SOLOPOS.COM - Ilustrasi meminta maaf saat Lebaran. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Untuk menyambut Tahun Baru Islam 2023 pada 1 Muharram 1445 H, biasanya khatib menjadikannya tema dalam khutbah Jumat.

Khutbah Jumat merupakan salah satu dari rukun yang harus dilakukan umat muslim saat salat Jumat. Selain khutbah, rukun salat Jumat lainnya ada, membaca hamdalah, selawat kepada Nabi Muhammad SAW, membaca petikan ayat suci Al -Qur’an, berwasiat dan memohon ampunan untuk kaum muslimin.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Beberapa hari ke depan, umat muslim akan menyambut Tahun Baru Islam di 1 Muharram 1445 H. Muharram sendiri merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Bahkan, Muharram dijuluki sebagai syahrullah alias bulan Allah. Kemuliaan Muharram juga tercatat dalam Al-Qur’an bersama tiga bulan lainnya, yakni Zulkaidah, Zulhijah, dan Rajab.

Karena keistimewaannya tersebut, tidak afdal jika tidak membawakan tema menyambut Tahun Baru Islam 2023 di 1 Muharram 1445 H pada khutbah Jumat yang akan datang. Nah, berikut ini terdapat contoh khutbah Jumat yang diperoleh dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU online).

Khutbah Jumat Tahun Baru Islam 2023

Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam sistem penanggalan Hijriah atau bulan kedua belas. Sebentar lagi kita pun akan memasuki bulan baru dan tahun baru Hijriah, yakni bulan Muharram 1445 H. Oleh karenanya tidak ada salahnya kita terus melakukan muhasabah, yakni menghitung kedirian kita atau introspeksi atas apa yang kita lakukan selama satu tahun, sehingga dapat menjadi pijakan kita dalam melangkah tahun-tahun berikutnya.

Dalam rangka hal tersebut, kiranya pantas kita mengingat kembali pesan Sayyidina Ali karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar al-Asqalani:

“Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, dan jadilah manusia yang paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia, demi memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Pertama, kita diharapkan terus meningkatkan ketakwaan dan amal kebaikan di hadapan Allah subhanahu wata‘ala. Menjalankan perintah-Nya dan sedapat mungkin menjauhi apa yang menjadi pantangan atau larangan dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik di sisi-Nya.

Kedua, kita harus merasa kurang atas amal kebaikan yang kita lakukan dengan terus merasa diri kita jelek. Hal ini bukan berarti merendahkan diri, namun untuk menjauhkan kita dari sikap ujub (sombong), riya (pamer), dan sum’ah (mengharap pujian orang lain). Ketiga, kita harus menundukkan diri di hadapan orang lain dengan tidak merasa lebih baik. Mungkin banyak di antara kita ketika melihat orang lain, merasa dirinya lebih baik atau lebih mulia.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Lantas bagaimana kita mampu mendorong diri kita untuk terus berbuat kebaikan tersebut? Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam keseharian kita. Pertama, jika kita melihat orang lain hendaknya kita memandangnya bahwa dia memiliki kelebihan daripada diri kita sendiri, mungkin dia lebih bertakwa, lebih banyak amal kebajikannya, lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah subhanahu wata‘ala.

Kedua, jika kita melihat anak kecil atau lebih muda, jangan kita merasa lebih baik darinya. Katakanlah, “Mungkin dia dosanya lebih sedikit daripada diriku, karena umurnya lebih sedikit dariku.” Sebaliknya jika kita melihat orang lebih tua, hendaknya kita melihat bahwa dia telah berbuat kebaikan lebih banyak dari diri kita.

Ketiga, jika kita melihat orang alim, orang yang memiliki ilmu, hendaknya kita menilainya dia memiliki cara yang baik dan benar mengamalkan pengetahuannya dan telah berbuat kebaikan dengan ilmunya tersebut. Sebaliknya jika kita melihat orang bodoh, hendaknya kita katakan,

“Mungkin dia berbuat dosa atau salah akibat ketidaktahuannya, sementara kita lebih berdosa karena berbuat salah pengetahuan pengetahuan yang kita miliki.”

Orang bodoh berbuat salah bisa jadi karena ketidaktahuannya, sementara orang alim (memiliki pengetahuan) berbuat dosa bukan karena tidak tahu. Ilustrasi sederhana yang mungkin dapat kita pakai, siapakah yang bisa berbuat korupsi? Tentu ia yang memiliki akses, pengetahuan bagaimana mengambil dan memanfaatkan uang tersebut untuk dirinya atau golongannya. Bukan orang yang tidak memiliki pengetahuan bagaimana menyelewengkan uang negara.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Instrospeksi diri bukan hanya dilakukan sekali, namun harus menjadi bagian yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari. Muhasabah adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki efek luar biasa pada diri kita, keluarga, dan lebih luas lagi pada masyarakat. Keteledoran kita untuk melakukan introspeksi bukan hanya dapat mengakibatkan kerusakan pada kehidupan kita, tetapi juga kehidupan yang lebih luas yakni keluarga dan masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah” (HR Ahmad).

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah,

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus introspeksi dan berbenah diri. Sehingga kita mampu menjadi penyokong tumbuhnya keluarga dan masyarakat yang baik menuju baldatunn thayyibatunn warabbun ghafuur.

Demikian contoh khutbah Jumat untuk menyambut Tahun Baru Islam 2023 pada 1 Muharram 1445 Hijriah.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya