Lifestyle
Senin, 15 April 2013 - 05:12 WIB

KIPRAH ORANG PINTAR (Bagian II) : Butuh Bantuan, Arwah Leluhur pun Didatangkan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Lelaki sepuh ini sebenarnya tak pernah bercita-cita sebagai paranormal. Sejak ia dikaruniai kemampuan membaca sesuatu yang tak kasatmata, banyak tamu mendatangi rumahnya di Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo. Mulai urusan mengobati sakit aneh, membantu kelancaran karier, cekcok rumah tangga, jabatan hingga menguak pelaku kriminalitas. Lelaki itu adalah KRT Pudjo Susilodipuro, seorang abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga pelatih tenaga dalam di sejumlah padepokan.
Advertisement

“Pernah ada polisi dari Mabes Polri datang ke sini memohon-mohon agar saya menunjukkan ke mana kaburnya para tahanan mereka. Jika dalam sepekan enggak bisa menemukan tahanan yang kabur, polisi itu akan ganti ditahan,” ujar Pudjo saat ditemui Solopos.com.

Memang tak mudah bagi Pudjo untuk menguak kasus-kasus yang tergolong berat. Apalagi, pihak yang bersangkutan juga menggunakan bantuan orang pintar untuk membentengi dirinya. Tak jarang Pudjo menyarankan tamu melakukan ritual yang tergolong ekstrem, seperti kungkum atau puasa pati geni jika problemnya sudah terlalu rumit. Cara itu, terpaksa dilakukan untuk membuat tenangnya hati dan pikiran dari nafsu yang berkecamuk. “Jika yang hati bersangkutan sudah benar-benar kosong dari berbagai nafsu, biasanya wahyu akan turun,” paparnya.

Untuk urusan karier, Pudjo biasanya hanya menyarankan kepada tamu untuk membiasakan wirid tengah malam dan puasa. Lalu, ia memberinya segelas air putih yang diberi rajah. Hal itu, untuk menambah wibawa dan menaklukkan kekuatan-kekuatan jahat yang berseliweran di sekitarnya atau di kantornya. “Saya dari rumah juga membantunya,” paparnya.

Advertisement

Pernah pula seorang tamu datang kepadanya meminta jasa bantuannya agar bisa lolos seleksi masuk polisi. Saat itu Pujo melihat ada dua hal yang menjadi penghalang, yakni tes tinggi badan dan mental. Untuk problem tinggi badan ini, Pudjo akhirnya memanggil arwah leluhur dari tamu yang bersangkutan untuk mendampinginya. “Ketika diukur tinggi badan, sebenarnya yang diukur ialah arwah itu yang tinggi sehingga ia lolos. Begitu pun saat tes mental, arwah leluhurnya membantu,” paparnya.

Meski demikian, apa yang dilakukan Pudjo selama ini jauh dari rasa pamrih. Ia mengaku tak pernah meminta imbalan, apalagi sampai mematok tarif kepada tamu. Pudjo hanya menerima uang terima kasih semampu yang diberikan tamu tanpa berpikir untuk mempersoalkan di belakangnya. “Kadang ada yang ngasih Rp20.000, Rp50.000, sampai Rp100.000. Ada pula yang sekadar ucapan terima kasih atau meninggalkan sebungkus rokok,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif