SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung siklus haid. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Kelompok Staf Medis (KSM) Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Cipto Mangunkusumo, Surahman Hakim, mengatakan ada beberapa faktor penyebab anak perempuan terlambat haid atau bahkan tidak bisa haid. Untuk menjaga kesehatan reproduksi anak, simak ulasannya di info sehat ini.

Ia mengatakan jika anak perempuan usia 15 tahun belum haid, perlu diperiksakan ke dokter apakah ada nyeri yang dirasakan setiap bulannya. Jika tidak ada nyeri yang berarti, harus segera di cek apakah ada hambatan pada saluran pengeluaran haid.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kalau pada kelainan gangguan pertumbuhan saluran reproduksi maka kadangkala ada, satu yang paling ringan hymen-nya tidak terbuka, atau vaginanya tertutup karena ada jaringan tertentu, atau mulut rahimnya tidak terbentuk jadi darah haidnya hanya terpusat di rahim saja, hal-hal seperti ini harus tindakan segera,” kata Surahman dikutip dari Antara pada Senin (26/2/2024).

Tindakan harus segera dilakukan karena bisa menyebabkan nyeri yang hebat dan mengganggu aktivitas, dan menyebabkan gangguan tertutupnya saluran reproduksi

Selain faktor pertama, faktor penyebab lainnya anak perempuan terlambat haid yang perlu diwaspadai adalah tidak terbentuknya tanda seksual sekunder seperti pertumbuhan payudara dan munculnya bulu kemaluan saat memasuki usia 15 tahun.

Jika hal tersebut terjadi, perlu dilakukan pemeriksaan gangguan kromosom. Pada wanita, kromosom yang terbentuk adalah X-X, namun jika ada variasi kromosom X-Y atau X-X-Y perlu dilakukan penatalaksanaan psikiatri untuk dilihat apakah ada genetik laki-laki di dalam tubuhnya.

“Ada kasus seperti ini, tapi ternyata setelah diyakinkan hormon yang dominan laki-laki kita berikan hormon termasuk terapi untuk penyesuaian kelaminnya,” katanya.

Lain halnya jika kromosom yang tumbuh benar perempuan namun tidak muncul tanda seksual sekundernya, maka akan dicek untuk kemungkinan hormon yang kurang dengan terapi hormonal. Kemungkinan tersebut disebut dengan agnesis, yaitu tidak terbentuknya seksual sekunder maupun rahim dan vagina yang tidak sempurna.

Pada kasus ini, anak perempuan tersebut memiliki indung telur namun ada kelainan di rahim yang kemungkinan besar akan sulit memiliki anak.

Untuk terapi hormonal, Surahman mengatakan pasien akan diberikan terapi hormon progesterone dan diberi obat selama 7 hari-10 hari sampai pasien bisa memproduksi estrogennya sendiri, sehingga bisa terjadi haid secara normal seperti pada umumnya.

Surahman mengatakan anak perempuan pada saat ini rata-rata haid pada usia 9 tahun. Jika melewati usia tersebut tidak kunjung ada tanda haid, bisa memeriksakan perkembangan seksual sekundernya, periksa ke dokter kebidanan dan kandungan atau ke dokter anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya