SOLOPOS.COM - Ilustrasi KDRT. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Tak sedikit wanita berpikiran positif bahwa peluang pelaku KDRT seperti Ferry Irawan bisa sembuh total. Benarkah demikian? Simak ulasannya di tips asmara kali ini agar kaum wanita lebih aware.

Sebagaimana diketahui Venna Melinda melaporkan suaminya, Ferry Irawan, ke Polda Jatim atas dugaan KDRT. Sebelum menikahi Venna Melinda, Ferry Irawan disebut mantan istrinya juga sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga hingga mengancam bunuh diri.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan segala bentuk kekerasan yang dilakukan seseorang kepada pasangannya. KDRT juga meliputi kekerasan kepada anggota keluarga lainnya, seperti anak, orang tua, keponakan maupun cucu.

Sebelum mengetahui seberapa besar peluang pelaku KDRT sembuh total, simak terlebih dulu jenis-jenis kekerasan yang biasanya dilakukan. Dikutip dari klikdokter.com pada Rabu (11/1/2023), berdasarkan Good Therapy, jenis kekerasan yang dilakukan dapat berupa kekerasan fisik, psikologis, dan seksual. KDRT juga meliputi tindakan manipulasi untuk menguasai, mengontrol, dan menyalahgunakan keuangan pasangan maupun anggota keluarga.

Tindakan KDRT dapat dilakukan oleh siapa pun. Kendati demikian, 90 persen pelakunya didominasi oleh pria dan mayoritas korbannya merupakan wanita, menilik data dari Valparaiso University di Amerika Serikat. Umumnya, perilaku kekerasan tersebut juga dilakukan berulang kali, hingga menyebabkan trauma fisik dan mental bagi korbannya.

Lantas, apa yang mendorong seseorang melakukan KDRT? Mungkinkah pelaku KDRT bisa sembuh dari kebiasaan negatif tersebut? Simak penjelasan psikolog berikut. Terdapat sejumlah faktor pemicu perilaku KDRT. Tindak kekerasan terhadap pasangan dan anggota keluarga sering kali muncul ketika seseorang merasa berkuasa atas korbannya.

Perasaan berkuasa tersebut timbul karena adanya status sosial, kekayaan, kekuatan fisik, kemampuan memanipulasi emosi, maupun bentuk kekuasaan lainnya.

Karena merasa lebih berkuasa, pelaku KDRT mengira dirinya berhak memperlakukan orang lain seperti yang mereka inginkan. Bahkan, banyak pelaku kekerasan tidak menyadari bahwa tindakan mereka keliru dan merugikan orang lain.

Konstruksi sosial dan politik dari sistem patriarki yang mendarah daging selama ribuan tahun, menurut Ellen Pence, membuat pria pelaku KDRT sulit menyembuhkan kebiasaan buruk mereka melakukan KDRT.  Bahkan, Pence mengatakan perilaku kekerasaan tersebut tidak dapat dihilangkan dengan metode psikoterapi maupun konseling.

“Sesi terapi dengan profesional rentan membuat pria pelaku KDRT melihat tindakan mereka hanya sebagai produk dari trauma masa lalu maupun masalah lain yang mereka alami,” katanya.

Padahal, ditegaskan Ellen Pence, banyak pria pelaku KDRT melakukan kekerasan secara sadar karena didorong pemahaman terkait haknya sebagai laki-laki yang selama ini diuntungkan oleh sistem patriarki. Hal ini terlepas dari latar belakang setiap pria.   Kebiasaan KDRT tersebut dapat pula dilakukan wanita yang memiliki kekuasaan, maupun sejumlah masalah yang mendorong mereka melampiaskan kekerasan kepada pasangan dan anggota keluarga.

Senada dengan Ellen, Ikhsan Bella Persada M.Psi., Psikolog, mengamini bahwa pelaku KDRT sangat sulit sembuh atau bahkan tidak mungkin menghilangkan kebiasaan KDRT yang mereka lakukan.  Hal ini karena tindak kekerasan, menurut Ikhsan, sudah bertransformasi menjadi perilaku dari kepribadian pelaku.

“Mereka punya agresivitas yang cukup kuat, sehingga ketika stres atau ada sesuatu yang tidak sesuai, maka agresivitasnya akan muncul dalam bentuk KDRT,” katanya.

Ikhsan menambahkan, kesulitan pelaku dalam mengontrol emosi juga bisa mendorong impulsivitas untuk melakukan KDRT terhadap pasangan.   “Terlebih, mereka yang melakukan KDRT mudah terbawa emosi. Sehingga, perilaku kekerasan yang muncul memang karena dorongan dari dalam dirinya,” papar Ikhsan.

Kendati peluang pelaku KDRT bisa berubah sangatlah kecil, Ikhsan mengatakan intensitas dan frekuensi kekerasan yang mereka lakukan dapat diturunkan dengan memberikan pelaku terapi. Terapi dapat membantu mengelola emosi mereka, sehingga pelaku KDRT dapat menyalurkan emosi negatif ke hal yang positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya