SOLOPOS.COM - Logo peringatan Hari Santri 2023. (Antara/HO-Kemenag)

Solopos.com, SOLO — Khutbah Jumat edisi 20 Oktober 2023 kali ini mengulas tentang makna Hari Santri Nasional yang sebentar lagi diperingati pada Minggu (22/10/2023).

Khutbah Jumat merupakan salah satu rukun yang harus dilakukan umat muslim saat salat Jumat. Selain khutbah, rukun salat Jumat lainnya ada membaca hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat suci Al-Qur’an, berwasiat dan memohon ampunan untuk kaum muslimin.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Sementara itu, Hari Santri Nasional yang diperingati 22 Oktober 2023 menjadi momentum refleksi diri bagi para santri di seluruh Indonesia. Apalagi pada tahun ini, Kementerian Agama mengambil tema Jihad Santri Jayakan Negeri untuk memperingati Hari Santri Nasional.

Bertepatan dengan Hari Santri Nasional, khutbah Jumat edisi 20 Oktober 2023 kali ini juga mengangkat tema tentang santri. Berikut ini teks lengkapnya, sebagaimana dilansir laman resmi Nahdlatul Ulama (NU online).

Khutbah Jumat 20 Oktober 2023 tentang Hari Santri Nasional

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Rasulullah bersabda:

”Bertakwalah kepada Allah swt di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. at Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Santri merupakan bagian penting dari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, santri telah lama berperan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Sejatinya Jihad santri dalam perspektif historis dapat dimaknai sebagai perjuangan santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada masa penjajahan, banyak santri yang ikut serta dalam perjuangan melawan penjajah. Mereka berjuang dengan berbagai cara, mulai dari perang gerilya, perang terbuka, hingga perang diplomasi. Salah satu contoh perjuangan santri dalam melawan penjajah adalah peristiwa Perang Diponegoro. Dalam perang ini, banyak santri yang ikut serta dalam pasukan Diponegoro untuk melawan Belanda.

Perjuangan santri juga terekam oleh sejarah saat sekutu ingin kembali menjajah Indonesia yang baru mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Untuk mempertahankan ini, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mencetuskan Fatwa Resolusi Jihad yang diilhami keyakinan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Dalam resolusi Jihad tersebut ditegaskan bahwa berjuang mengusir penjajah hukumnya fardlu ’ain (wajib pribadi) bagi setiap umat Islam dalam radius 94 kilometer dari ”tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh” dan di luar radius itu sebagai fardlu kifayah (boleh diwakili sebagian warga saja).

Mendapatkan fatwa ini, sebagai seorang santri yang patuh pada kiai, serentak bersama warga NU di Surabaya dan sekitarnya turun bersama warga lainnya. Para santri melawan tentara Sekutu mulai 25 Oktober 1945, berujung ribuan pejuang syahid mengorbankan nyawa mempertahankan Surabaya, yang memuncak pada perang 10 November 1945. Sejatinya, para santri sejak awal menyadari bahwa nyawa mereka diserahkan sepenuhnya kepada Allah swtuntuk cita-cita mulia menyelamatkan negara.

Selain itu, para santri juga berperan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia. Banyak tokoh santri yang terlibat dalam perumusan Pancasila, UUD 1945, dan pembentukan konstitusi Indonesia. Dengan demikian, kiprah santri di masa lalu begitu besar dalam membentuk Indonesia merdeka dan berdaulat.
Kemudian pertanyaannya, bagaimana jihad santri dalam perspektif kontekstual dalam membangun kejayaan negeri?. Sejatinya, jihad santri hari sampai hari ini tidak pernah mati ataupun tertutup. Pada masa kini, santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Santri dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi negeri. Santri dapat berperan aktif melalui jihad dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan industri.

Jihad adalah upaya untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jihad tidak hanya terbatas pada perjuangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan non-fisik, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Sejatinya, jihad di masa kini menghadapi tantangan yang lebih besar, seperti kemiskinan, kebodohan, dan penindasan. Jihad di bidang-bidang ini adalah cara untuk memperbaiki kondisi umat Islam dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Menurut Profesor M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), menjelaskan makna jihad yang dimaksud dalam ayat ini bukan dengan mengangkat senjata. Pasalnya ayat ini turun pada periode Makkah—sebelum Nabi Muhammad hijrah—, dan izin atau perintah untuk berperang dan mengangkat senjata baru diizinkan setelah nabi hijrah (periode Madinah).

Ayat ini lebih menekankan perintah atau mendorong untuk beramal saleh. Maka, Allah menegaskan, barang siapa berjihad, yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal saleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka sesungguhnya manfaat dan kebaikan jihadnya untuk diri sendiri.

Dengan demikian, jihad era modern ini, tidak sebatas peperangan. Untuk itu, santri dapat berjihad untuk negeri dengan berbagai cara, seperti meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai menjadi guru atau dosen guna mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak mulia.
Selanjutnya, jihad santri era modern juga bisa dilakukan dengan memberdayakan ekonomi umat. Sejatinya, memberdayakan ekonomi umat merupakan bentuk jihad santri untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

Santri dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif, baik secara individu maupun kelompok. Usaha ini dapat berupa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), koperasi, atau usaha lainnya seperti menyediakan pelatihan dan pendampingan usaha kepada masyarakat, terutama masyarakat yang kurang beruntung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam berwirausaha.

Lebih dari itu, bentuk jihad santri era modern adalah kampanye lingkungan hijau. Sejatinya, kampanye lingkungan hijau merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kampanye ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sosialisasi, edukasi, dan aksi nyata.

Sejatinya, santri memiliki peran penting dalam kampanye lingkungan hijau. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Terakhir, perjuangan ini tidak hanya dilakukan di masa lalu, tetapi juga di masa kini. Santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang. Selamat Hari Santri. Jihad Santri, Jayakan Negeri.

Demikian khutbah Jumat edisi 20 Oktober 2023 untuk memperingati Hari Santri Nasional pada Minggu (22/10/2023).

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya