SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang Islam berdoa. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Khutbah Jumat bertemakan Isra Mikraj kerap dibawakan untuk memperingati peristiwa penting perjalanan Nabi Muhammad SAW yang tahun ini jatuh pada Sabtu, 18 Februari 2023.

Perlu diketahui, khutbah Jumat merupakan salah satu rukun yang harus dilakukan umat muslim saat salat Jumat. Selain khutbah, rukun salat Jumat lainnya ada membaca hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat suci Al-Qur’an, berwasiat dan memohon ampunan untuk kaum muslimin.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Sementara itu, bertepatan dengan Isra Mikraj pada Sabtu, 18 Februari 2023, umat muslim bisa melakukan beberapa amalan, seperti berdoa, berpuasa, salat sunah, hingga zikir.

Selain itu, untuk mengilhami peristiwa Isra Mikraj, bisa menjadi tema dalam khutbah Jumat. Berikut ini contoh teksnya, yang Solopos.com kutip dari situs resmi Nahdlatul Ulama, NU online.

Khutbah Jumat Isra Mikraj

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Alhamdulilah, puji syukur kepada Allah swt yang masih berkenan memberikan kita semua keimanan dan ketakwaan dalam hati, sehingga bisa terus istiqamah dalam menunaikan ibadah shalat Jumat. Shalawat dan salam semoga terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw yang telah sukses dalam menyebarkan Islam dengan penuh rahmat dan kasih sayang.

Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan memperbanyak ibadah dan kebajikan, serta menjauhi semua larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk dibawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada bulan ini adalah Isra Mi’raj. Perjalanan yang sangat jauh dan sulit untuk digambarkan dengan akal, namun bisa Rasulullah tempuh dengan tempo waktu yang sangat singkat, bahkan akal tidak bisa menerima kenyataan itu jika tidak dilandasi dengan keimanan yang matang.

Isra adalah peristiwa ketika Allah swt memperjalankan Rasulullah dari Masjidil Haram, Makkah, menuju Masjidil Aqsha di Paletina. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi’raj adalah peristiwa berikutnya, yaitu dinaikkannya Rasulullah melintasi lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin. Semua itu terjadi dalam satu malam.

Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ [17]: 1).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Ayat tersebut menjelelaskan bahwa hikmah adanya isra mi’raj adalah Allah hendak memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada nabi. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Syekh at-Thanthawi dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Wasith lil Qur’anil Karim, halaman 259, untuk menunjukkan betapa mulianya Nabi Muhammad di sisi Tuhannya, sekaligus untuk menambah keyakinannya dalam menyampaikan risalah dan amanahnya.

Tanda-tanda kebesaran Allah itu di antaranya, Rasulullah mampu melihat malaikat Jibril dengan wujudnya yang asli, ia memiliki enam ratus sayap hingga bisa menutup langit. Allah juga memerlihatkan surga, neraka, dan beberapa keajaiban lainnya.

Selain untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah, terdapat hikmah lain yang juga sangat penting untuk kita ketahui bersama, yaitu untuk menenagkan dan membahagiakan Rasulullah dari kesedihan yang menimpanya.

Kejadian itu sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Ali Muhammad as-Shalabi dalam kitab Sirah Nabawih-nya, ia mengatakan bahwa sebelum peristiwa isra mi’raj, Rasulullah mendapatkan ujian bertubi-tubi. Di antaranya, pada tahun ketujuh setelah hijrahnya nabi, orang Quraisy membuat kesepakatan untuk tidak menjalin hubungan dengan nabi.

Kemudian nabi pindah ke Syi’ib (lembah) Abi Yusuf untuk berkumpul dengan kerabat dan keluargnya. Di lembah itu nabi hidup terlonta-lonta, karena orang Quraisy berupaya keras agar tidak ada bahan makanan yang sampai pada tempat tersebut. Di tempat inilah Rasulullah menjalani hidup selama tiga tahun.

Tiga tahun setelah itu, orang Quraisy sepakat untuk membatalkan kesepakatan tersebut. Mereka merobek piagam perjanjian yang tergantung di Ka’bah. Dengan kesepakatan tersebut, akhirnya Rasulullah keluar dari lembah pada tahun kesepuluh nubuah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sudahkah ujian Rasulullah saat itu? Ternyata tidak ma’asyiral muslimin. Pamannya, Abu Talib yang selalu mendukung dakwahnya dan menjaganya dari gangguan orang-orang Quraisy wafat. Dua bulan setelah itu, istri Rasulullah Sayyidah Khadijah, wanita yang sangat membantu perjuangan dakwahnya juga wafat. Dari sinilah undangan isra mi’raj datang dari Allah kepada Rasulullah.

Dengan demikian, hikmah dari terjadinya isra mi’raj ini adalah untuk menenangkan dan menguatkan tekad dakwah Rasulullah setelah ujian yang datang silih berganti kepadanya.

Demikian khutbah Jumat perihal hikmah terjadinya Isra dan Mikraj. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meneladani Rasulullah dalam bertindak, berucap, dan berbuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya