat terselesaikan dan ia semakin mantap untuk
menerima order besar. “Bulan lalu saya coba dengan tiga ibu-ibu yang fokus mengerjakan, sebulan bisa buat 500 barang. Kalau saya bisa memaksimalkan 120 ibu-ibu itu, sebulan bisa ribuan barang, kan?” hitungnya.

Advertisement

Motif sosial
Aktivitasnya tidak melulu berurusan dengan bisnis dan uang. Lebih dari itu, semakin lama ia semakin menularkan kemampuannya dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Beberapa kali ia memberi pelatihan kepada kaum ibu di Kota Solo dan beberapa kota di Pulau Jawa. Beberapa kali pula ia sempat ke kota di luar Jawa. Saat menularkan ilmu kepada orang lain, dia mengaku sempat tebersit mereka jadi pesaing usaha. Namun, ia menetapkan hati dan melangkah pasti untuk melanjutkan misinya: memberdayakan kaum ibu. Ia mantap ingin memberikan kemampuannya untuk
kesejahteraan orang lain.

“Kalau takut tersaingi ya jangan berbisnis. Saya sama sekali tidak takut. Semakin banyak yang bisa, kan, semakin baik.” Lebih dari itu, semakin banyak limbah berupa kertas yang dapat didaur ulang akan semakin menguntungkan secara materi maupun lingkungan hidup. Dirinya pun tidak puas dengan pasar dalam negeri, ia mencoba melebarkan pasar kerajinan itu ke luar negeri. Beberapa negara seperti Spanyol, China, Hong Kong, Australia dan Singapura sudah ia kirimi contoh produk.

Ahmad Hartanto

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif